Chapter 122

5.8K 390 435
                                    


YANG LAGI MAKAN TOLONG DIHABISKAN DULU MAKANANNYA DAN MENUNDA MEMBACA UNTUK BEBERAPA SAAT.

YANG DI BAWAH 18 MINGGAT WOY! 😂😂

TERIMA KASIH

300 komentar untuk 1 chapter lagi kuy😄

Happy reading 😍

Kedatangan Morgan yang tak pernah disangkanya membuat wanita itu terlonjak girang lalu menarik tangan Morgan agar segera masuk ke apartemennya.
Morgan menyeringai dan berjalan menuju sofa.
Sebelum duduk, tubuh Morgan sudah dibalik seseorang dengan cepat lalu Morgan merasakan wanita itu menciumnya dengan tidak sabaran.

Morgan membalas ciumannya, merengkuh pinggang sempit itu agar lebih merapat padanya lalu menindih wanita itu di sofa.

Morgan menahan kedua tangan wanita itu yang sudah tampak tak sabar lalu tersenyum kecil. "Namamu Vanya, kan?" tanya Morgan sembari mengusap sebelah pipi wanita itu.

Perempuan bernama Vanya itu mengangguk pelan dan hampir kembali meraih tengkuk Morgan tapi Morgan segera menahan bahunya. "Easy, Baby. Kita masih punya banyak waktu," ucap Morgan berbisik di sebelah telinga wanita itu.

"Kau datang pagi-pagi sekali, kupikir kaulah yang tidak sabaran, Tuan Winata."

"Di mana kamarmu?"
"Hanya ada 1 kamar di sini."

Morgan mendongak untuk menemukan kamar Vanya lantas menggendong perempuan itu menuju kamarnya.

"Aku pikir kau takkan secepat ini mengkhianati istrimu, Morgan."
*
*
*
Kehangatan rumah tangga Bisma dan Key semakin terjalin setelah lahirnya Duan dan Sean. Bisma belum ingin berangkat ke kantor karena tak bisa jauh dari anak-anaknya.
Bahkan Bisma sangat betah berada di kamar bayi-bayi tampan itu yang terletak di sebelah kamarnya.

"Baringkan di sini, Bisma. Sean kedinginan," ucap Key dengan nada gemas lantaran Bisma tak segera memakaikan pakaian pada Sean yang baru saja mandi, sedangkan Duan sudah terlihat rapi dengan baju yang Key pilihkan.

"Kedinginan? Aku membungkusnya dengan selimut tebal, Sayang." Bisma menghampiri istrinya dan memberikan Sean pada Key. "Aku gemas sekali pada mereka."

"Aku lebih gemas padamu," balas Key dengan nada sedikit jengkel.

Bisma terkekeh sembari meraih tubuh mungil Duan untuk ia gendong. "Uh... anak papa sudah tambah tampan, hm?" Bisma menciumi wajah Duan hingga bayi itu tampak mengusap-usap wajahnya dan itu membuat Bisma tertawa.
"Dia tidak mau kucium, Key," adu Bisma dengan tawa geli melihat ulah Duan.

Key ikut tertawa. "Kamu belum mandi, Papa sayang."
"Benar juga. Tapi Sean tadi baik-baik saja saat kucium. Duan sangat jual mahal ya." Bisma membaringkan Duan di samping adiknya yang sedang Key pakaikan baju. "Mereka lucu sekali. Rambut Sean menggemaskan, sama seperti rambutmu, Sayang."

Key mengusap rambut Sean. "Setidaknya ada yang mirip denganku. Tidak adil jika semuanya sangat mirip denganmu."
"Mereka laki-laki, Key, jadi harus mirip denganku agar mereka menjadi pemuda yang tampan nantinya."

Key mengangguk mengalah. Bisma memang selalu bangga mengakui jika bayi mereka sangat mirip dengannya.
"Nanti sore kita ajak mereka ke taman kompleks, ya?" pinta Key.

"Tidak bisa. Udara luar tak baik untuk paru-paru mereka. Babies hanya bisa keluar berjemur di pagi hari. Itu cukup."
"Kamu berlebihan," dengus Key tak terima.

"Nanti saat usianya 1 tahun kamu baru boleh membawa mereka keluar."
"1 tahun? Saat mereka sudah bisa berjalan dengan lancar? Astaga. Kukira hanya sekitar seminggu."

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang