KHAWATIR (2)

1.1K 23 3
                                    

Vallen berlari di sepanjang koridor untuk menuju ke UKS. Sebelumnya dia mendengar bahwa Aliya sempat pingsan dan di bawa ke UKS.

Tanpa mengucapkan salam, Vallen langsung masuk dan melihat Aliya yang sedang berbaring dengan wajah pucat.
Aliya membuka matanya karena mendengar langkah kaki.

“Lo udah baikan?” Vallen bertanya kemudian duduk di kursi yang berada di samping tempat Aliya berbaring.

Aliya mengangguk dan mengubah posisinya menjadi duduk.

“Iya aku udah baikan. Kamu tau dari siapa aku lagi di UKS?”

“David yang nyuruh gue buat temenin lo, katanya lo pingsan dan di bawa ke UKS jadi gue langsung buru-buru ke sini.”

Aliya kemudian turun dan hendak kembali ke kelas.

“Eh lo mau kemana Aliya?”

“Aku mau balik ke kelas. Aku nggak betah di sini.”

Vallen mencegah Aliya yang sudah akan berjalan “Tapi lo masih pucat gini, udah deh istirahat lagi aja di sini. Gue temenin deh.” Bujuk Vallen.

“Nggak deh. Kalau kamu nemenin aku di sini nanti kamu nggak masuk pelajaran lagi. Aku udah kuat kok.”

Vallen menghela nafasnya, Aliya sungguh keras kepala.

“Yaudah deh tapi jalannya gue tuntun bisa berabe kalau lo tumbang lagi di tengah jalan.” Akhirnya Vallen mengalah dan memilih untuk mengikuti keinginan Aliya.
Ditengah perjalanan Aliya dan Vallen berhenti karena melihat Zio yang mendekat ke arah Aliya.

“Yaya, lo kenapa bisa sampe pingsan?” Zio bertanya dengan wajah yang tidak bisa menampikkan rasa khawatirnya.

“Nggak kok, aku cuma kelelahan aja mungkin jadi pingsan deh.” Aliya tersenyum walaupun wajahnya masih pucat.

“Yaudah lo jaga kesehatan jangan bandel kalau waktunya makan yah makan kalau waktunya istirahat yah istirahat. Jangan memfostir tubuh lo, lo bukan robot ingat itu!”

Zio berbicara panjang lebar kepada Aliya. Aliya biasa saja karena memang Zio selalu seperti ini, terkesan selalu menjaganya dan tak ingin ada hal buruk yang menimpa Aliya.

Lain halnya dengan Vallen, dari tadi dia menahan nafas sangking gugupnya karena baru kali ini dia bertemu sedekat ini dengan Zio dan ini pertama kalinya dia mendengar Zio berbicara sepanjang itu.

Selama Aliya dan Zio dekat Vallen memang belum pernah bertemu langsung sedekat ini karena biasa Zio hanya akan menemui dan berbicara kepada Aliya saat tidak banyak orang di sekitar mereka, maklumlah sebelum kedatangan Aliya memang Zio merupakan sosok yang dingin dan tertutup jadi mungkin dia kurang terbiasa berinteraksi di sekitar orang banyak.

“Iya kak Zio, dasar bawel.” Aliya menggembungkan pipinya dan Zio tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengacak rambut Aliya karena gemas.

“Ish, kak Zio kan sudah Aliya bilang jangan diacakin rambut Aliya.” Aliya cemberut karena Zio mempunyai kebiasaan selalu mengacak rambut Aliya entah karena apa penyebabnya Aliya tidak tahu.

“Kacang mahal. Nyamuk terbang. Jangkrik bernyanyi. Disini ada orang lain loh.”

Ucapan Vallen menyadarkan keduanya dan Zio langsung menurunkan tangannya dari atas kepala Aliya sedangkan Aliya langsung merapikan rambutnya yang sedikit terhambur.

“Yaudah gue duluan. Pulang bareng gue!” Zio tersenyum sekilas kemudian meninggalkan Aliya dan Vallen di koridor.

“Astaga Aliya mimpi apa gue semalam sampe bisa ketemu langsung dan sedekat ini sama kak Zio. OMG Aliya, gue sampe nahan nafas sangking senengnya. Trus senyum nya itu ya Tuhan buat hati meleleh banget. Kenapa sih bisa ada cowok seganteng dia. Sumpah lo beruntung banget ih, gue pengen juga di gituin kapan yah gue bisa dapat yang kayak gitu.” Setelah Zio meninggalkan mereka, Vallen langsung heboh sangking senangnya bahkan tanpa sadar suara yang di keluarkan Vallen lumayan keras dan dia sempat meloncat-loncat saat di koridor tadi.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang