"Tapi sang ibu masih pingsan karena obat bius total tadi masih bereaksi. " Sang dokter menyelesaikan kalimatnya pada Gara.
"Syukurlah, terimakasih banyak atas kerja kerasnya. " Gara menyalami dokter itu.
"Sama-sama, sudah kewajiban kami. Bayinya bisa di jenguk sebentar lagi. "
"Terimakasih dok. "
"Sama-sama, saya permisi. " Gara mengangguk mengiringi langkah sang dokter.
Sementara di dalam ruang bersalin Rey di tahan beberapa suster yang tengah mempersiapkan istrinya ke ruang rawat.
"Tunggu sebentar pak, istri anda bisa dilihat sebentar lagi. " Kata salah satu suster di sana.
"Tapi saya ingin menemui istri saya! " Rey sudah menitikkan air mata.
Tak lama kemudian bangsal Enrika di dorong ke ruang lain sesaat setelah ia siuman. Rey langsung mengekor dan mendorong bangsal tersebut dengan berderai air mata.
"Sayang bangunlah, maaf karena tidak bisa menemanimu di saat saat terakhir. " Rey mengecup punggung tangan istrinya lama.
"Sayang aku mohon jangan tinggalkan aku. "
"Maafkan aku. "
"Maaf, karena aku suami yang payah. "
"Maaf, tidak bisa diandalkan di saat penting."
"Maafkan aku! " Teriak Rey untuk kesekian kalinya.
"Bang, kenapa berisik sekali. Aku tidak bisa tidur. "
"Sayang kamu kembali, aku.... Aku akan memanggil dokter! " Rey langsung bangkit berdiri.
"Aku hanya lemas, tidak perlu memanggil dokter. " Enrika menahan tangan suaminya.
"Bang! Duduklah, tenangkan dirimu. "
Rey menurut kemudian kembali duduk. Bersamaan dengan itu Fani dan Gara masuk membawa bayi Rey ditemani seorang suster.
"Kak Rey selamat, bayi kalian sehat dan cantik. " Tutur Fani semangat sembari menyerahkan bayi itu pada Rey.
Rey menerima bayinya tanpa bersuara. Sambil mengadzani, Rey kembali menangis haru.
Fani kembali ke pelukan Gara, suasana haru ini juga ikut mereka rasakan.
"Saatnya bayi untuk menyusu." Kata suster setelah memeriksa Enrika.
"Ok bapak-bapak sekalian keluar dulu, berikan waktu pada ibu baru ini untuk menyusui bayinya. " Fani mengambil alih bayi itu kemudian mengusir Gara dan Rey keluar dari ruangan.
"Hey, " Panggil Rey pada Gara yang bersandar pada dinding di hadapannya.
Gara menatap Rey. "Terimakasih, " Ucap Rey tulus.
"Kau pasti akan melakukan hal yang sama jika berada dalam posisiku. " Balas Gara.
"Pokoknya terimakasih, " Ujar Rey lagi.
"Ya sama-sama. " Pasrah Gara akhirnya.
"Kau tahu? " Ucapan Rey membuat Gara mengerutkan kening.
"Tahu apa? " Tanya Gara akhirnya.
"Aku dan Fani bukan saudara kandung. "
"Aku tahu, " Ucap Gara cepat.
"Maaf kalau sikap Fani dan sikapku membuatmu cemburu, tapi sungguh aku dan Fani hanya saling menyayangi seperti kakak dan adik. Kau tahu? "
"Kenapa kau selalu bertanya?! Katakan saja apa yang mau kau katakan. " Gara kesal mendengar ucapan Rey barusan namun dia juga penasaran kenapa Rey dan Fani memiliki hubungan yang seperti ini. Fani tidak pernah menceritakan hal itu padanya karena pada dasarnya Gara memang tidak pernah menanyakan akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Romance"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...