Kontrak

3.5K 161 2
                                    

Bangun subuh bukan kebiasaan bagi Alfani namun alarm handphone yang memekik nyaring sedari tadi membuatnya harus bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan malas menuju lemari pakaian. Dengan sedikit berjinjit Alfani meraih smart phone miliknya dan mematikan alarm yang memekakkan telinga itu.

Semalam Alfani sengaja meletakkan smart phonenya di atas lemari. Sudah kebiasaan buruk baginya untuk mematikan alarm dengan setengah sadar kemudian tidur kembali jika smart phone itu ia letakkan tak jauh dari jangkauaan. Taktik jitu ini ia lakukan agar terhindar dari kesiagaan dan melalaikan kewajiban sakralnya.  

Setelah mematikan alarm. Alfani bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelum jin qorin membisikkan buaian manis ia harus segera menyegarkan diri untuk melaksanakan kewajibannya pada sang pencipta.

Di kamar sebelah Anggara tak henti-hentinya mengumpat. Bagaimana tidak, pagi yang biasa tenang dan damai harus ternodai dengan bunyi alarm yang mampu memecahkan gendang telinga itu. Ia yang tengah tadarrusan hampir spot jantung mendengar alarm dari kamar sebelah.

***

Setelah menyambut terbitnya sang surya dengan kegaduhan yang di timbulkan oleh alarm Alfani. Anggara menggedor pintu kamar sebelah bak orang kesetanan. Tak lama kemudian Alfani keluar dengan pakaian yang semalam di pakai dengan rambut berantakan.

Tak perlu di jelaskan. Siapapun yang melihat kondisi Alfani saat itu. Sudah pasti tahu bahwa ia belum mandi.
Anggara bergidik ngeri. Sudah pasti dia ilfil sama cewek yang sudah sah menjadi istrinya itu.
Ya kali ada orang suka cewek jorok kayak Alfani. Orang setengah waras pun ogah.

"Kenapa?" Tanya Alfani malas.

"Kita sarapan setelah itu ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu!"

Tanpa menunggu jawaban Alfani. Anggara melogos pergi entah kema.

Alfani POV

Apaan sih pagi-pagi uda kayak maling aja gedor-gedor pintu mana pake perintah-perintah segala. Pagi-pagi udah ngerusak mood orang aja. Males banget. Pengen kutonjok tuh orang terus aku banting ke lantai! Biar tau rasa. Resenya kebangetan.

Ganteng sih ganteng tapi kalo rese gitu mending cari suami baru dah. Mana aku paling malas madi pagi. Gak papa lah dari pada kualat. Udah dosa masuk neraka lagi.

Setelah selesai dengan kekesalanku. Aku berjalan malas menuju kamar mandi. 30 kamudian aku baru keluar. Walau aku malas madi. Setelah masuk kamar mandi dan ketemu air. Entah kenapa ritual mandi yang aku lakukan banyak banget. Bertahap gitu. Gak usah di ceritain entar lama.
***

Setelah berpakaian dengan setelan rumahan yaitu baju kaos oblong serta celana selutut. Aku segera turun sebelum monster berdarah dingin itu ngamuk. Terlebih tadi malam aku shok banget mana pakaianku cetek gitu. Meskipun dia uadah jadi suami aku. Aku masih agak risih tampil terbuka seperti semalam. Gak rela aku dia liat uratku eh maksudnya aurat.

Entah kenapa tangga ini sangat menggoda di mataku. So bodo amat kalau monster itu marah. Tanpa pikir panjang aku langsung merosot ke bawah dan mendarat dengan sempurna. Setelah itu aku melenggang ria ke meja makan.

"Lama banget, " celetuk Anggara saat aku baru duduk di hadapannya.

Aku hanya pura-pura tuli dan bertanya ke bibi.

"Masak apa bi'?"

"Nasi goreng bu."

"Panggil Fani aja bi. Ketuaan saya di panggil ibu!"

"Tapi bu..."

"Gak papa bi' ! "

"Yau udah panggil non Fani aja ya?" Usul bibi pasrah.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang