Chapter 127

5.8K 475 406
                                    

Semangat pagi 😍

Maapkan yak, tadi malam mau publish tapi sinyal gak berteman.

Sebagai gantinya bonusnya panjang nih, dan gak digantungin lagi 😂

Happy reading 😊

"Jangan main-main, Anne," desis Morgan penuh amarah.

"Lebih baik mati daripada tidak dipercaya orang yang kau cintai. Asal kau tahu itu!"

"Kau hanya perlu ikut denganku ke rumah sakit untuk membuktikannya."

"Itu bukan punyaku!" teriak Anne tak terima. "Kenapa kau tidak percaya padaku!"

"Aku hanya percaya pada bukti—"

"Keluar!" bentak Anne lantang.

Morgan mencoba berpikir tenang. Ia mencari cara untuk menyingkirkan pistol itu dari Anne. Ujung pistolnya yang menempel di kepala Anne membuatnya tak bisa mengambil langkah secepatnya. Morgan benar-benar takut jika Anne tak sengaja menekan pelatuknya. Tak ada kesempatan untuk peluru itu meleset karena sangat menekan kepala Anne.

"Kita bicara baik-baik," bujuk Morgan dengan menatap pipi Anne yang memerah bekas tamparannya tadi. Dan perasaan bersalah menyuntik hati Morgan.

"Baik-baik? Kau punya tiga pilihan." Anne menahan napasnya sejenak agar tangisnya tak pecah. "Keluar dari kamar ini sekarang dan tinggalkan semua kuncinya. Atau aku yang akan keluar dari rumahmu. Dan yang ketiga jika kau tak memilih keduanya, aku akan menembak kepalaku sendiri."

"Jangan seperti anak kecil!"

"Siapa? Aku? Aku hanya sedang melindungi harga diriku!" Anne tak habis pikir pada suaminya itu, bisa-bisanya Morgan tega menuduhnya tak ingin memberikan pria itu keturunan. Ia merasa tak pernah melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa ia tak ingin memiliki bayi dengan Morgan.

"Letakkan pistolmu, Anne!"

"Pilihan ada di tanganmu. Aku juga tidak keberatan jika harus mati dengan kebenaran."

"Joe Anne!"

"Kamu tidak punya bukti bahwa obat itu milikku!"

"Maka kita bisa membuktikannya di rumah sakit!"

"Keluar!" teriak Anne tak tahan lagi dengan keraguan Morgan padanya. "Keluar sekarang atau aku benar-benar akan menekan pelatuknya! Kau tahu aku tidak akan menyesal, Morgan."

Morgan menghela napasnya kemudian melempar kunci kamarnya ke atas ranjang dan segera keluar dari kamarnya.

Anne berlari ke arah pintu dan menguncinya dengan cepat. Ia melempar pistolnya ke ranjang dan terduduk di lantai. Isakannya kembali terdengar, ia memeluk lututnya sendiri dan menangis sejadinya. Kedua tangannya bergetar hebat diikuti seluruh tubuhnya.

Tidak dipercaya oleh pria yang ia cintai apalagi dia adalah suaminya sendiri adalah hal yang sangat menyakitkan. Anne benar-benar kecewa pada Morgan yang tak bisa mempercayainya.

Anne ingin segera memberikan Morgan keturunan tapi jadwalnya berkonsultasi dengan dokter Morgan selalu bertabrakan dengan jadwal kuliahnya. Anne perlu memperbaiki beberapa nilainya karena sering tak masuk kuliah.

Anne tak menyangka Morgan akan berpikir ia tak ingin hamil. Anne juga sangat menginginkannya.

*
*
*

Riuh kicau burung di pagi hari menambah keceriaan hangat di keluarga kecil ini.

Dion dan Dina semalam menginap di rumah Bisma dan Key karena hari ini mereka akan melakukan perjalanan bisnis ke Belgia. Key tampak begitu manja pada kedua orang tuanya karena akan ditinggal untuk waktu yang cukup lama. Bahkan semalam Key merengek pada Bisma agar ia diizinkan tidur bersama orang tuanya.
Bisma tak keberatan asalkan Key akan bangun jika ia membangunkannya nanti kalau Duan dan Sean menangis.

PSYCHOPATH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang