Bel pulang berbunyi dan kegiatan belajar mengajar telah usai untuk hari ini. Dengan gembira semua siswa-siswi berlomba untuk mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
"Ingat lo punya utang buat temenin gue jalan-jalan. Awas aja sampai lupa."
Aliya yang sedang sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas terkekeh pelan mendengar ucapan David.
"Ini udah yang kesekian kalinya kamu ingatin gimana mau lupa coba," Aliya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan David.
"Yah gue kan cuman ingatin. Lagian lo kan orangnya pikun dari kecil," ucap David dengan santai tanpa memusingkan Aliya yang sudah melotot ke arahnya.
"Enak aja! Aku nggak pikun."
David mengangkat bahu acuh. "Iya, nggak pikun cuman cepat lupa aja."
"Itu mah sama aja," Aliya menghela napas mendengar perkataan David yang memang benar adanya.
Aliya memang cepat lupa akan sesuatu entah itu lupa ketika menaruh barang atau yang paling sering Aliya bisa saja melupakan nama temannya sendiri ketika saat-saat tertentu.
"Udah? Ayo!"
David berdiri dari tempat duduknya dan di ikuti oleh Aliya. Mereka berdua berjalan bersama keluar dari kelas.
"Aliya, lo mau nebeng bareng gue nggak?" Aliya menoleh ke arah Vallen yang berdiri di sampingnya.
"Aku pulangnya bareng David hari ini."
"Pulang bareng? Oh sekalian nge-date ya? "
"Apaan nggak. Aku cuman mau temenin David jalan-jalan. Lagian aku juga kangen masa-masa kecil kami dulu."
"Ah masa?" Vallen menaik-turunkan alisnya berusaha menggoda Aliya.
"Iya Vallen. Kamu ih udah pulang aja duluan."
"Eh malah ngusir lagi. Iya iya yang nggak pengen di ganggu waktu berduaannya." Aliya baru saja akan memukul Vallen tapi Vallen sudah terlebih dahulu berlari menghindarinya.
"Semoga berhasil ya," terima Vallen dari kejauhan.
"Ada-ada aja," gumam Aliya pelan.
"Ayo," ucapan David menyadarkan Aliya dari rasa kesalnya karena ulah Vallen tadi.
"Jangan dengar omongan Vallen tadi, ya. Dia emang usil orangnya."
"Udah santai aja," jawab David memaklumi.
Setelah melewati koridor mereka akhirnya berhenti di parkiran karena David yang akan mengambil motornya terlebih dahulu.
David menyerahkan jaket yang ada di tasnya kepada Aliya. "Ikat di pinggang lo."
Aliya mengambil jaket tersebut dan mulai mengikatkannya di pinggang sesuai dengan instruksi David. Setelah David memutar motornya Aliya mulai menaiki motor David dan keluar dari lingkungan sekolah.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang menemani mereka. Aliya yang sibuk dengan hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang dan David yang fokus dengan jalanan yang berada di hadapannya.
Setelah beberapa menit berkendara David menghentikan motornya di taman kota yang lumayan ramai karena sore hari. David dan Aliya turun dari motor dan mulai berjalan di sekitar taman.
"Kenapa ke taman? Aku kira tadi mau makan."
David mengarahkan pandangannya kepada Aliya yang berada di sampingnya. "Lapar?"
"Sedikit," jawab Aliya dengan jujur.
"Pakai jaketnya, cuacanya lumayan dingin ntar lo sakit gue lagi yang di sidang sama tante Diana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Ficção AdolescenteAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...