Setelah dua hari tidak masuk sekolah sekarang Aliya sangat bahagia karena mamanya sudah memperbolehkannya kembali ke sekolah walaupun memerlukan berbagai rayuan untuk meyakinkan mama Diana.
Entah hanya perasaan Aliya saja atau kah benar, Aliya merasa ada yang berubah pada diri David hari ini. Entahlah dia merasa bahwa David hari ini agak aneh..... sedikit hangat.
Pasalnya ketika dia akan duduk di bangkunya David yang biasa cuek dan acuh dengan kehadiran Aliya malah memberikannya senyum, yah walaupun tidak begitu lebar tapi Aliya yakin bahwa David tersenyum kearahnya.
Aliya sempat berpikir apa yang membuat David seperti itu. Apakah dia sedang memenangkan sesuatu sehingga suasana hati David menjadi baik.
"Aliya, lo nggak ke kantin? Mau bareng?"
Pertanyaan David membuyarkan lamunan Aliya. Kan apa yang dia bilang, David memang aneh hari ini. David tidak pernah mengajaknya ke kantin sebelumnya. Jangankan mengajak, berbicara saja bisa di hitung dengan jari setiap harinya.
"Ah nggak. Aku lagi nggak mau ke kantin. Malas desak-desakan." Jawab Aliya dengan halus.
"Yaudah gue ke kantin dulu."
Setelah mengatakan itu David keluar dari kelas bersama Rio dan Rian di sampingnya.
Setelah David keluar, Vallen pindah dan duduk di hadapan Aliya.
"Aliya kok tumben David banyak ngomong gitu. Aneh kan? Masa perubahannya bisa cepat banget." Vallen mengerutkan alisnya karena merasa David yang saat ini berbeda jauh dari David yang sebelumnya.
Aliya mengangguk dan menyetujui pendapat Vallen. "Iya aku juga bingung. Nggak biasanya dia banyak bicara, palingan juga deheman aja. Memang selama aku tidak masuk ada terjadi sesuatu?"
Vallen berusaha mengingat adakah hal spesial atau yang lainnya selama dua hari belakangan ini. "Seingat gue nggak ada, semuanya seperti biasa aja."
"Oh iya, tapi baru hari ini sih David kayak gini. Kemarin-kemarin nggak tuh masih cuek. Apa karena ada lo ya?" Lanjut Vallen.
Aliya tersentak dan menundukkan kepalanya berusaha menahan malu. " Ti-tidak. Apa hubungannya sama aku. Kamu ada aja."
Aliya menggelengkan kepalanya dan berusaha bersikap biasa saja mendengar perkataan atau lebih tepatnya pertanyaan Vallen.
Tidak dapat di pungkiri, ada sebagian sisi hati Aliya yang menghangat melihat sikap David kepadanya hari ini.
"Iya tapi aneh aja masa berubahnya cuman butuh sehari. Ah udahlah bikin pusing aja itu orang."
Aliya terkekeh pelan. Ternyata bukan cuma dirinya saja yang merasa David berbeda hari ini.
"Semoga akan selamanya seperti ini," batin Aliya.
*****
Di kantin..
"Vid, lo tumben banget banyak ngomong hari ini. Biasanya cuman pake bahasa alien lo mulu." Ucap Rian sambil meminum minuman dinginnya.
"Iya, lo nggak lagi kerasukan kan? Apa jangan-jangan kepala lo habis kebentur gara-gara jatoh di kamar mandi. Coba gue periksa." Rio langsung berdiri dari tempat duduknya dan membolak balikkan kepala David siapa tahu ada darah atau benjolan.
David memutar bola matanya jengah kala Rio masih saja memegang kepalanya dan menggerakkannya ke kanan, kiri, atas, dan bawah.
"Apaan sih! Lo mau matahin leher gue?!" David menepis tangan Rio yang memegang kepalanya karena merasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Teen FictionAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...