Kita Ini Apa?

1K 34 2
                                    

"Sepertinya ada anak kecil yang sedang merajuk. " Fani sengaja berkata agak keras melihat gara meringkuk di sofa kamar mereka.

"Ia, anak itu tidak suka mainannya di sentuh oleh orang lain apalagi sampai diambil! " Gara berkata sarkas tanpa mengubah posisinya.

"Terdengar mirip dirimu. " Goda Fani.

"Mungkin kami saudara kembar yang terlahir dari tawa yang sama. Kemudian terpisah karena alam, dia terdampar di musim panas sementara aku di musim dingin. " Oceh Gara tidak jelas.

"___" Hening.

Tak lama kemudian suara tawa Fani memenuhi ruangan.

"Ha.... Haha ternyata kau bisa melucu juga. " Fani masih belum bisa berhenti tertawa.

"Tidak lucu. " Cibir Gara kemudian membalikkan badan menghadap Fani yang tengah terduduk di lantai sambil memegangi perutnya.

"Ouh hey ternyata kau benar-benar bocah, tidak kusangka laki-laki sepertimu pernah menonton film tinkerbell. " Fani sangat antusias dengan kalimatnya sambil bersandar di sofa tempat Gara berbaring.

"Apa yang salah dengan itu? " Gara mengulurkan tangan memainkan rambut Fani yang di cepol asal.

"Ya habis lucu aja sih, sebenarnya film itu banyak mengajarkanku tentang menghargai hidup dan berusaha. Peri pengrajin yang mampu menciptakan hal-hal baru dari barang bekas dan membantu menyelesaikan pekerjaannya. Menurutku dia karakter yang keras kepala dan ceroboh_"

"Seperti dirimu! " Potong Gara.

"Hah benarkah? " Fani cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah keras kepala dan ceroboh serta tidak tau kapan harus berhenti berjuang. " Gara melepaskan cepolan Fani kemudian memperbaiki tatanan rambutnya dengan ikat rambut lucu yang ia ambil dari saku celananya.

"Hahaha itu artinya aku limited edition berbeda dengan wanita mana pun! " Fani mencolek hidungnya dengan jempol tanda menyombongkan diri.

"Tapi sayang keras kepala dan cerobohnya. " Fani melanjutkan kalimatnya dengan menunduk lesu.

"Justru itulah yang membuatku menyukaimu, kali ini aku benar-benar tidak akan melepaskanmu. " Gumam Gara tidak jelas.

"Kamu ngomong apa Ga? "

"Gak ngomong apa-apa kok." Jawab Gara santai.

"Yaa sudahlah. " Komentar Fani acuh.

"Fa.... kita ini apa? " Gara tiba-tiba bertanya dengan nada serius.

"Hah?! Jelas kita ini manusia kamu kira kita apa? " Fani menjawab dengan bingung.

"Bukan itu maksudnya, " Gara menjadi sebal akan jawaban spontan dari Fani.

"Lalu maksudnya jenis kita? Tentu saja kita beda jenis kelamin, kau laki-laki dan aku perempuan mungkin. Hahaha" Fana mengakhiri kalimatnya dengan tawa garing.

"Kok jawabannya vulgar gitu sih! "

"Loh apanya yang vulgar? " Fani asal jawab saja karena belum mengerti maksud dari pertanyaan Gara sebelumnya.

"Itu bawa-bawa jenis kelamin. " Gara menampilkan wajah malu-malu.

"Hahaha kau manis juga saat malu-malu begitu. " Fani memandang Gara yang sudah duduk bersandar di sampingnya.

"Aku tahu maksud yang sebenarnya dari pertanyaannya anehmu barusan. " Fani kembali berkata sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gara.

"Lalu kenapa tidak menjawabnya? " Gara memandang lurus kedepan, merasa di permainkan.

"Aku tidak nyaman saja dengan suasana serius seperti itu, lagi pula untuk apa menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya. Aku ini masih istrimu dan hakmu sebagai suami masih berlaku. " Fani berkata serius.

"Aku menginginkan mu Fa. " Gara menangkup wajah Fani dengan kedua tangannya.

Fani mengangguk menanggapi pernyataan Gara.

Gara tanpa sungkan mendaratkan bibirnya pada bibir yang selalu di rindunya. Dengan cekatan Gara memperdalam ciumannya sambil mengangkat Fani menuju kasur.

Tidak seperti dulu, Fani juga menginginkan suaminya. Merindukan dan mendamba akan dirinya. Hubungan yang harusnya terjadi di awal pernikahan malah baru terjadi sekarang setelah begitu banyak hal yang telah terjadi.

******
Hanya sanggup nulis segini, maaf para readers berikutnya saya usahakan menulis lebih panjang.

Jangan lupa tinggalkan komentar yang menarik biar makin semangat nulisnya ^_^

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang