Motor yang di kendarai David berhenti di pekarangan rumah berlantai dua dengan warna putih yang dominan di setiap sisinya.
Setelah memarkirkan motor, Aliya dan David turun kemudian berjalan menuju pintu utama.
"David jadi setelah kamu pindah dari Bandung kamu tinggal di Jakarta selama ini?" tanya Aliya yang berjalan di sisi David.
"Enggak juga. Setelah pindah dari Bandung, gue sempat tinggal sekitar 2 tahun di Surabaya karena ayah lagi ngurus anak perusahaan yang kritis di sana. Trus setelah normal kembali gue sekeluarga baru pindah ke Jakarta."
"Jadi alasan kamu pindah itu karena cabang perusahaan ayah kamu mengalami masalah?"
"I-iya," jawab David. 'Tapi bukan itu alasan utamanya,' lanjutnya dalam hati.
"Tapi kenapa kamu tidak pamit dulu sama aku?"
"Soalnya gue berangkatnya malam dan gue baru tahunya saat itu juga saat mama udah siapin koper."
'Maaf untuk yang kesekian kalinya,' ucap David dalam hati.
David membuka pintu utama dan masuk ke dalam disusul Aliya di belakangnya.
"Assalamualaikum," ucap David dan Aliya berbarengan.
Mama David yang sedang duduk menonton TV menoleh ke sumber suara.
"Wa'alaikum salam."
Mama David beranjak dan berjalan menuju David. "Kamu sudah sholat ashar?"
David menganggukkan kepala, "Udah di sekolah tadi."
"Ma, David bawa tamu."
Mama David mengerutkan alisnya. "Mana tamunya? Kok nggak ada?"
David menggeser tubuhnya sedikit ke kiri dan terlihatlah Aliya yang sedari tadi berdiri di belakangnya entah kenapa, padahal sebelumnya David sudah meminta untuk berjalan di sampingnya.
"Aliya. Tante kangen banget sama kamu," Mama David langsung membawa tubuh Aliya ke dalam pelukannya.
"Aliya juga kangen sama Tante."
Mama David melepas pelukan mereka. "Aduh, terakhir kali kita ketemu waktu di sekolah dan itu udah lama. Tante juga sudah ketemu sama Diana di butik tapi tante belum sempat ke rumah kamu, maaf ya."
"Iya, nggak apa-apa kok Tante."
Mama David menoleh ke arah David yang berdiri di samping Aliya. "David, kamu ke dapur ambilkan minum dan cemilan buat Aliya, ya!"
David menaikkan alisnya terkejut. "Loh kenapa aku?"
"Aliya kan tamu. Masa dia yang ambil sendiri di dapur. Udah cepat sana!"
"Eh, Tante nggak perlu. Nggak usah repot-repot," sela Aliya.
"Enggak ngerepotin kok. Ayo kita duduk, tante pengen ngobrol banyak sama kamu," Mama David menuntun Aliya menuju sofa.
Setelah beberapa langkah mama David berhenti dan berbalik melihat David yang masih berdiri di tempat.
"David kok kamu malah berdiri aja di situ. Ayo ambil minum untuk Aliya pasti dia kehausan. Jangan lupa yang enak ya, mama juga di buatin," setelah mengatakan itu mama David kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
'Perasaan gue statusnya anak deh di rumah ini tapi kenapa serasa babu ya?'
Dengan pasrah David berjalan menuju dapur mengambil pesanan mamanya tadi. Sedangkan mamanya sudah mengobrol ntah apa bersama Aliya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Ficção AdolescenteAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...