ADA APA?

1.4K 41 10
                                    

Sepanjang koridor David tak henti-hentinya menarik tangan Aliya, karena langkah David yang lebar Aliya jadi sedikit berlari untuk menyesuaikan langkahnya. Tak jarang Aliya tersandung kakinya sendiri karena David berjalan sangat cepat.

“Aww. Ishhh pelan-pelan napa. Aku pake rok tau.” Gerutu Aliya karena harus menyamakan langkahnya.

David yang tersadar langsung melepaskan tangannya.

“Eh, maaf.” Genggaman tangan Aliya terlepas. Aliya mengelus tangannya karena sakit.

David yang merasa canggung menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Lo nggak papa kan?”

“Ih nggak papa apanya. Tangan udah merah, kaki pegal, untung roknya nggak robek. Kalau robek kamu harus jahitin pokoknya.” Aliya memarahi David sambil berkacak pinggang.

“Lo diapain tadi sama Sofie?”

“Nggak diapa-apain kok. Cuman dia marah-marah doang. Padahal kan aku udah minta maaf.”

“Lain kali kalau dia lakuin itu lagi bales aja. Orang kayak gitu nggak akan berhenti kalau lo diam aja.”

Aliya menggeleng karena tidak setuju dengan pendapat David. “Nggak. Trus kalau kita ngebalas apa yang dia lakukan lalu apa bedanya kita sama dia? Kalau aku sih biarin aja, paling ntar capek sendiri.”

Ekspresi David langsung berubah ketika melihat wajah Aliya yang pucat.

“Lo sakit yah? Kok muka lo pucat gitu?”

“Ah, i-itu a-aku nggak bisa capek. Iya gitu.” Aliya menengguk silivanya karena melihat wajah David yang menatapnya intens.

“Beneran lo nggak sakit?” Aliya menganggukkan kepalanya.

“Oh oke. Kalau gitu jaga kesehatan lo. Jangan sampe kecapean.” Setelah menyelesaikan kalimatnya David berbalik dan berjalan menuju ke kelas.

Setelah kepergian David, Aliya terduduk di lantai koridor. Untung saja saat ini koridor sedang sepi karena bel masuk baru saja berbunyi.

“Jangan sekarang. Ini bukan saatnya. Aku harus kuat.” Aliya mengambil sesuatu di tasnya kemudian menelannya. Setelah lebih baik Aliya berdiri dan menormalkan napasnya. Saat dirasa sudah normal Aliya melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.

Tanpa Aliya ketahui ada seseorang yang memperhatikan kejadian itu dari awal. “Apa yang lo sembunyikan Aliya?” Orang itu pergi setelah melihat Aliya sudah masuk ke kelasnya.

                                *****

Saat ini dikelas XI MIA 2 sedang free class karena guru yang mengajar sedang berhalangan datang.

“Aliya gabut nih ngapain gitu.” Vallen berjalan ke bangku Aliya dan menarik bangku kosong ke meja Aliya.

“Emang sih. Tapi tumben kamu nggak tidur. Biasanya kalau jam kosong gini kamu udah buat teluk dimeja.” Aliya terkekeh karena melihat ekspresi Vallen.

“Ih apaan sih. Gue tuh kalau tidur nggak pernah buat teluk keles. Emang lo kalau tidur udah kayak buat peta samudra. Gue tuh kalau tidur sleeping beauty tau.”

“Alah sleping beauty tapi ngorok. Yakin sleping beauty?”

Vallen nyengir mendengar perkataan Aliya. “Ih lo apaan sih jangan buka aib napa. Itu tandanya gue tidur nyenyak.”

“Iyain aja dah biar cepet, dari pada bonyok.”

“Nah anak pintar.” Vallen mencubit kedua pipi Aliya sehingga Aliya memukul-mukul tangan Vallen karena pipinya sudah sakit.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang