“Menyembunyikan tentang keadaanku dari orang lain adalah kehebatanku. Tapi menyembunyikan apa yang aku rasakan dalam hatiku adalah kelemahan terbesarku.”
Pagi tadi saat berpisah dikoridor Zio berpesan pada Aliya jika mereka akan pulang bersama. Awalnya Aliya menolak karena tidak ingin merepotkan tapi karena Zio memaksa akhirnya Aliya menerimanya.
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu sehingga seluruh siswa sibuk merapikan barang-barang mereka untuk di masukkan kedalam tas. Guru yang mengajar pun sudah keluar dari kelas bersamaan dengan bel yang berbunyi.
“Cieee, Aliya ditungguin gebetan di depan kelas.” Rio berteriak heboh melihat keberadaan Zio yang sedang bersandar di depan pintu sambil melambaikan tangannya ke arah Aliya.
Semua siswa yang berada di dalam kelas sontak melihat ke arah pintu akibat teriakan dari Rio. Siswi-siswi yang berada di dalam kelas memekik girang melihat kehadiran Zio dikelas mereka.
Sudah bukan rahasia umum lagi kabar kedekatan Aliya dan Zio. Bahkan hampir satu sekolah mengetahuinya. Padahal bagi Aliya mereka tidak memiliki hubungan lebih. Hanya sebatas teman dekat, ya hanya teman dekat.
Meskipun kelas diributkan dengan sorakan para siswi yang memanggil-manggil nama Zio, Zio menghiraukan itu semua dan fokus pandangnya hanyalah pada Aliya yang sedang memasukkan buku-buku kedalam tasnya.
Vallen yang tidak ingin melewatkannya langsung menggoda Aliya. “Bener lo Yo. Pangeran berkuda putih Aliya udah datang. Untuk ngejemput belahan jiwanya.”
Aliya yang mendengar ledekan receh teman-temannya hanya menunduk malu.
“Ih Vallen. Jangan gitu dong. Aku sama kak Zio nggak ada hubungan apa-apa.” Aliya berusaha menjelaskan kepada Vallen bahwa dia dan Zio hanyalah teman dekat tapi itu bahkan tidak berpengaruh sama sekali.
“Aliya sayang, itu menurut lo aja. Bisa aja selama ini dia suka sama lo. Perlakuannya ke lo aja spesial banget kalau di perhatiin.” Vallen selalu mengatakan pada Aliya jika Zio memiliki perasaan lebih padanya. Namun entah kelewat polos atau kurang peka sehingga Aliya tidak menyadarinya.
Aliya mengabaikan ledekan teman-temannya dan memilih untuk berjalan ke arah Zio. Belum sampai di depan pintu tangan Aliya ditahan seseorang.
Aliya membalikkan badannya dan terkejut karena mengetahui orang yang mencekal pergelangan tangannya adalah David.
Bukan hanya Aliya saja yang terkejut tetapi seluruh murid yang masih ada dikelas terkejut melihat perlakuan David.
“Pulang bareng gue.” David tidak menghiraukan bisikan-bisikan dari teman sekelasnya dan pandangan bingung dari Zio. David menatap Aliya lekat seakan mengatakan bahwa dia harus pulang bersama David. Namun sayang, Aliya malah salah memahami arti tatapan David.
Seketika kelas menjadi hening. Tapi keheningan itu tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian sorakan terdengar lebih dominan. Entah itu para siswi yang tidak terima David memegang tangan Aliya atau sorakan dari teman-teman mereka yang sekedar meledek.
“Aduh dedek mau juga bang. Dedek juga mau di pegang tangannya sama bang David terchintah.” Rio heboh sendiri dan menggandeng tangan Rian untuk menunjukkan bagaimana tangan David yang menggenggam tangan Aliya.
Rian tidak mau kalah dan juga menimpali godaan Rio “Yang sabar ya adek. Adek juga bakal digandeng sama bang David kayak gitu.” Rian mendramatisir keadaan dengan mengelus rambut Rio.
“Potek hati dedek bang. Abang tega. Dedek kan nggak kuat.” Sambung Rio merengek dan berpura-pura mengusap air matanya.
Seluruh kelas tertawa karena kelakuan Duo R tersebut tapi tidak dengan David. Wajahnya masih datar dan memandang Aliya dengan tajam.
“Pulang bareng gue.” David mengulang ucapannya masih dengan tatapan mengintimidasinya.
“Em maaf tapi aku sudah janji pulang bareng kak Zio.” Aliya menunduk karena tidak berani menatap mata David.
“ Kalau gue bilang lo pulang bareng gue, itu artinya lo harus pulang cuman sama gue.” Dalam hati David menggeram kesal karena Aliya tidak bisa memahami arti dari tatapan yang diberikan David.
David baru menyadari apa yang tengah dia lakukan. Awalnya David tidak tahu kenapa ada sisi dirinya yang tidak ingin Aliya pulang bersama Zio. Tapi yang dia herankan kenapa badannya seakan bergerak sendiri dan apa yang sekarang dia tengah lakukan disini.
“Kalau Aliya udah bilang nggak mau jangan dipaksa.” Ucap Zio datar. Zio masuk ke kelas Aliya dengan langkahnya yang pasti dengan memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Zio memegang sisi tangan Aliya yang lain. “Dia udah ada janji bakal pulang bareng gue. Dan itu artinya gue yang bakal antar dia pulang.”
“Terus kenapa kalau Aliya udah janji? Bukan berarti dia harus pulang bareng lo hari ini juga kan.” David memandang Zio tajam. Terutama saat matanya menatap tangan Aliya yang digenggam Zio.
Suasana kelas menjadi tegang saat David dan Zio beradu mulut. Rio dan Rian yang melihat kejadian di depan kelasnya tidak menyangka jika David melakukan hal itu. Selama mereka berteman dengan David, David tidak pernah mengajak pulang cewek sebelumnya.
Bukan hanya Duo R saja yang terkejut melainkan seluruh isi kelas tidak menyangka akan menyaksikan kejadian langka seperti ini.
Aliya di perebutkan oleh dua cowok populer di sekolah. David yang merupakan anak pemilik sekolah dan Zio yang merupakan juara Olimpiade Sains khususnya Fisika. Kepintaran Zio tidak bisa diragukan lagi karena apabila dia mengikuti lomba pasti Zio akan selalu membawa pulang mendali emas.
David dan Zio, keduanya memang merupakan siswa most wanted disekolah dengan pesonanya masing-masing. David walaupun tidak pernah mengikuti perlombaan olimpiade apapun bukan berarti David tidak pintar seperti Zio.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa David menguasai 5 bahasa sekaligus, Indonesia, Inggris, Jerman, Perancis, dan Spanyol. Kemampuannya ini hanya di ketahui oleh keluarganya saja karena memang David tidak mau kelebihannya ini diketahui banyak orang.
David menarik tangan Aliya lumayan kencang sehingga genggaman Zio terlepas.
“Aliya pulang bareng gue, kita ada proyek biologi Bu Ana.”
David meracau dalam hati semoga alasannya tidak buruk dan tidak ada orang yang curiga. Tapi harapannya nyatanya tidak terwujud.
“Bukannya proyek yang Bu Ana kasih masih 2 minggu lagi ya?” Aliya menolehkan kepalanya ke arah David karena memang seingatnya proyek itu masih lama.
“Gue nggak suka nunda kerjaan.”
Tanpa memusingkan tanggapan Aliya, David langsung menarik tangan Aliya keluar dari kelas dan pulang bersamanya.
Karena cekalan David yang sangat kuat akhirnya Aliya mau tidak mau mengikuti langkah David. Aliya menolehkan kepalanya kebelakang meminta maaf kepada Zio yang dibalas dengan senyuman serta anggukan kepala.
“Hem, sepertinya sekarang gue punya saingan untuk ngedapatin hati lo Aliya.” Zio tersenyum sekilas dan memilih untuk keluar dari kelas ketika Aliya sudah berbelok ke koridor utama.
Sepeninggalan David dan Zio kelas langsung ricuh karena teriakan murid perempuan yang terpanah dengan kedatangan Zio ke kelas dan untuk pertama kalinya mereka melihat Zio tersenyum karena selama ini Zio dikenal dengan siswa yang dingin dan jarang untuk tersenyum.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Assalamualaikum.
Terimakasih yang sudah membaca cerita alakadar saya ini😁Kalau ada masukkan silahkan aja. Saya juga dalam proses belajar jadi masih membutuhkan arahan.
Kalau ada kesamaan tokoh, judul, latar, ataupun sebagainya saya minta maaf. Ini murni dari pemikiran sendiri kok. Dan cerita ini hanya sekedar fiksi belaka sekaligus imajinasi saya aja. Walaupun ada yang kenyataan sih😁
Ok see you...
Salam kenal...
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Ficção AdolescenteAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...