DIO's POV
Setelah selesai ritual di pura, gue buka kamera sambil liat hasil foto yang tadi. Tapi kok...
"Ini lo yang foto?" Gue yakin itu jepretan foto Lea waktu gue lagi ritual tadi. Dia ngefoto anak yang mungkin tingginya sepaha gue lagi digandeng sama ibunya. Trus juga ada foto bapak yang lagi mercikin air gitu. Ditambah lagi, percikan airnya keliatan dengan fokus si bapak, sementara yang lainnya dibikin blur. Ngerti kan? Intinya bagus deh, gue gak bisa jelasin.
"Lo yang foto kan?" Gue ulangin pertanyaan gue karena Lea tadi ngelamun ngeliatin anak kecil yang lagi diritual. Lea nengok ke layar kamera gue.
"Eh sori. Apus aja."
"Hasil foto lo bagus," Seriusan. Waktu pertama kali liat, gue langsung muji hasil foto Lea karena kalau boleh jujur, itu lebih bagus dari punya gue.
"Lo suka fotografi juga?" gue tanya karena penasaran.
Lea ngangguk sambil jalan duluan buat balik ke daratan.
"Trus kok lo gak bawa kamera?"
"Di koper."
"Lo bisa pinjem punya gue kalo mau."
Perkataan gue buat Lea nengok. "Seriusan?" gue bersyukur banget, pelan – pelan Lea udah mau nanggepin gue.
Gue ngangguk dan ngasih kamera gue ke Lea.
"Gak ah, gausah." Dia gelengin kepalanya, berubah pikiran. Gue ngehembusin napas. Gue yakin dia pasti lagi keinget soal taruhan itu. Jadi lagi – lagi Lea menarik diri dan ngejauh dari gue.
"Gue serius. Gue sekalian mau titip soalnya harus kumpul sama anak basket." Gue langsung pergi karena gak mau denger dia nolak.
. . . .
Begitu sampe daratan, gue dikerumunin anak basket.
"Yo, lo sehat kan?" Andre yang pertama kali nanyain.
"Kenapa dah?"
"Gue kaget waktu ada yang bilang lo gandeng si vampire cupu ke pura." Adnan nambahin.
"Ada yang salah emangnya kalo Dio gandeng tangan Lea?" gue tau Sakti di pihak gue.
"Iyalah bro. Lo udah gila atau gimana sih?" Andre gak berhenti ngasih pertanyaan ke gue.
"Tunggu. Jangan bilang lo suka tu vampire cupu?"
Gue naikin alis gue sebagai tanda 'iya' atas pertanyaan Jaya barusan.
"Yo!"
"Capt!" mereka teriak bebarengan. Oke, gue terima apapun yang terjadi.
"Please Yo, lo jangan ngulangin Kak Aldy dulu. Dia karma dan jadi suka sama Dea. Tapi ujung – ujungnya ditolak."
"Lo gak bakal nembak dia beneran kan?" Andre udah nanya 3x sejauh ini.
"Tau deh. Udah ya sob, jadi foto gak nih?"
. . . .
LEA's POV
Karena sadar Dio ada di sini, gue puter badan.
"Nanti fotonya gue kasih ke lo kalo udah di Jakarta." Untungnya Dio ngebuka pembicaraan. Gue baru aja mau bilang kalau mau minta fotonya. Tapi justru gak ada yang keluar dari mulut gue kalo udah berhadapan langsung sama Dio.
"Kaki lo.. gak kenapa – napa?" Gue sempet ragu buat tanya tapi gue beneran gak mau kaki dia sakit.
"Iya iya, masih aman kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
VIDE
Teen Fiction[ F I N I S H E D ] "Angkat kepala lo." Gue diem seperti biasa. "Liat gue." "Apa? gue ga percaya. dan ga akan percaya." "Gimana lo mau percaya kalo lo gapernah liat mata gue kalo ngomong? gue serius kali ini." "Lo pernah ngomong hal yang sama dulu."...