Chapter 135

6K 468 135
                                    

Gimana rasanya nunggu?
Saya juga nunggu siders muncul nih 😂😆

Saya selalu pulang malam juga, jadi waktunya gak ada buat nulis lagi. Makanya yang ini ditahan-tahan😄

Psychopath udah ditulis sampai End. Sequel udah 2 chapter juga.
Tapi bingung mau sequel ini dulu apa Hurt nanti.

Kalian maunya gimana?

Happy Reading 😊😄

"Apa maksudmu?" tanya Morgan bingung dan berdiri di hadapan Anne.

"Perjanjian nikah."

"Apa!? Anne, jangan konyol!"

Anne mendongak dan menatap Morgan tajam. "Tidak mau? Kalau begitu aku akan menggugatmu!"

"Jaga ucapanmu! Astaga!" Morgan mengusap wajahnya frustrasi. "Perjanjian nikah hanya dilakukan oleh orang-orang yang tak mempercayai pasangannya-"

"Dan kenyataannya aku sekarang memang tak bisa percaya padamu. Aku tak ingin selalu menjadi pihak yang dirugikan. Setujui perjanjian nikah ini, kau tak punya pilihan."

"Anne." Morgan menutup pelan laptop Anne dan meletakkannya di sebelah wanita itu lantas Morgan berlutut di hadapannya dengan menggenggam kedua jemari Anne. "Jangan perjanjian nikah, kau tahu itu sama saja kita menikah di atas tulisan. Bukan karena janji suci di hadapan Tuhan."

"Kau masih bisa mengatakan hal itu sekarang? Yang mengkhianati pernikahan ini adalah dirimu, Morgan. Kau yang mengingkari janjimu pada Tuhan saat dulu menikahiku. Selalu mencintaiku? Kau tidak melakukannya, kau mencintaiku hanya saat kau ingin. Menemani dalam suka duka? Kau tak melakukannya. Seminggu aku sendirian melewati masa sulit yang setiap malam menguras air mataku dan kau bersenang-senang dengan wanita lain. Menjaga pasangan saat sakit? Apa kau tahu betapa sakitnya aku yang kau tinggal saat kita ada masalah dulu? Kau menghindar dari masalah dan membiarkanku kesakitan sendiri. Dan kau bersenang-senang, Morgan. Kenapa kau tak minta maaf saja setelah menuduhku tak ingin memberimu keturunan?!" Anne berteriak di akhir kalimatnya sedangkan Morgan hanya diam membiarkan Anne melepaskan semua kekesalannya hingga Morgan berharap kekesalan itu takkan tersisa lagi nantinya. "Kau egois dan kejam."

Morgan masih diam dan menatap Anne dari bawah. Ia ikut terluka ketika satu parsatu butiran air mata istrinya terjatuh.

Jemarinya bergerak untuk mengusap air mata istrinya tapi Anne langsung menepisnya dengan wajah berpaling muak.

"Aku nyaris tak ingin bertahan denganmu. Dan perjanjian nikah adalah satu-satunya jaminan untukku."
Morgan menggeleng. "Bunuh saja aku."

"Lalu apa untungnya buatku?!" Anne menarik kasar tangannya dari Morgan. "Aku percaya bahwa kamu tidak akan pernah berbohong padaku. Bahkan saat kau membunuh ayahku lagi, kau mengakuinya. Dan sekarang kau berbohong padaku, Morgan. Kau berselingkuh!"

Morgan berdiri dan meraih ponselnya di atas nakas, membuat Anne mengernyit heran.

Morgan tampak menunggu jawaban dari seberang sana.
"---"
"Siapkan penerbangan ke Jerman. Kau punya waktu 15 menit, Edgar."
"---"

"Morgan, kau akan pergi?" Anne bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Morgan yang memutuskan sambungan bersama Edgar begitu saja. "Seriously? Kita sedang bertengkar dan kau akan menghindariku lagi?"

Morgan tersenyum kecil dan menyentuh kedua bahu istrinya. "Ayo liburan bersama. Aku tahu sudah banyak meninggalkan luka di sini." Morgan menyentuh dada Anne dengan sayang. "Dan aku ingin menutupnya. Segera."

"Kaupikir dengan mengajakku liburan akan menghapus semua sakitku?"
"Tidak, Anne. kubilang... aku ingin menutupi luka kemarin dengan kenangan manis kita berdua."

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang