Chapter 131

6.1K 455 201
                                    

Tenang, kalian gak sendiri kecewanya 😂

Siders kemarin muncul ke permukaan semua 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siders kemarin muncul ke permukaan semua 😂

Happy reading 😊

Lagi-lagi Anne harus mendengkus kesal karena ia terus diikuti Edgar dan Maya. Atas perintah Bisma, dua orang itu akan selalu menempel pada Anne. Ke kampus sekalipun. Hal itu benar-benar membuatnya tak nyaman.

Anne baru saja pulang dari acara berkumpul dengan teman-temannya usai kuliah. Perempuan itu langsung menuju kamarnya, dan Maya masih mengikutinya.

Anne mengumpati Bisma bersamaan dengan rasa terima kasihnya. Jika dipikir lagi, mungkin ada baiknya juga Bisma memerintahkan Maya untuk selalu menempel pada Anne karena Anne tak yakin dalam dirinya tak ada niat sama sekali untuk bunuh diri. Siapa yang akan tahu?

Seminggu berlalu Anne mencoba menahan dirinya yang belum mendapat kabar apa pun dari sang suami. Anne berusaha tetap baik-baik saja tapi air matanya yang setiap malam tumpah menandakan bahwa ia sangat menderita.

Anne menatap langit-langit kamarnya. Tubuhnya sangat lelah karena aktivitasnya seharian ini di luar tapi matanya belum ingin terpejam. Anne benar-benar ingin mengakhiri ini semua dan hidup bahagia seperti dulu.
Bahkan ia sudah tak berani bertemu dengan Ilham meski ia sudah merencanakan pembalasan yang menyakitkan untuk Morgan karena ancaman Bisma yang akan menggabisi Ilham jika ia masih berhubungan dengan polisi yang dulu juga tetangganya itu.

"Maya," panggil Anne pelan seraya mengusap air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Maya yang tidur di sofa pun segera duduk untuk menerima perintah Anne. "Iya, Nyonya."

"Tidurlah di sampingku."

Maya membelalakkan matanya mendengar perintah Anne. Siapa yang berani tidur seranjang dengan majikannya itu? Jika bukan atas perintah Bisma, tak mungkin ada yang berani tidur di kamar itu. Sekalipun di lantai.

"Maaf, Nyonya-"

"Kau mengabaikan perintahku?"

"Bukan, bu-bukan itu maksud saya, Nyonya. Akan sangat lancang jika saya-"

"Kenapa? Aku yang menyuruhmu."

"Maaf, Nyonya-"

"Aku kesepian," lirih Anne sembari mengeratkan selimutnya di leher. "Aku benar-benar sendiri."

"Nyonya ...."

"Aku hanya ingin berteman. Aku tidak ingin selalu tercekik rasa sakit ini jika mengingatnya, Maya. Bisakah kau tidak menganggapku majikanmu? Mari berteman, peluk aku. Tolong, hks!"

"Saya sungguh minta maaf, Nyonya, tapi saya tidak berani. Saya hanya orang rendahan-"

"Lalu kaupikir aku siapa? Ratu? Pemilik rumah ini?" Anne mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Maya dengan sendu. Sedangkan gadis yang setahun lebih muda darinya itu hanya menunduk dalam. "Kupikir dulu juga begitu- hks. Tapi kini aku sadar, aku hanyalah bonekanya. Sakit sekali sampai rasanya lebih baik mati," gumam Anne frustrasi.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang