Chapter 136

6.4K 736 122
                                    

Selamat malam 😍

Vote lebih 600 bonus 1 chapter kuy

Happy Reading 😍

Belum ada kata yang Anne lontarkan pada Morgan sejak 2 jam yang lalu. Ia tak habis pikir pada Morgan yang dengan seenaknya ingin masalah mereka selesai hanya dengan bercinta. Anne ingin mereka membicarakan masalah mereka dengan banyak hal di kanan kiri mereka selama ini. Ia ingin Morgan menunjukkan penyesalannya karena telah berani berselingkuh darinya. Tapi Anne hanya mampu menelan pil pahit kehidupan rumah tangga yang Morgan berikan padanya. Morgan tak bisa benar-benar peduli pada perasaannya.

Anne memejamkan matanya ketika Morgan kembali mendekap tubuhnya dari belakang. Ia terlalu lelah dan masih ingin marah tapi apa pun yang Anne lakukan tampak tak membuat Morgan jengah kemudian menjauh darinya.
Berkali-kali Anne memberikan penolakan nyata setiap Morgan mendekatinya tapi Morgan juga semakin gencar membujuk Anne.

Morgan mengecup bahu telanjang istrinya dan Anne semakin memajukan tubuhnya hingga di tepi ranjang.
Morgan menghela napasnya. "Sampai kapan kamu ingin mendiamiku, Anne?"

Anne bertahan pada kebisuannya, ia mencoba mengenyahkan segala amarahnya agar ia bisa segera tidur.

"Kamu bisa jatuh," ucap Morgan seraya menarik tubuh Anne ke belakang. Pria itu meraih tangan Anne yang ada di depan wajah istrinya kemudian mengecup cincin pernikahan mereka.
"Lebih dari siapa pun, kau sangat mengenalku, Anne. Kau tahu aku tidak bermaksud berselingkuh. Masa laluku seperti itu dan sangat sulit jika aku harus membuang semuanya begitu saja. Aku akan menjadi yang terbaik untukmu, tapi berikan aku waktu. Tidak mudah—"

Anne menarik tangannya dari Morgan begitu saja dan ia menenggelamkan wajahnya di bantal. Anne baru sadar Morgan bisa seegois ini. Morgan bisa mengatakan hal itu tidak mudah, butuh perjuangan panjang agar Morgan dapat sedikit menjadi normal tanpa peduli bagaimana sulitnya Anne yang selama ini berusaha memahaminya. Keputusan untuk bersama Morgan, Anne pikirkan dengan matang beserta semua risikonya. Anne terus berusaha menyeimbangkan dirinya dengan Morgan. Tapi Morgan mengatakan seolah dirinya yang paling berjuang di sini.
Latar belakang Anne adalah putri dari jaksa terkenal dan termasuk jaksa paling jujur di negara ini, dan Anne harus mengubah 180 derajat pandangannya soal hukum dan keadilan setelah bersama Morgan. Tentu saja itu sangat sulit. Belum lagi setiap Anne harus menghadapi temperamen Morgan yang buruk.

Perlahan Morgan mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap punggung Anne dengan datar. "Lalu, apa maumu sekarang?"

Tak ada jawaban, tapi tak berapa lama Morgan mendapati bahu Anne berguncang kecil pertanda wanita itu sedang menangis.

"Demi Tuhan, Anne. Jangan cengeng!" Morgan menarik paksa lengan Anne agar bangun.
Anne memberikan penolakannya tapi kekuatan Morgan lebih besar darinya hingga Anne terduduk dan menundukkan kepalanya.

Morgan menggeser duduknya di hadapan Anne dan menangkup wajahnya. "Bicara! Aku tidak akan mengerti jika kau hanya menangis begini!" bentak Morgan yang kesabarannya terus diuji oleh Anne yang mendiaminya.

Anne memukul tubuh Morgan dengan kepalan tangannya berkali-kali dan berusaha melepaskan diri. Ia mencoba memalingkan wajahnya yang ada dalam kuasa Morgan.

"Anne, jangan menangis. Tenanglah." Morgan meraih pinggang Anne dan membawa wanita itu ke atas pangkuan. Memeluknya dengan satu tangan yang menahan punggung Anne dan satu tangan lagi mengusap kepala belakang Anne.

"Aku tidak bermaksud membentakmu. Sudah, tenanglah, Ann."

Anne sama sekali tak membalas pelukan Morgan, ia hanya terisak di bahu Morgan.

"Ayo liburan," ajak Morgan yang masih setia mengusap rambut panjang Anne. "Ke Jerman, hm?"

Anne rasa Morgan memang sudah gila karena sama sekali tak paham apa yang seharusnya mereka lakukan sekarang. Ia juga tak habis pikir kenapa Morgan sulit sekali mengatakan maaf. Harga dirinya yang setinggi langit bahkan tak bisa turun sedikit pun untuk Anne, wanita yang katanya ingin ia jaga perasaannya.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang