_7_

1.5K 137 7
                                    

Anak laki-laki itu terbangun. Dia melihat sebuah atap dan mendengaf suara elektrokardiogram atau EKG (alat pendeteksi aktifitas jantung). Dia melihat kesekelilingnya dan mendapati dua orang laki-laki. Salah satu laki-laki mendekat ke arahnya dan yang satunya lagi pergi keluar kamar memanggil-manggil seseorang.

“Sougo.. Sougo! Kau bisa mendengarku?” perlahan-lahan dia bisa mendengar suara laki-laki yang menghampirinya. Tidak lama kemudian orang-orang bermantel putih menghampirinya. Mereka mengatakan sesuatu yang tidak dapat didengar dengan jelas oleh anak laki-laki itu.

Tidak jauh darinya dan orang-orang berjubah putih. Anak laki-laki itu melihat sepasang lansia, dua orang laki-laki yang tadi, dan seorang gadis perempuan. Gadis itu memiliki rambut berwarna coklat pasir. Matanya yang bermanik merah itu menangis. Tanpa sadar air mata anak laki-laki itu menetes.

Anak laki-laki itu merindukannya dan ingin memeluknya. Dia ingin menyapanya dan orang-orang yang di sampingnya. Dia ingin memanggil mereka tapi suaranya tidak bisa keluar. Dia ingin memanggil mereka tapi dia tidak bisa mengingat siapa mereka. Dia tidak bisa mengingat orang-orang yang dia rindukan. Dia tidak tau siapa dirinya.

Perlahan anak itu menutup kembali matanya. Dia kembali kehilangan kesadarannya mungkin karena pengaruh sisa obat bius.

Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, suara seorang wanita terngiang (?) di otaknya. Suara wanita yang dia rasa sangat dia sayangi. Wanita yang pernah memberikan sebuah pelukan yang sangat lembut dan hangat.

… tepati lah janjimu, Sougo…

*+*+*+*

“Sougo! Dimana kau menyembunyikan mayones ku?!” teriak seorang laki-laki berambut hitam dan berponi V. Di wajahnya tampak perempat imajiner menandakan dia sedang marah.

“Berisik Hijibaka-san.. apa kau tidak lihat aku sedang berlatih?” kata seorang remaja laki-laki dengan wajah datar. Nada suaranya pun terdengar datar. Remaja laki-laki itu memiliki rambut berwarna coklat pasir dan mata bermanik merah. Remaja itu mengenakan kendogi dan hakama (pakaian latihan kendo). Dia sedang mengayun-ayunkan shinai (pedang bambu)nya.

“Aku tidak peduli! Dimana kau menyembunyikan mayones ku?”

“Nee, Kondo-san… Hijikata-san bilang, aku tidak usah berlatih kendo.” remaja berambut coklat pasir itu menatap seorang laki-laki berkulit sawo matang sambil menunjuk laki-laki berponi V dengan shinai nya. Tentu saja dengan wajah datar.

“KAPAN AKU BILANG BEGITU?!” teriak laki-laki berponi V, si  pecinta mayones.

“Maa.. maa.. kalian berdua jangan bertengkar.” kata laki-laki berkulit sawo matang itu.

“Kami tidak bertengkar Kondo-san. Hijikata-san hanya berteriak-teriak karena aku membuang mayones nya ke Danau Haruna.” kali ini remaja berambut coklat pasir itu menunjukan wajah innocent nya.

“JADI KAU MEMBUANGNYA, HAH?!” laki-laki berponi V itu menghampiri remaja itu lalu mencengkram kerah kendogi nya.

“Maa.. maa.. kalian berdua hentikan.” lerai laki-laki berkulit sawo matang.

“Hihihi.. seperti biasa kalian terlihat sangat akrab.” seorang wanita tertawa lembut melihat pemandangan tiga orang laki-laki -yang baginya akrab- dari luar dojo.

“Aneue.. kau sudah pulang?” remaja laki-laki itu menghampiri kakaknya yang memiliki rambut dan mata sepertinya.

“Aku pulang, Sou-chan.” wanita itu mengelus-elus kepala adiknya dengan senyuman lembut dan hangat.

“Cih! Tingkahnya itu berubah 180 derajat jika di depan kakaknya.” kata laki-laki berponi V, Hijikata Toushirou sambil memperhatikan kedua kakak-beradik yang sedang bercengkrama.

Yours & Mine [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang