Hari Hari

2.7K 148 4
                                    

Yang sedang menjauh bukan berarti pergi,sebab yang dekat belum tentu diizinkan bersatu

***

Jemari Syilla beradu dengan meja, membentuk irama yang konstan tapi juga mengganggu,salah satu tangannya menyangga dagu dan tatapannya lurus menerawang jauh.

Karena gadis yang berada disebelahnya terganggu dengan ketukannya,tangan Syilla ditahan oleh gadis itu.

Syilla berdecak,"Apa Man?".

"Tangan lo ganggu konsentrasi".

Syilla berdecak,"Kyky kapan pulang sih Man? Dia sekelas sama kita kan?".

Amanda menunjuk tempat duduk kosong yang berada disebelah seseorang dengan dagunya,"Iya,liat aja tuh sebelah Rafta kosong".

Syilla membulatkan matanya,"Rafta?".

Amanda mengangguk.

Syilla menegakkan tubuhnya,"Kita sekelas sama Rafta?!".

Amanda mengangguk lagi.

"Rafta mantan gue?!", Syilla memelankan suaranya.

"Mangkannya dari tadi jangan ngelamun mulu,dia juga udah dari tadi disana", Amanda berbicara dengan santai sambil membaca bukunya.

Syilla melirik perlahan ke tempat duduk yang lain dan benar saja cowok itu sudah berada disana dan sedang bercanda dengan teman temannya

Syilla mengacak rambutnya lalu wajahnya ditenggelamkan diatas meja,"Mampus".

-----

Gadis dengan seragam yang masih lengkap itu tengah memainkan bola basket dengan lihai di lapangan indoor sekolahnya,karena memang hari ini belum ada kegiatan belajar Mengajar.

Nampak tangannya terus memantulkan bola itu dan sesekali melemparkannya ke ring,raut muka gadis itu nampak kesal.

Syilla berancang ancang akan memasukkan bola basket ke ring.

"Gue pasti bisa move on".

Syilla melemparkannya dan bola itu masuk,lalu gadis itu melakukan hal yang sama beberapa kali.

"Gue pasti bisa lupain dia".

Gol

"Come on Syilla cowok ga satu".

Gol

"Lupain segalanya tanpa sisa".

Dan lemparan yang terakhir tidak berhasil,gadis itu berdecak kesal ia tetap melanjutkan kegiatannya meski nafasnya kini mulai tidak teratur.

-----

Sedari tadi berdiri seorang cowok diambang pintu dengan tangan yang tenggelam pada saku celananya, cowok itu tersenyum dan pandangannya tak beralih pada sosok gadis yang tengah bermain bola basket.

Ia sedari tadi menahan diri agar tidak mendekati gadis itu,karena ia sadar bahwa Syilla bukan kekasihnya lagi,dan ia harus menepati janjinya.

Tapi,Rafta jadi gemas sendiri dengan permainan Syilla yang asal saja dan cenderung tidak mementingkan tekniknya.

Perasaan itu akhirnya membawa langkahnya untuk memasuki ruangan yang hanya berisi mereka berdua.

Rafta merebut bola dari Syilla dan tertawa,"Main lo asal aja,mau gue ajarin?".

HEARTBEAT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang