_52_

1.1K 91 2
                                    

Tato itu mirip dengan tato Yoshida Shouyou.

Dalam perjalanan menuju Tokyo, baik Sougo maupun Kagura tidak ada yang memulai pembicaraan. Kagura masih tidak percaya kesamaan tato milik Shouyou dengan tato milik pengemudi yang juga seorang Naraku.

Sougo sendiri mencoba mengingat apakah yang sebelumnya dia lihat adalah milik Shouyou atau tidak. Bisa saja yang dia lihat itu adalah milik pria yang datang ke rumahnya sepuluh tahun yang lalu. Yang menjadi pertanyaan besar bagi Sougo adalah apakah itu penyebab Naraku kembali mengincarnya?

“Nee, Sadis… Apakah menurutmu tato itu penyebab kau kembali diincar Naraku?” tanya Kagura sama seperti yang dipikirkan Sougo.

“Tapi bisa saja itu hanya sebuah kebetulan, bukan?”

“Kalau begitu kenapa mereka masih mengincarmu? Seharusnya-”

Sougo menggenggam tangan Kagura. Menatap gadis itu sekilas lalu kembali memperhatikan jalan. “Seharusnya Naraku tidak mengincarku lagi setelah membunuh orang tuaku dan Souko. Itu yang ingin kau katakan, bukan?”

“Ya! Itu yang akan aku katakan! Sepertinya kau senang sekali memotong perkataan ku, ya?” gerutu Kagura kesal.

Sougo terkekeh geli melihat tingkah laku Kagura yang seperti anak kecil yang diambil permennya. “Kau tidak perlu memikirkannya. Yang saat ini harus kau pikirkan adalah bagaimana cara untuk membantuku menjelaskan kepergian kita pada Danna.”

“Kau bilang aku tidak perlu membantumu.”

“Tidak. Aku berubah pikiran. Kau harus membantuku. Aku sangat lelah karena sudah memuaskanmu semalaman. Aku tidak ada tenaga untuk menghadapi Danna dan Bakamui.” Kata Sougo. Dia bisa melihat perubahan ekspresi Kagura dari sudut matanya. Ekspresi yang dikeluarkan gadis itu membuatnya tersenyum menahan tawa.

“A- alasan apa itu?!” bentak Kagura malu-malu. “Aku tidak pernah memintamu untuk memuaskanku atau semacamnya. Hmph!” Kagura bersedekap dada sambil membuang mukanya.

Sougo menyesal seharusnya dia menyatakan nya sejak awal dia mulai menyadari perasaannya. Gadis itu bisa menjadi vitaminnya yang dapat mengembalikan semangat dan menghilangkan lelah. Yah.. pasti ada saat dimana dia akan lelah jika berpacaran dengan Kagura. Saat Sougo harus menghadapi orang-orang di sekitar Kagura.

Tiba-tiba ponsel Sougo berdering disaat dia ingin menggoda Kagura kembali. Dia berdecak lalu mengambil headset bluetooth, memakainya, dan mengangkat teleponnya. “Halo?”

“Halo. Ini aku, Rin. Kau ingat aku, kan?”

“Ya, aku ingat. Ada apa menelponku sepagi ini?”

“Hmm… kenapa kau dingin sekali padaku? Padahal aku punya sesuatu yang kau inginkan, lho. Bukankah itu artinya kau harus bersikap sopan dan ramah padaku?”

Sougo terdiam. Dia melirik Kagura sesaat. “Maafkan aku. Aku akan ke tempatmu pukul tiga sore nanti.”

Kagura membulatkan matanya. Siapa orang yang bisa membuat Sougo berbicara sopan dan ramah di telepon selain kakak perempuannya?

Kagura menatap tajam Sougo. Dia menebak-nebak siapa orang yang sedang berbicara dengan Sougo. Apakah laki-laki atau perempuan?

Sougo menggerutu kesal dalam hati. Dia bisa merasakan tatapan curiga dari Kagura. Ditambah lawan bicaranya di telepon itu menertawakannya. Kenapa wanita bar itu harus menelponnya disaat dia bersama Kagura?

“Hahaha… Kau lucu sekali Okita Sougo. Segeralah ke tempatku. Ah… Jangan lupa ajak gadis yang sedang bersamamu. Wali dan kakaknya sedang menunggunya.” Jelas Rin lalu menutup teleponnya.

Yours & Mine [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang