Chapter 114

6.6K 420 154
                                    

Sabar buk
Kalian kalau baca kata bonus kenapa semangat banget sih😆😂

Bonusnya panjang banget nih. Sepanjang jalan kenangan😆

Sebelum baca, jangan lupa mampir ke lapak Kiran yang lagi anget-angetnya ya 😝

Sebelum baca, jangan lupa mampir ke lapak Kiran yang lagi anget-angetnya ya 😝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harus mampir pokoknya😅

Happy reading😍

Ledekan demi ledekan tak hentinya ia lontarkan pada sang suami yang kini hanya menampakkan wajah datar seolah tak peduli. Tapi Anne tahu di balik wajah datarnya, Morgan sangat kesal pada Anne.

"Ayolah .... Jelaskan, Morgan ...." Anne merengek dengan nada yang dibuat semerajuk mungkin dengan menggoyang-goyangkan lengan suaminya yang terus menatap pada ponsel.

"Kenapa kamu memiliki bisnis dengan kebun strawberry?" tanya Anne tak menyerah.

"Apa penting untukmu tahu?" tanya Morgan masih datar dan belum mengalihkan tatapannya dari benda pintar di genggamannya. Memang sejak pagi tadi hingga siang menjelang sore ini pria itu tampak selalu sibuk dengan ponselnya atau beberapa berkas yang Sandra bawa.

Mobil mereka melaju lancar semakin naik dengan suhu udara yang semakin dingin.

"Setidaknya beri tahu aku kenapa ada strawberry juga dalam bisnismu." Wanita itu tak kenal lelah. Setelah pergi ke kebun anggur, Morgan mengatakan pada rombongan untuk melihat kebun strawberry mereka di Bandung yang sudah lama tak dikunjungi Morgan.
Bahkan dalam 2 tahun sekali belum tentu Morgan datang langsung ke kebun itu. Tapi saat melihat binar bahagia di mata istrinya tadi ketika mereka tiba di kebun anggur, mengingatkan Morgan pada kebun strawberry yang terletak di sebuah pegunungan dengan sebagian besar lahan adalah miliknya. Morgan berpikir Anne pasti senang diajak ke sana.

Dan mereka tadi sempat berhenti di sebuah butik tapi Morgan dan Anne tak turun. Anne tak tahu apa yang pria itu rencanakan.

"Apa yang salah dengan strawberry?" Morgan akhirnya menyimpan ponselnya di balik jas kemudian menoleh pada Anne.

"Jika anggur, aku langsung paham saat kaubilang kamu punya pabrik wine sendiri. Tapi strawberry? Itu terdengar sedikit aneh karena kamu dan Bisma terlihat tidak dekat dengan strawberry."

Morgan memutar bola matanya jengah. "Kau sungguh ingin tahu?"
Anne mengangguk cepat. "Tentu saja, seorang Morgan Winata terlalu manis untuk bisnis strawberry tahu," ucap Anne setengah meledek. Anne benar-benar berpikir jika Morgan maupun Bisma tak cocok dengan buah itu.

"Tanyakan pada Sandra."

Anne langsung menatap Sandra yang kini sedikit memiringkan tubuhnya karena Morgan menyebut namanya.
"Jelaskan, Sandra," pinta Anne benar-benar penasaran. Ia tak bisa lagi menahan rasa ingin tahunnya.

Sandra mengusap tengkuknya kikuk dan berusaha sedikit mencuri pandang pada Morgan yang hanya menatap ke depan tanpa ekspresi dari sela bulu matanya. Sandra ingin benar-benar memastikan bahwa Morgan mengizinkannya untuk menjelaskan ini pada Anne. Tapi sepertinya pria itu tak terlalu peduli.
Morgan hanya ingin Anne berhenti cerewet dan menanyakan hal-hal tak penting.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang