Selama perjalanan menuju parkiran. Fani tertidur pulas di atas punggung Gara. Nyonya Wira Darmawan hanya bisa bernostalgia melihat kemesraan anak sematawayang dan menantu kebangaannya.
Dalam perjalanan menuju kediaman Gara dan Fani. Nyonya Wira Darmawan tak henti-hentinya merecoki apakah suaminya telah tiba atau belum. Bahkan dia bertanya-tanya hadiah apa yang akan suaminya berikan kepada menantunya.
"Apa Mama tidak lelah?" Tutur Gara kemudian.
"Mama justru sangat bersemangat! "
"Mama diamlah. Fani bisa terbangun nanti," mohon Gara.
"Baiklah baik."
****
Butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke rumah Gara. Selain karena jarak ke dufan yang lumayan jauh. Jalanan juga lumayan macet.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Akhirnya tiba juga mereka di rumah.Di Depan pintu rumah telah berdiri tenda kecil beserta kue tart putih yang tinggi. Suasana sangat ramai dengan kehadiran anak-anak panti yang segaja Gara undang.
"Honey kita udah sampai," ujar Gara sambil menepuk bahu Fani.
Fani hanya berdehem ria dan enggan membuka mata.
Tak lama kemudian sebuah mobil mewah keluran terbaru parkir tepat di belakang mobil Gara."Nemu di mana?" Celetuk Gara saat melihat seorang pria seumuran dengannya berdiri berdampingan oleh ayahnya.
"Papa pungut tadi pas di sungai,"
"Kalian ini! Masa orang ganteng begini dikata kucing temuan," celetuk Mama Gara yang baru turun dari mobil di susul oleh Fani yang ogah-ogahan dengan muka lusuhnya.
"Kak Rey!!!" Pekik Fani yang membuat semua mata tertuju padanya.
"Selamat ulang tahun bocah." Ujar lelaki yang di panggil Rey oleh Fani.
"Masih inget aja," timpal Fani sambil bersedekap dada di hadapan Rey.
"Jangan nakal!" Ujar Rey sambil menjentik jidat Fani.
"Ih... apaan sih." Ujar Fani pura-pura marah.
"Ayo kak kita masuk," ajak Fani sambil merangkul lengan Rey kemudian berlalu menuju pintu rumah di mana kue tart putih berada.
Sementara itu Gara menyusul dengan hati masgul di bakar api cemburu.
"Dia siapa pah?"
"Anak rekan kerja, "
"Kok..." belum selesai pernyataan si nyonya. Papa Gara langsung menjelaskan sebelum mendapat pertanyaan beruntun.
"Sebelum kembali Papa sempat cerita dengan nak Reyhan. Ternyata dia sahabat Alfani dan dari dia juga Papa mulai paham kenapa Mama lebih milih Alfani ketimbang Dita. Dan tenang saja mereka sudah seperti saudara sedarah jadi jangan mencemaskan masa depan rumah tangga putramu. Papa mengajaknya serta karena dia tidak sempat menghadiri acara pernikahan Gara dan Alfani."
Mendengar itu ekspres wajah nyonya Wira Darmawan mulai melunak.
"Ayo Pah buruan kita nyusul mereka! " ujar Mama Gara antusias sambil merangkul lengan suaminya.
***
"Ayo Fa! Potong kuenya." Titah Gara."Okey potongan pertama buat kakak the best bess besss aku... aaa," ujar Fani sambil menyodorkan kue pertamanya kepada Rey.
Hal ini membuat Gara semakin dongkol. Sementara ayah dan ibu Gara saling kode-kodean gak jelas.
"Fa," celetuk Gara dengan muka memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Roman d'amour"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...