Chapter 110

6.7K 416 147
                                    

Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan 😊😊

Maapkan semua kesalahan Kiran yak.
Yang paling sering bikin kalian kesel,
Yang sering bikin kalian nangis,
Yang sering ngegantungin kalian,
Yang sering buat kalian lama nunggu
Yang kadang ngilang gitu aja😆😆

Em... Apa lagi ya, pokoknya semua kesalahan Kiran dimaafin yak😚

Happy reading😍

"Balas jangan hubungi aku lagi atau-"
"Morgan..."
"Aku belum selesai, Anne. Balas jangan pernah menghubungiku lagi atau ponselmu kulempar sekarang."
"Lempar saja, toh nanti aku bisa membelinya la-"

Pyarr!!

Anne melotot tak percaya melihat Morgan benar-benar melemparkan ponselnya ke tembok dengan bantingan keras hingga ponselnya hancur menjadi beberapa bagian.
"Morgan!!" pekik Anne tak terima.

Morgan hanya menyeringai santai  "Bukankah itu pilihanmu?"
"Tap-tapi... Ya Tuhan! Kau ini apa-apaan, sih?"

"Aku memberimu pilihan dan kamu memilih salah satunya. Lalu salahku di mana, Anne sayang?"

Anne tahu Morgan hanya ingin menggodanya dengan panggilan sayang itu. Anne takkan termakan rayuannya.
"Kau gila?"

"Kau tahu jelas itu." Morgan mengusap kepala Anne dengan santai. "Kau sangat tahu aku tak suka main-main dengan ucapanku. Kau juga tahu aku bisa berbuat gila karena dirimu. Jadi lain kali, jangan main-main juga dengan ucapanmu, Anne." Morgan mengecup bibir Anne sekilas lalu beranjak keluar dari kamar mereka.

"Ya! Kenapa kau selalu pergi begitu saja saat kita sedang ada masalah?!"
Anne menggelengkan kepalanya tak percaya melihat ponselnya sudah tak berbentuk lagi di lantai. Morgan benar-benar gila.

Anne menarik selimutnya hingga ke atas kepala dan mencoba cepat terlelap.
*
*
*
Sejak masuk ke kamar tadi, Bisma belum mengatakan sepatah kata pun pada Key.
Meski Key mencoba mengajaknya bicara, tapi Bisma memilih diam.

Key masih terjaga hingga pukul 1 dini hari karena tak ada pelukan hangat dari Bisma kali ini.
Ia sudah sangat mengantuk tapi tak bisa tidur.

Key membenturkan belakang kepalanya berkali-kali ke headboard ranjang dengan pelan untuk mengusir rasa peningnya karena tak bisa tidur.

Wanita hamil itu menatap Bisma yang sedang tidur memunggunginya. Key tak terbiasa seperti ini.
Rasanya ia ingin menangis kencang karena Bisma mengabaikannya, tapi Key juga tak ingin mengganggu tidur Bisma.

Bisma terlihat sangat lelah setelah bertengkar dengan ayahnya tadi dan Key takkan mengganggu istirahat Bisma.

Key mengusap perutnya perlahan, mencoba menenangkan bayi-bayinya yang tampak tak nyaman malam ini. Sesekali Key harus menahan ringisannya saat tendangan bayinya cukup kencang. Key berharap mereka mau cepat tenang agar Key juga bisa beristirahat.

Key mengubah posisinya menjadi berbaring agar ia juga cepat tidur tapi lagi-lagi bayinya seperti tak nyaman dengan posisi itu.

Key kembali duduk bersandar dengan helaan napas pelan. Ia sudah sangat mengantuk tapi mereka tak membiarkan Key bisa tidur.

'Bisma, tenangkan si kecil,' benak Key berbisik sendu. Bolehkah ia menangis sekarang karena perlakuan dingin Bisma tadi?
Key tahu ia salah di mata Bisma tapi Key memang tak sepenuhnya salah karena memaafkan ayah mertuanya.

Tangan Key terangkat hendak menyentuh lengan Bisma. Ia ragu dan takut Bisma akan marah padanya. Tapi Key juga tak tahan lagi jika harus terjaga hingga pagi.

"Bisma...," lirih Key, berharap Bisma mendengarnya dan sudi memeluknya malam ini. Tak ada jawaban. Entah Bisma tak ingin bangun atau memang Bisma tak mendengarnya.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang