PERTEMUAN

4.7K 89 15
                                    

“Kita dipertemukan karena takdir. Entah takdir baik ataupun buruk. Dan kita harus siap untuk menerima takdir itu.”

Aliya Livianra atau yang lebih sering dipanggil Aliya adalah seorang siswi dari SMA Pelita yang terkenal sebagai sekolah favorit di Jakarta. Aliya adalah gadis ramah sehingga membuat orang yang ada di sekitarnya menyukainya.

"Ma, Aliya berangkat sekolah dulu ya." Pamit Aliya kepada mamanya yang bernama Diana.

"Iya sayang, hati-hati di jalan. Jangan lupa belajar yang serius." Jawab mama Diana lembut sambil berjalan menuju Aliya.

"Iya mamaku sayang. Ya udah Aliya pergi dulu Assalamualaikum." Ucap Aliya sambil mencium pipi mamanya.

Saat berjalan melewati ruang tamu Aliya berhenti sejenak untuk pamit kepada ayahnya.

"Ayah, Aliya berangkat dulu ke sekolah. Doakan Aliya dari sana ya agar kelak Aliya bisa jadi anak yang sukses dan bisa bahagiain mama dan ayah." Ucap Aliya sambil memandangi foto almarhum ayahnya.

Pagi ini dengan semangat Aliya berangkat ke sekolah barunya. Biasanya dia akan di antar oleh Pa Jono sopirnya saat berangkat sekolah, namun karena beliau sedang izin pulang kampung dan mamanya yang harus segera ke Malang mengurus butiknya jadilah Aliya berangkat menaiki angkutan umum.

Saat berjalan menyusuri kompleks perumahannya Aliya dikejutkan oleh suara klakson yang memekikkan telinganya.

PPIIIIIIIIIIIPPPPPP......

"Allahu Akbar," spontan Aliya karena keterkejutannya.

"Dasar menyebalkan," bentak seorang cowok yang menggunakan motor sport putihnya.

Aliya yang masih dalam mode loading-nya hanya mampu diam mematung.

"Minggir! Jalan itu dipinggir!" bentak cowok itu lagi sambil pergi meninggalkan Aliya.

"Aneh," ucap Aliya setelah berhasil menimalisir keterkejutannya.

Aliya melanjutkan langkahnya dan berhenti di halte untuk menunggu angkot atau bus yang lewat.

Sekitar 10 menit Aliya menunggu dan akhirnya angkot yang ditunggu telah lewat. Aliya memasukinya dan tersenyum “Semangat di hari yang baru.” Pikir Aliya.

Hari ini adalah hari pertama Aliya bersekolah di SMA Pelita sehingga dia sangat antusias untuk segera memulai sekolahnya.

Setelah tiba di sekolah Aliya dibuat pusing karena koridor sekolah yang bercabang-cabang, oh dan jangan lupakan sekolah ini sangat luas.

Sudah entah berapa lama Aliya berjalan tetapi dia tak kunjung juga menemukan ruang kepala sekolah.

Aliya ingin bertanya tetapi dia takut dan malu karena semua wajah-wajah asing yang dilihatnya. Terlebih lagi ketika dia tersenyum ingin bertanya kepada seorang siswi, siswi itu malah memandanginya datar. Dan itu menambah kegugupan Aliya.

Ketika Aliya melewati ruang TU dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuatnya terpental, salahkan orang itu yang mempunyai badan sangat keras.

Aliya berdiri dari jatuhnya dan membersihkan roknya yang kotor.

"Aisshhh, badan kerasnya kayak tembok. Mana nggak mau tolongin lagi." Gerutu Aliya dengan suara kecil yang ternyata masih bisa didengar oleh orang itu.

"Apa yang kayak tembok?" Mendengar suara itu Aliya langsung mendongakkan wajahnya.

Belum sempat Aliya mengucapkan sesuatu cowok itu langsung berlalu meninggalkan Aliya yang terpaku di tempat. ‘‘Kok kayak nggak asing ya mukanya, kayak pernah liat, tapi dimana? Ah entahlah’’ batin Aliya sambil meneruskan langkahnya.

Saat ini Aliya sedang berjalan bersama Bu Rina, beliau adalah guru yang mengantar Aliya menuju ke kelasnya. Aliya dan Bu Rina berhenti di sebuah ruangan yang diketahuinya kelas XI MIA 2.

Bu Rina berdiri di depan ruang kelas dan mengetuk pintu ruangan tersebut “Assalamualaikum.”

Wa’alaikum salam. Ada apa Bu Rina?” jawab guru yang sedang duduk di kursinya.

“Permisi Bu Ana ini saya mengantar murid baru pindahan dari Bandung.”

“Oh iya terimakasih Bu Rina. Silahkan masuk nak dan perkenalkan diri pada teman-temanmu.” Bu Ana berbicara sambil tersenyum karena beliau melihat kegugupan dari Aliya.

Aliya memasukki kelas sambil menunduk dan memainkan jarinya, suatu kebiasaan ketika Aliya gugup.

“Emmm... Perkenalkan nama saya Aliya Livianra. Kalian bisa memanggil dengan nama Aliya. Semoga kita dapat berteman dengan baik.” Aliya mengenalkan dirinya dengan senyuman serta pembawaan yang tenang padahal aslinya dia sangat gugup dan takut seakan ada puluhan jarum suntik yang siap menancap di tubuhnya.

“Hai Aliya, perkenalkan juga nama gue Rio Pratama. Panggil aja Rio. Atau biar lebih akrab panggil aja sayang. Eakk...”Ucap Rio siswa yang duduk di bangku paling belakang sambil tertawa.

Melihat Rio tertawa, teman sebangku Rio yang bernama Rian menjitak kepala Rio.
“Enak aja suruh manggil sayang.” Rio mengerucutkan bibirnya karena jitakan yang didapatnya. Kemudian Rian mengalihkan perhatiannya ke Aliya.

Sorry Aliya nggak usah denger nih omongan curut dia emang kagak waras. Kenalin nih gue Rian Ferdian, panggil aja Rian. Gue cowok paling gantengnya XI MIA 2.” Sambung Rian sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jarinya.

“Yee, lo ngapain juga kuda.” Rio menabok kepala Rian tak kalah kuatnya dan setelah itu kelas diributkan oleh sorakan karena ucapan Rian tersebut.

Melihat kelakuan muridnya yang abnormal Bu Ana hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Ya sudah kalau begitu Aliya kamu bisa duduk di bangku ujung yang berada di dekat jendela berdampingan dengan David,” perintah Bu Ana sambil menunjukkan tempat yang dia maksud.

David yang memang sedari tadi tidak memperhatikan keadaan sekitar karena sibuk membaca novel langsung mengangkat wajah ketika namanya disebut. ‘‘Loh, kok ada dia disini?” gumam David pelan.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang