Chapter 119

5.8K 452 527
                                    

Cieee The Danker ditembusin 😅 biar dapat bonus psychopath yak 😆

Tembus 500 komentar bonus 1 chapter psychopath 😂

Happy Reading 😍 😚

Senin pagi adalah hari yang bersemangat untuk memulai hari. Bisa dibilang harimu selanjutnya tergantung pada hari seninmu.
Dengan kemeja biru laut yang dipadukan celana jeans putih, Anne keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama sang suami yang sudah menunggunya di ruang makan.

Saat baru sampai di meja makan, seorang pelayan menghampiri Morgan dengan sebuah kotak berukuran besar di tangannya.
Anne tak jadi menarik kursi untuk duduk dan menunggu pelayan itu memberitahu kotak apa itu.

"Permisi, Tuan, ada kiriman untuk Nyonya Anne."

Morgan melirik kotak itu sekilas dan kembali berkutat pada ponselnya. "Edgar!" panggil Morgan sedikit keras sedangkan Anne menghampiri kotak itu.

"Saya, Tuan?" Edgar datang dengan cepat dan berdiri di belakang Morgan.
Morgan hanya menggerakkan sedikit dagunya ke arah kotak yang baru saja Anne pegang dan Edgar mengangguk mengerti.

"Baik, Tuan." Edgar mengambil kotak itu dari Anne. "Maaf, Nyonya." Setelahnya Edgar pergi dengan kotak yang ia bawa.
Anne terlihat bingung. "Mau dibawa ke mana?" tanya Anne sedikit tinggi tapi Edgar sudah berlalu.

"Duduklah, Ann, aku sudah terlambat 1 jam."
"Aku kan tidak menyuruhmu menunggu dan mengantarku," balas Anne lalu menarik kursi untuk segera sarapan. "Mau dibawa kemana paket untukku tadi?" tanya Anne masih penasaran.

Morgan meletakkan ponselnya dan acara sarapan pun dimulai.
Anne mendengus saat Morgan kembali irit bicara dan datar seperti ini lalu ikut sarapan.

"Mana jus nanasku?" tanya Anne pada pelayan yang ada di ruangan itu. Anne terbiasa ada nanas di salah satu menu makannya dan setiap pagi Anne ingin jus nanas dengan susu putih.
"Maaf, Nyonya—"

"Bukankah aku sudah menyuruhmu menemui dokter kandungan pilihanku? Jangan lagi mengonsumsi nanas, Anne."

"O—oh... itu..." Anne mengusap tengkuknya. "Setelah dari Bandung kemarin tugasku sangat menumpuk jadi aku belum sempat berkonsultasi." jelas Anne sedikit tak enak pada Morgan. "Aku harus sering mengerjakan tugas kelompok jika pulang kuliah."

Morgan menghela napasnya lalu melanjutkan sarapannya.

Di tengah acara makan mereka, Edgar kembali dengan kotak tadi dan meletakkannya di sebelah Morgan "Aman, Tuan."

"Hm." Morgan menyahut singkat dan Edgar segera pergi.
"Kau bisa membukanya sepulang kuliah." Morgan mendorong kotak itu pada Anne.

"Tidak boleh sekarang? Aku penasaran dengan isinya dan dari siapa."

Morgan menggeleng pelan. "Sepulang kuliah, selesaikan sarapanmu dan segera keluar." Morgan mengakhiri sarapannya lantas berlalu keluar dari rumah.

Anne memanyunkan bibirnya jengkel dan membanting sendok ke piringnya hingga beberapa pelayan yang mendengar terkejut melihat kelakuan majikannya yang selalu ajaib setiap kesal.

"Apa dia marah hanya karena aku belum ke Dokter? Dasar!" Anne menyambar tasnya dan ikut keluar dari rumah.

Wanita itu masuk ke mobil suaminya yang mesinnya sudah menyala. Mobil pun berlalu dan kali ini Morgan sendiri yang mengemudikannya.

"Kenapa kamu kembali irit bicara, sih?" Anne menyuarakan apa yang sedang ia pikirkan.

"Aku sedang sangat sibuk."

"Kau benar-benar sibuk jika pergi dengan sopir lalu berduaan dengan ponsel atau mac-mu dan mengabaikanku yang jelas ada di sebelahmu. Tapi sekarang kau sedang menyetir sendiri. Aku tahu kau tak benar-benar sibuk, kan? Kenapa malas bicara padaku?"

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang