***Chapter 100***

8.1K 485 207
                                    

Sesuai janji kalau Untouchable Girl tembus 100 komentar akan ada bonus Psychopath hari ini😚😆

Untouchable menyusul, aku edit dulu. Kalau selesai nanti malam aku publish. Kalau belum selesai besok ya 😚 Terima kasih pengertiannya 😍

300 komentar bonus 1 chapter lagi😄

Happy reading😊

"Singkirkan selimutnya!"
Anne menggeleng cepat.
"Setelah bosan menjadi pendebat, sekarang apa kau ingin berperan sebagai istri pembangkang?"
"Aku kedinginan tahu!" balas Anne sengit.

Morgan merebut paksa selimut di tangan Anne lalu melemparnya begitu saja ke lantai.
"Morgan!"
"Apa?" balas Morgan santai.
"Ini membuatku tidak nyaman," Anne menarik ujung bajunya hingga pahanya lebih banyak yang tertutup kemeja putih itu.

Morgan menarik tubuh Anne ke arahnya hingga punggung Anne kini bersandar di dada Morgan.
"Morgan-," Anne tampak gugup dengan hal itu.
"Aku akan memelukmu agar tidak kedinginan." Morgan menghirup dalam-dalam aroma istrinya yang sangat khas saat bangun tidur. Begitu menenangkan dirinya yang sedang bimbang.

"Kamu sangat aneh pagi ini," Anne menoleh ke belakang untuk menatap Morgan.
"Tidak ada yang aneh. Aromamu sungguh memabukkan. Jika saja aku tega mengganggu tidurmu tadi, aku mungkin sudah menciummu sepuasku, Anne."

Anne merona dengan senyum tertahan, "Kalau begitu, cium aku sekarang."
Morgan terkekeh geli dengan ucapan Anne yang tak pernah terlintas di benaknya itu, "Kau semakin pintar saja sejak menjadi istriku."

"Tentu saja," jawab Anne bangga. Anne kembali menyandarkan punggungnya dengan nyaman di tubuh Morgan.
Morgan memberikan kecupan-kecupan kecil di kepala wanitanya, "Ann."
"Apa?"

"Menurutmu... aku harus bagaimana?" Morgan menghela napasnya sedangkan Anne masih diam mendengarkan keluhan sang suami.
"Bisma meminta sesuatu padaku tapi dia terlihat ragu. Aku takut Bisma akan menyesal jika aku melakukannya. Aku harus bagaimana?"
"Jangan dilakukan. Jika Bisma menyesal, aku yakin kamu akan lebih menyesal, Morgan," jawab Anne yakin.

"Masalahnya...," Morgan berhenti lagi. Ragu untuk memberitahu istrinya. "Jam berapa kamu akan masuk kuliah?"
"Jam sembilan," jawab Anne tanpa ingin mempermasalahkan kalimat Morgan yang belum tuntas tadi. Anne takkan memaksa Morgan memberitahunya jika Morgan memang tidak ingin memberitahunya.
"Akan kuantar."

Anne menganggukkan kepalanya patuh. "Aku ingin kamu nanti juga menjemputku," pintanya manja.
"Benarkah ini seorang Joe Anne istriku?" canda Morgan hampir tak percaya melihat Anne yang sangat manja pagi ini.

"Memangnya kenapa? Kau tidak suka?"
"Aku menyukai semua yang ada padamu, Anne. Terutama tubuhmu seperti tadi malam."
"Ya!!" Anne memekik keras dan memukul paha Morgan karena ucapan pria itu terlalu frontal.

Morgan tertawa kecil "Itu kenyataannya. Aku harus bagaimana?" Morgan mengusap kepala Anne gemas lalu meletakkan dagunya di sana.
Anne tak menjawab. Wanita itu hanya memejamkan matanya di dekapan Morgan di pagi yang cerah ini. Hangat. Membuatnya tak ingin beranjak.

Sesaat hening menguasai kamar itu hingga Morgan kembali bersuara, "Anne."
"Ya?"
"Kau mau datang ke undangan pesta bersamaku?"
"Pesta?"
"Hm. Rekan bisnisku besok lusa akan menikahkan putranya. Kau mau datang denganku?"

"Apa itu tidak masalah?"
"Aku akan senang jika kamu mau ikut. Aku akan mengenalkanmu pada kolegaku di sana. Kurasa kamu harus mulai belajar menyesuaikan diri dengan kehidupanku."
"Apa di sana ada wartawan?"
"Kau akan bersamaku, Anne. Jangan khawatir."

"Tapi Morgan, kamu tahu kan aku tidak suka kehidupan pribadiku dicampuri jika kita membiarkan wartawan lebih jauh menjamah rumah tangga kita. Kurasa cukup dengan dulu kamu membiarkan beberapa wartawan datang ke acara pernikahan kita. Semua orang sudah tahu jika aku istrimu."
Setelah ucapan Anne berakhir, keadaan kembali sunyi. Tak ada balasan dari Morgan.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang