Ayam Bakar

1K 35 4
                                    

"Apa yang terjadi? " Bisik Denis yang muncul entah darimana.

"Kakak ikut saja, ini lagi seru-serunya." Denia mengibaskan tangan didepan wajah Denis.

Denis memutar bola matanya penuh tanda tanya namun akhirnya ikut juga dengan kegiatan para warga dan Denia yang sangat bersemangat. Semua orang berpencar termasuk Denia, Denis semakin bingung melihat warga bahkan Fani berkeliling sambil membungkuk.

"Itu dia ada di dekat rumah Pak RT! " Teriak salah seorang warga.

Semua orang berbondong-bondong berlari, Denis pun ikut berlari.

"Tahan, jangan sampai lepas! " Teriak Pak RT yang sudah ngos-ngosan.

Dua orang warga maju dan langsung menangkap ayam tersebut, sayangnya ayam itu kembali terbang dan lari menjauh.
Wajah Pak RT sudah sangan merah menahan emosi hingga berkata.

"Ini bukan ajang unjuk kebolehan tapi kerjasama team! Jangan merasa sok hebat bisa mengatasi semuanya seorang diri. Percuma diberi kecerdasan kalau kalah dengan ego kalian. Tolonglah bekerja sama semakin baik kerja sama kalian maka semua pekerjaan akan berakhir baik. "

"Maafkan kami Pak RT! " Kedua orang tadi meminta maaf dengan sangat menyesal.

Pak RT yang kolot terlihat sangat mengerikan saat marah.

"Baiklah sekarang kita bagi 4 kelompok dan mengepung dari 4 sisi. Team 1 ikuti komando saya, team 2 ikuti komando Fani, team 3 ikuti komando pemuda itu(menunjuk Reyhan), dan team terakhir mengikuti komando gadis ini(menepuk pundak Denia). Kalau belum paham atau kurang paham, kalian bisa bertanya kepada yang lebih paham atau bertanya kepada saya langsung. "

"Paham Pak! " Seru semuanya serempak kemudian menjalankan instruksi Pak RT dengan tertib.

Denis mengikuti Denia karena masih bingung apa yang sebenarnya hendak para warga lakukan dengan mengepung dari 4 sisi?

Setelah semuanya berpencar, tiba-tiba seorang warga berteriak.

"Dia berada dirumah Nenek Gia! "

"Ayo semuanya kita segera kesana. "

Seluruh warga berbondong-bondong menuju satu arah yaitu rumah nenek Gia yang dimaksud.

"Jika memungkinkan, biarkan pemimpin team yang turun tangan tapi jika tidak maka kita pakai cara prajurit mengepung dan menyerang bersamaan. "
Sebelum sampai, Pak RT mengingatkan.

Para warga nampak semakin antusias. Akhir pekan yang sangat berkesan bagi para pekerja dihari libur mereka yang sedikit.

Sementara itu, Enrika sudah menumpulkan beberapa ibu-ibu yang kebetulan kepo namun tidak ikut mengejar yang entah apa itu. Saat menelfon tadi, Enrika memesan beberapa ekor ayam yang tentunya sudah dipotong dan siap olah. Enrika dan para ibu-ibu membakar ayam dihalaman depan rumah Fani.

"Ada apa ini Pak RT? " Tanya seorang wanita paru bayar yang sangat Fani kenal. Wanita itu baru saja keluar rumah yang pekarangannya tidak memiliki pagar.

"Nenek! " Teriak Fani kemudian berhambur memeluk wanita tersebut.

Sebelum sempat nenek itu bicara lagi, Fani langsung menjelaskan dengan akrabnya.

"Jadi gini Nek, kami lagi mau nangkap Ayam yang lepas dan ayam itu ada di sekitar sini tadi. "

Pak RT dan lainnya hanya menyimak.

"Yaudah ayo tangkap, nenek juga ikut bantu. "

"Serang...! " Entah kenapa Reyhan jadi berseru semangat.

Seluruh warga yang hadir mengitari rumah nenek Gia bagai pagar yang berjejer rapih. Fani, Reyhan, Denia dan Pak RT langsung masuk ke tengah untuk menangkap ayamnya.
Ayam itu lari kesana kemari menghindari kejaran mereka berempat.

"Persempit ruang geraknya! " teriak Fani lantang.

Serentak seluruhnya merapat memperkecil ruang gerak si ayam.

Fani kembali mengejar dengan semangat 45 yang membara. Saking semangatnya, Pak RT, Denia dan Reyhan sudah berhenti bergerak membiarkan Fani seorang diri yang bertarung.

"Pokkkk, pokkkk.... Pok! " Ayamnya mulai kelelahan namun Fani masih memiliki tenaga cadangan yang entah dimana ia simpan sebelumnya.

Fani semakin mempercepat lari dan mempergesit gerakannya hingga loss kontrol dan akhirnya menubruk pagar. Maksudnya menubruk salah seorang yang menjadi pembatas ruang gerak si ayam tadi.

Fani terjatuh menindih seseorang dibawahnya. Ia kemudian bangkit dan melihat siapa yang menjadi korban kebringasannya kali ini. Disana terlihat Denis tengah meringis dengan posisi terlentang dan kedua tangan yang mengarah keatas memegang erat-erat kaki dan ekor ayam. Ayam itu tidak berhenti menegakkan sayap hingga Denis memegang kedua kaki beserta sayapnya.

"Fiyuh! Akhirnya. " Fani membuang nafas kasar sambil mengulurkan tangan membantu Denis bangkit.

"Serahkan padaku. " ujar Fani Datar setelah Denis berdiri tegak dihadapannya.

"Wow, hari ini sangat menyenangkan. Besok-besok kita lepas ayam lagi! " Seru Denia semangat sambil mendekati Fani yang sudah menggendong ayam tersebut layaknya bayi baru lahir.

"Tidak ada lain kali nona, kami semua kelelahan. " Celetuk salah seorang warga yang direspon tawa serempak yang lainnya.

Denia hanya tersenyum masam sambil mengerucutkan bibirnya.

"Pak RT dan para warga sekalian, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian hari ini. Saya bersama istri saya mengundang untuk acara bakar-bakar ayam dirumah. " Penyampaian Denis menginterupsi seluruh warga yang masih setia tertawa.

"Ayam satu mana cukup untuk kita semua? " Celetukan polos tanpa dosa membuat Reyhan spontan menjitak kepala Fani dengan gemas.

Fani meringis merutuki mulutnya yang sering lupa kontrol.

"Heheh ada ayam lainnya yang cukup untuk semua dirumah. " Reyhan berkata canggung.

"Kalau begitu ayo nek kita segera kerumah. " Ajak Fani sambil menuntun nenek Gia semangat dengan menenteng ayam dipinggang sebelah kirinya.

"Mari bapak ibu. " Ajak Reyhan memimpin jalan.

***

"Silahkan masuk. " Sambut Enrika saat suami dan yang lainnya tiba.

Suasana sore yang begitu ramai dirumah Fani. Satu komplek berkumpul disana gara-gara ayam dan sekarang mereka sedang bakar-bakar ayam disertai canda tawa dan cerita keseruan saat berburu tadi.

Jangan tanyakan ayam apa yang mereka bakar. Tentu saja ayam lain yang sudah dipesan Enrika. Pak RT bersikeras untuk membiarkan ayam yang mereka buru tetap hidup hingga menghasilkan keturunan supaya dia bisa memotong lebih banyak ayam katanya.

Meski hanya candaan namun ayam tersebut benar-benar tidak dipotong saking asiknya bercerita. Fani justru senang mendapat tambahan koleksi untuk meramaikan halaman belakang rumahnya. Setelah hampir petang, seluruh warga kembali kerumah masing-masing termasuk Denis dan Denia.

Kini tinggal mereka bertiga yaitu Fani, Reyhan dan Enrika. Reyhan bersikeras untuk bermalam sementara Fani bersikukuh mengusir Reyhan yang seenak jidat menguasai rumah dan kesunyiannya.
Setelah adu mulut yang tak berkesudahan, akhirnya mereka ketiduran didepan ruang keluarga dimana Enrika sudah tertidur lebih dulu.

Sementara ditempat lain terjadi perdebatan dan adu pukul antara satu dan yang lainnya. Perdebatan itu berisikan nama Fani, Fani dan Fani.

"Hentikan semua ini atau kau yang akan semakin tersakiti! "

**********
Jangan lupa tinggalkan jejak biar yang nulis makin semangat lanjutinnya.

Menulis karena ingin merekam tiap jejak memori khayalan yang pernah terlintas.

Salam hangat dari saya, dan bahagia selalu. (^_^)

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang