David yang sedang duduk merasa janggal ketika Aliya belum kembali dari toilet pasalnya ini sudah lebih dari lima belas menit dan Aliya belum juga kembali.
Ponsel David yang terletak di atas meja bergetar sontak David meraihnya dan melihat ada pesan yang masuk.
Aliya
David, kamu bisa ke taman nggak? Ada yang pengen aku bicarakan.David mengerutkan kening membaca pesan Aliya. Entah hanya perasaannya tapi sedari tadi dia sangat gelisah entah karena apa.
Memilih mengenyampingkan pikirannya David berdiri dari duduknya dan hal tersebut menarik perhatian Rio dan Rian yang sedari tadi sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
"Lo mau kemana?" David melihat ke arah Rian yang sedang memandangnya dengan ekspresi bertanya.
"Toilet bentar."
"Kok lo semua hobi banget ke toilet, ya? Tadi Rian, trus Aliya dan sekarang lo? Aliya aja belum balik-balik dari tadi. Eh iya, Aliya belum balik dari toilet?" Rio baru menyadari bahwa Aliya belum kembali selepas izin ke toilet tadi.
"Ini mau nyusul."
Setelah mengatakan itu David meninggalkan Rio dan Rian yang menatapnya dengan bingung.
Langkah kaki David tidak membawanya ke toilet melainkan ke taman sesuai dengan isi pesan yang Aliya kirimkan. Entah dorongan dari mana sampai David merasa harus berbohong tentang dirinya yang akan ke toilet.
Setibanya di taman David tidak melihat siapa-siapa di taman tersebut. Sepi hanya dirinya yang berada di taman ini.
Ponsel David yang berada di genggamannya bergetar dan menampilkan pesan Aliya yang berikutnya.
Aliya
Arah jam 9.David menolehkan kepalanya menghadap ke kiri dan bukannya menemukan Aliya malah Sofie lah yang di lihatnya. David memutar tubuhnya menghadap Sofie yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Mana Aliya?" tanya David langsung pada intinya.
Sofie melihat ke sekeliling taman, "Aliya? Di sini nggak ada siapapun selain kita berdua."
"Gue serius mana Aliya?"
"Gue juga serius. Di sini cuman ada kita berdua."
David memandangi Sofie dengan geram dan Sofie malah membalasnya dengan senyuman manis yang terlihat menjijikan.
"Kenapa ponsel Aliya ada sama lo?"
"Ponsel ini?" Sofie mengangkat tangannya yang memegang ponsel Aliya, "Oh ini tadi gue pinjam bentar."
"Sekali lagi gue tanya mana Aliya?" tanya David dengan sedikit menaikan nada suaranya.
"David, sebentar aja bisa nggak kamu jangan pikirin Aliya dulu! Di sini ada aku, nggak bisa ya, kamu sedikit aja hargain aku. Aku pengen ngomong sama kamu!"
David menatap Sofie dengan datar sungguh dia sangat geram dengan prilaku Sofie saat ini.
"Ngomong cepat!"
"David kamu nggak bisa yah, sekali aja baik sama aku? Sekali aja kamu terima aku? Aku udah lakuin banyak hal untuk kamu tapi kamu nggak pernah hargai itu," biarlah saat ini Sofie menjatuhkan harga dirinya tapi dia sudah tidak tahan memendam perasaanya lebih lama lagi.
"Nggak."
"David, aku itu kurangnya apa sih. Aku udah ubah diri aku supaya kamu itu suka sama aku tapi bukannya mendekat kamu malah ngejauh dari aku."
"Lo kakak kelas gue tolong jaga batasan lo."
"Masa bodo dengan status di sekolah. Cinta itu nggak pandang umur, Dav!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Teen FictionAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...