_47_

1K 89 4
                                    

Kagura memandangi langit malam sambil menunggu Gintoki selesai membereskan barang-barang milik laki-laki berambut perak itu. Dia menyandarkan kepalanya di salah satu tiang lalu menghela nafas panjang. Matanya terpejam, menyentuh bibirnya, lalu kembali menghela nafas.

“Aaargh! Berhentilah mengeluarkan aura negatif mu di dekatku! Kalau kau bosan kenapa tidak pulang dengan Shinpachi atau dengan si Pencuri-pajak itu?” keluh Gintoki kesal karena Kagura terus menerus menghela nafas dan menyebarkan aura yang berat disekitar gadis itu.

“Gin-chan.. apa kau juga tau?” tanya Kagura sambil melirik Gintoki yang masih bersih-bersih.

“Tau apa?” tanya Gintoki balik. Karena Kagura tidak menjawab pertanyaannya, dia melirik kearah anak angkatnya itu dan Kagura menatapnya dengan alis yang ditekukkan.

“Kalau aku menyukai sadis?”

Perempatan imajiner tercetak jelas di wajah Gintoki. Senyum jengkel pun terpasang di wajah malasnya itu. “Ya, aku tau. Hanya orang bodoh yang tidak menyadarinya.”

“Lalu apa kau tau alasan kenapa sadis menolak ku?” tanya Kagura.

“Haah?! Dia menolakmu? Kau sudah menyatakan perasaanmu?” serentetan pertanyaan keluar dari mulut Gintoki. Dan pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan satu anggukan kepala.

Gintoki menghela nafas. Tidak percaya anak gadis-angkat nya itu sudah menyatakan perasaannya. Masalahnya adalah laki-laki yang disukai anak gadisnya itu tidak tau kapan bisa membalas perasaan anak gadisnya. Atau bahkan tidak akan pernah bisa membalasnya.

Okita Sougo, nyawanya sedang terancam karena diincar Naraku. Pekerjaannya sebagai satuan kepolisian yang bertugas menghadapi teroris, membuat nyawanya juga selalu dalam bahaya. Laki-laki itu tidak akan pernah tau kapan nyawanya pergi dari tubuhnya. Entah karena dibunuh Naraku atau karena pekerjaannya. Dan pastinya laki-laki itu tidak mau mati karena dibunuh Naraku. Karena jika dibunuh Naraku, besar kemungkinan orang-orang yang tidak terlibat dan saat itu sedang berada didekatnya akan ikut terbunuh.

“Sudah pasti alasannya adalah karena itu.” Jawab Gintoki membuat Kagura bingung. “Karena dia tidak menyukaimu.”

“Dia pernah mengatakan suka padaku saat dia sedang sakit. Saat orang dalam keadaan tidak sadar, dia akan berkata jujur, bukan?” bantah Kagura.

“Kapan itu?” Gintoki mengerutkan keningnya.

“Sebulan yang lalu..” Kagura mengalihkan pandangannya. Dia merasa sudah mengatakan sesuatu yang tidak boleh dia katakan.

Gintoki mengingat-ingat kejadian sebulan yang lalu. Dia menghampiri Kagura, mencengkram kedua pundak gadis itu, dan menanyainya. “Jangan bilang hari dimana kau tiba-tiba terkena flu itu?”

Kagura menganggukkan kepalanya. Perempatan imajiner bertambah di wajah Gintoki.

“Dia mencium mu?”

Wajah Kagura memerah. Dia menganggukkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan terakhir Gintoki.

Gintoki melepaskan pundak Kagura. Kepalanya tertunduk menahan amarah yang diperuntukkan Sougo. Dia menghela nafas panjang untuk mengatur emosinya. “Akan kuberi perhitungan pada Polisi-pencuri-pajak itu!”

“Gin-chan! Jika kau melakukan sesuatu padanya aku akan membencimu!”

“Ya! Kau pikir aku bisa memaafkan anak nakal yang sudah berani mencium anak gadisku?”

“Aku… bukan anakmu, Gin-chan.” Kagura menundukkan kepalanya. Gintoki yang baru tau Sougo yang menciumnya sekali saja sudah marah seperti itu. Bagaimana jika dia tau Sougo yang sudah menciumnya beberapa kali?

Yours & Mine [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang