Masa Kecil Fani

1.1K 28 0
                                    

"Jadi benar dia adalah Fani? " Denis bertanya tidak percaya.

"Menurut data yang saya peroleh. 100 persen dai benar orang yang Anda cari namun sepertinya ada orang yang sengaja menyembunyikan identitas dan keberadaannya. "
Jelas orang yang bersama Denis.

"Jangan terlalu formal jika kita hanya berdua seperti ini, Aku kan sudah sering mengingatkan. "

"Hanya terbawa suasana. "
Komentar orang tersebut sambil menggulum senyumnya.

"Kau meledek? "

"Ini justru bagus. "

"Tapi dia sudah menjadi milik orang lain. " Denis menekuk wajahnya masam.

"Masih ada kesempatan, kau yang selalu bisa bersamanya sekarang bukan dia. "

"Cih! Seandainya dari dulu aku memintamu melakukan tugas ini, sudah pasti aku tidak akan terlambat. "

"Itu salahmu kenapa mengandalkan anak buahmu yang kolot itu. "

"Ah benar juga, hal yang tidak bisa mereka selesaikan dalam waktu 10 tahun. Bisa kamu selesaikan dalam waktu sehari. "

"Bayaran ku tidak murah, sesuai perjanjian kau tidak bisa memecatku salain aku sendiri yang memintanya. "

"Ya ya ya, aku ingat. "

"Good job! Oy aku mau berkeliling, nikmati hari mu bos. " Orang itu langsung nyelonong pergi sebelum mendengar jawaban dari Denis.

"Dasar anak itu! " Denis tersenyum senang. Akhirnya setelah pencarian yang begitu lama, dia bisa menemukan orang yang begitu dirindukan nya selama ini.

Denis duduk bersandar di kursi kebesarannya, ia menerawang mengingat masa kecilnya besama Fani. Awal mula mengenal Fani adalah saat dia di bully dan di pukuli hanis-habisan oleh kakak kelasnya.

Saat tidak berdaya, Fani dengan seragam putih biru lengkap dengan tas ranselnya tiba-tiba berteriak sambil berlari ke arahnya. Fani mengayunkan tasnya memutar memukuli anak-anak SMA yang tengah memukulinya hingga babak-belur.

Dengan lantang Fani menantang mereka adu pukul satu lawan satu.

"Dasar pengecut, bisanya hanya main kroyokan. Cih kalau berani ayo maju satu lawan satu. "

Fani kecil menarik keluar baju putihnya kemudian memasang kuda-kuda. Semua mata memandang heran.

"Hey anak kecil! Pulang sana, ini urusan laki-laki. " Usir salah satu dari mereka sambil kembali mencengkram kerah bajunya.

"Hay kau, dasar banci! " Maki Fani pada anak lelaki yang mencengkram bajunya.

"Apa kau bilang? " Anak lelaki itu emosi kemudian berjalan ke arah Fani.

Dalam sorot matanya, Fani sama sekali tidak menyiratkan ketakutan. Justru malah sebaliknya.
Tak butuh waktu lama bagi anak lelaki itu untuk tiba di hadapan Fani.

"Jangan salahkan aku jika kau pulang penuh luka! " Ancam anak lelaki itu sambil mencibik merendahkan Fani.

"Jangan salahkan pula jika salah satu tulangmu patah! " Fani membalasnya lebih kejam.

"Bajingan tengik ini! " Dengan mudah anak lelaki itu mencekam kerah baju Fani.

Namun tanpa diduga, Fani dengan mudahnya menyingkirkan tangan anak itu hingga membuatnya meraung kesakitan.

"Aku sudah memberi peringatan tapi tidak kau dengarkan, maka kau pantas mendapatkannya. "

Fani berjalan mendekati Denis namun si anak lelaki itu bangkit hendak memukul Fani dari belakang.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang