Chapter 116

6.5K 426 65
                                    

cie ditembusin 500 😝 bonusnya nih

Happy reading😍

"Wahh... kau tadi sangat keren," ucap Anne saat mereka keluar dari ruang rapat dan masuk ke dalam lift. "Aku sampai merinding." Anne mengusap bahunya dengan bulu meremang dalam rangkulan Morgan.
Keadaan kantor yang sudah sedikit sepi membuat lift bergerak cepat menuju lantai 1.

"Kau juga keren," balas Morgan saat mereka keluar dari lift.
Rombongan dari Jakarta masih mengikuti mereka di belakang.
"Aku?" tanya Anne bingung. "Kurasa aku hanya diam dari tadi. Apa kerennya?"

"Diam saja seperti orang bodoh cukup keren untukmu."
"Hentikan!" pekik Anne tak terima lantas menginjak kaki Morgan dengan high heels-nya.

Morgan terkejut dan menjauh dari Anne secara spontan. Beruntung sepatunya sedikit membantu menghalangi high heels Anne melukai kakinya hingga kini ia hanya merasakan sedikit rasa panas di kakinya akibat injakan Anne yang tak main-main.
"Kenapa kau berteriak?" kesal Morgan dengan tatapan tajam.

"Berhentilah mengataiku bodoh atau kau akan sangat menyesal," ancam Anne dengan telunjuk mengarah pada Morgan.

Morgan menarik telunjuk Anne ke arahnya hingga tubuh itu membentur dadanya dengan keras.
Anne terlihat terkejut dan hampir jatuh karena high heels-nya tapi Morgan segera menangkap pinggang sempit itu dengan tangan kokohnya sampai benar-benar merapat padanya.
"Apa kau baru saja mengancamku, cantik?" tanya Morgan santai dengan seringai mengerikan. Lengannya semakin erat memeluk Anne yang salah tingkah.

"Lepaskan!" Anne mencoba mendorong Morgan dengan kedua tangannya yang ada di dada Morgan. Ia benar-benar malu karena banyak karyawan yang belum pulang melihat ke arah mereka karena mereka sedang ada di depan pintu utama perusahaan.

Morgan malah tertawa mengejek melihat ketidakberdayaan istrinya melawan dirinya. "Bukankah kau tadi mengancamku, Nyonya Winata?"
"Lepaskan sekarang atau itumu kutendang!" ucap Anne mencoba menakuti Morgan yang malah membuat tawa pria itu semakin keras.

"Coba saja." Morgan mendekatkan wajahnya pada Anne dan Anne refleks memejamkan matanya gugup. Morgan mengecup ujung hidung Anne lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Anne. "Coba saja lakukan, dan aku akan membuatmu mengandung 5 anakku sekaligus."

Blush!
Wajah Anne memanas dan menimbulkan warna merah yang sangat terlihat hingga ke telinganya.
"Men-jauhlah!" Anne memalingkan wajahnya dan masih berusaha mendorong Morgan menjauh. "Jangan mesum."

Morgan melonggarkan pelukannya pada pinggang Anne lalu menghela wanita itu untuk masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh sopirnya sejak tadi.

"Kita berpisah di sini saja," ucap Morgan pada rombongannya lalu menatap salah satu anak buahnya. "Edgar, antar Sandra ke hotelnya."
"Baik, Tuan. Mari, Nona," ucap Edgar seraya membuka pintu mobilnya untuk Sandra.

"Saya permisi, Pak. Selamat malam," pamit Sandra.
"Hm." Morgan mengangguk kecil lantas masuk ke dalam mobilnya.

"Kau benar-benar menyebalkan!" ucap Anne saat Morgan baru saja mendapat posisi nyamannya di dalam mobil.
"Jalan," titah Morgan pada sopirnya. Mobil pun mulai melaju meninggalkan perusahaan. "Naikkan pembatasnya."
"Baik, Tuan."

Lalu sebuah pembatas jok depan dan belakang naik perlahan menghalangi pandangan keduanya dari depan.

"Wahhh... keren sekali," decak Anne takjub. Ia sejenak melupakan rasa kesalnya pada Morgan.
"Istri seorang Morgan Winata bukanlah wanita kampungan," ucap Morgan datar.

Anne mendengus. "Aku tadi hanya sedikit terkejut," kilahnya tak terima. Anne baru sadar jika kini ia sedang menaiki mobil mewah yang benar-benar mewah.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang