Chapter 3

31.1K 1K 18
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca, ya 😊

Happy reading 😊😊

"Satu." Rangga mulai menghitung lalu merenggangkan pelukannya.

"Kurasa itu cukup," ucap Bisma jengah.

"Duam"

Bisma mulai mendekati mereka.

"Sekarang!" Rangga meraih pergelangan tangan Key dan segera menariknya keluar.

"Brengsek! Kalian menipuku!" Bisma pun mengejar mereka.

"Rangga, dia mengejar kita," ujar Key panik. Langkahnya entah mengapa sangat ringan mengikuti Rangga yang menariknya. Mungkin karena Key terlalu takut.

"Tidak akan lama, terus berlari dan dia akan berhenti saat di tempat ramai nanti." Rangga terus menarik Key.

Benar saja, Bisma sudah tak terlihat ketika Rangga dan Key sampai di koridor yang banyak orang. Bisma tak benar-benar mengejar mereka. Ia hanya berpura mengejar sebentar lalu berhenti. Pria itu menjilat mata pisau di tangannya dengan seringai mengerikan. "Ini belum saatnya, Keyra."

Pria itu bahkan sudah menebak jika Tangga akan membawa Key lari.

Rangga menghentikan langkahnya dan membalik tubuh Key ke hadapannya. "Apa yang sakit?" Rangga memeriksa tubuh Key. Lalu memastikan leher gadis itu yang tadi menjadi incaran Bisma masih baik-baik saja.

"Ini." Key memegangi dadanya dengan napas tak beraturan.

"Astaga, dadamu terbentur sesuatu?" Rangga bertanya dengan panik.

"Di sini terluka," jawab Key dengan nada kesakitan.

"Kita ke rumah sakit sekarang." Rangga kembali menarik Key.

Tapi Key balik menariknya. "Aku terluka saat kamu merelakanku untuk pria gila itu. Aish! Aku jadi patah hati mendengarnya." Key mendengus menatap Rangga.

Rangga tertawa kecil lalu mengusap kepala Key. Bersyukur bahwa Key tak benar-benar terluka. "Aku tidak bermaksud begitu, maaf ya?" Rangga menangkup wajah Key.
Key langsung memeluk Rangga dikeramaian itu. Dengan senang hati Rangga membalas pelukannya.
*
*
Hari ini Rangga berangkat dengan mobilnya bersama Key karena motornya dibawa Rafael.

"Aku jadi takut ke kampus," ucap Key saat mobil Rangga mulai memasuki gerbang kampus mereka.
"Aku juga jadi lebih takut lagi membuatmu ngambek, Key." Rangga mengacak gemas rambut Key.
"Itu malah bagus," ledek Key sambil merapikan rambutnya kembali.

Rangga memarkirkan mobilnya.
"Ingat pesanku, jangan pergi tanpa Via. Jangan marah-marah nggak jelas lagi. Tunggu aku saat istirahat nanti. Oke?" pesan Rangga.
"Iyaaa... aku mendengarmu, Rangga. Kamu mengulanginya 6 kali pagi ini," ucap Key tak kalah gemas dengan sikap Rangga ini.
"Aku serius, Key, pergerakan Bisma tak terbaca. Aku yakin dia benar-benar sosiopath. Buktinya tak ada yang menyandarinya selama ini kan."
Key menggeleng. "Aku meralat tuduhanku pada Bisma. Sepertinya bukan psychopath, buktinya dia tidak berani melukai aku, Rangga. Ada sisi lain yang terlihat darinya kemarin, dia tidak tega melukaiku, kan?"
"Belum." Rangga meralat. "Tapi sebelum itu benar-benar terjadi, kita hindari makhluk gila itu."
Key akhirnya hanya bisa mengangguk paham. Membuat Rangga tenang adalah hal yang harus ia lakukan karena Rangga adalah orang yang paling panik jika Key terluka, sedikit pun.
*
*
*
Entah apa yang terjadi, 5 menit lalu kampus tiba-tiba ramai seperti ini.
Orang-orang yang berlalu lalang tak bisa ditanyai karena mereka juga terlihat panik, lebih tepatnya penasaran dengan apa yang terjadi.

"Key, ayo." Via menarik tangan Key tak sabaran mengikuti orang-orang yang berlari.
"Ada apa?" Key membuka suara pada Via.
"Entahlah," jawabnya dengan kedua bahu sedikit terangkat.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang