KENANGAN

2.2K 64 7
                                    

Seharian sekolah membuat badan Aliya terasa remuk padahal ini baru hari pertamanya, akhirnya setelah membuka sepatu dia langsung masuk ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur.

"Ahhh... Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Enak bener pulang sekolah langsung kangen-kangenan sama tempat tidur dan guling kesayangan." Aliya memeluk gulingnya dan memejamkan mata sejenak. Baru akan memasuki alam mimpi, perut Aliya mengoceh ingin di isi oleh masakan terlezat ala pembantunya yaitu bi Siti.

Akhirnya karena merasa lapar Aliya membersihkan badannya dan turun ke lantai bawah untuk makan.

"Eh nak Aliya sudah pulang toh. Mau makan nak? Bibi siapkan dulu makanannya yo." Bi Siti berbicara dengan logat jawanya dan menyiapkan makanan untuk Aliya.

Mendengar itu Aliya langsung tersenyum senang dan menuju ke meja makan "Uh.. Bibi pengertian banget sih, sayang deh."

"Hehehe. Nak Aliya iki iso ae toh."

Sambil menunggu bi Siti selesai memanaskan makanan, Aliya membuka handphone yang berada dikantong celananya. Aliya sangat kangen dengan mamanya padahal belum ada 24 jam mamanya pergi.

"Halo, assalamualaikum." Jawab mama Aliya.

"Wa'alaikum salam. Mama apa kabar di sana?" tanya Aliya dengan antusiasnya.

"Alhamdulillah, mama baik kok di sini. Aliya juga apa kabar?"

"Alhamdulillah, Aliya juga baik ma. Mama kapan pulangnya Aliya kangen sama mama?" ucap Aliya dengan suara yang dibuat sendu bermaksud merayu mamanya.

"Hahaha. Kamu apaan sih kan mama baru pergi tadi pagi masa pulang sekarang. Mama baru bisa pulang sekitar dua atau tiga hari lagi sayang. Mama pesan Aliya jangan lupa sholatnya, jangan lupa makan, jaga kesehatan kamu, dan jangan lupa sering mandi."

"Hehehe. Ih mama bisa aja sih. Aliya itu jarang mandi karena menghemat air, kan kita nggak boleh boros ma."

"Iya hemat air tapi nggak mandinya sekali sehari doang sayang."

"Ngak papa ma, jarang mandi aja Aliya udah cakep gini apa lagi kalau keseringan mandi."

Di sana mama Aliya terkekeh mendengar perkataan Aliya.

Melihat bi Siti yang sudah selesai menyiapkan makanannya Aliya pun memutuskan telepon dengan mamanya. "Yaudah ya ma, Aliya mau makan dulu. Assalamualaikum.''

"Wa'alaikum sallam," ucap mama Aliya.

"Makasih yah bi Siti. Bi Siti terbalik deh, eh salah maksudnya terbaik," ucap Aliya sambil cengengesan.

"Nak Aliya udah sholat?" Aliya menganggukkan kepalanya membalas pertanyaan Bi Siti.

"Nak Aliya jangan lupa setelah makan, obatnya diminum. Jangan kebiasaan di simpan aja. Supaya nak Aliya bisa sehat."

"Iya bi Siti tersayang, tercinta, tet-ter puter lah. Aliya janji bakal minum obatnya kok." Aliya tersenyum ke arah bi Siti. "kalau inget,'' batin Aliya.

"Yo ues kalo gitu bibi ke kamar dulu, kalau butuh sesuatu panggil aja bibi." Setelah Aliya menganggukkan kepalanya bi Siti segera menuju ke kamarnya.

Aliya menghabiskan makanannya dan setelah itu pergi ke halaman belakang.

Di halaman belakang dia melihat bunga mawar yang ditanamnya. Aliya menyiram bunganya karena pupuk yang ada di pot sudah kering.

Aliya duduk di ayunan dan menikmati angin di sana. Ia jadi teringat ayahnya. Saat di Bandung setiap sore hari Aliya dan kedua orang tuanya selalu ke halaman belakang rumahnya yang dulu untuk bersantai bersama dan Aliya selalu memainkan ayunan yang dibuatkan ayahnya di halaman belakang rumah.

Saat pindah ke Jakarta, Aliya memang meminta mamanya untuk membuatkan ayunan di halaman belakang rumah agar Aliya tidak kebosanan jika mamanya pergi ke luar kota untuk mengurus butiknya.

"Ayah ayo dorong yang kenceng!" Aliya tertawa bahagia ketika ayahnya mendorong ayunan Aliya lebih cepat.

"Hahaha ayah anginnya kenceng banget. Aliya terbang. Wushhh."

"Anak ayah terbang yang tinggi. Satu,, dua,,tiga." Ayah Aliya mendorong ayunan Aliya lebih tinggi lagi.

"Ayah enak.. Aliya bisa terbang. Hahaha"

"Ayo Aliya terbang lagi. Wushh." Ayah Aliya tertawa karena ekspresi Aliya yang terlihat sangat bahagia.

"Kok sudah sih?" Aliya cemberut ketika ayahnya menghentikan ayunan yang di naiki oleh Aliya.

"Aliya sayang udah ya mainnya. Sudah sore." Mama Aliya mengusap kepala Aliya dengan sayang.

"Iya mainnya besok lagi ya. Ayah juga udah capek. Emang Aliya nggak capek?" Tanya ayah Aliya dengan lembut.

"Iya udah deh. Tapi besok kita main lagi." Aliya tersenyum ke arah orang tuanya dan masuk ke dalam rumah.

Aliya meneteskan air matanya. Kenangan bersama ayahnya sangatlah indah tapi sayang hal yang indah tak selamanya bisa bertahan.

"Kebersamaan dengan orang yang kita sayangi memanglah Indah, tetapi Allah lebih menyayanginya sehingga memberikan sesuatu yang lebih indah untuknya."

"Ayah. Aliya kangen sama ayah. Ayah apa kabar di sana? Pasti ayah sangat bahagia ya di sana karena Allah sangat menyayangi ayah." Aliya melihat ke atas memandangi langit sore.

"Aliya pengen ketemu sama ayah. Tapi Aliya takut mama nggak ada yang jaga. Kalau Aliya ketemu sama ayah di sana Aliya nggak bisa dampingin mama disini." Aliya menghapus air matanya dan tersenyum.

"Ayah nggak usah khawatir di sana. Aliya sama mama baik-baik aja di sini dan Aliya akan selalu bahagian mama." Aliya kemudian turun dari ayunan dan masuk ke dalam rumah.

Malam ini Aliya sangat bosan karena rumah sangat sepi dan tidak ada hal yang menarik untuknya. Baca novel lagi nggak mood, main game ah malas, buka ig nggak ada yang seru, pokoknya hidup Aliya sungguh membosankan.

Aliya baru saja ingin tidur tapi gagal karena mendengar teleponnya berbunyi.

Aliya berjalan menuju meja belajar karena handphone-nya ia letakkan di sana "Nomor baru, siapa ya?"

"Halo."

"Halo Aliya, uh akhirnya diangkat juga lama banget sih angkatnya kan Vallen nungguin," jawab orang di sana.

"Oh iya ternyata kamu yang telpon, aku kira siapa soalnya nomor kamu belum aku simpan."

Vallen menghela nafasnya "Ah dasar payah."

"Hehehe, ya maaf. Kamu kenapa nelpon malam-malam."

"Nggak sih cuman karena bosen aja di rumah soalnya keluarga gue pada keluar, nah guenya di tinggal karena ketiduran."

"Hahaha, siapa suruh kebo terus." Aliya terkekeh karena mendengar Vallen yang menggerutu sebal.

Sekitar 30 menit mereka bicara akhirnya Aliya memutuskan panggilannya karena sudah pukul 10 malam.

--------------------------------------------------
Assalamualaikum.
Semoga suka ceritanya😊
Jangan sungkan untuk vote dan comment ya😉

Salam kenal... 😊

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang