Lima bulan telah berlalu setelah acara aqiqah Khansa yang dipenuhi perdebatan antara Rey dan Gara.
Bahkan Gara ikut tinggal di sana selama satu bulan untuk merawat Khansa bersama Fani.Hari takkan dimulai tanpa perdebatan Rey dan Gara yang berebut mengasuh Khansa. Saat hendak kembali ke rumah mereka, Gara sempat membawa Khansa diam-diam namun di susul oleh Rey dan berakhir dengan perdebatan.
Setelah Rey berjanji akan membawa Khansa sesering mungkin, barulah Gara mau kembali berdua dengan Fani. Setelah tiba di rumah, Gara lebih banyak diam dan melamun. Hal itu sangat menganggu Fani hingga memaksa Rey datang dan menginap bersama Khansa.
Lebih parahnya, Fani bahkan sudah membeli rumah yang tepat berada di samping rumahnya untuk Rey tinggali.
Setelah menunggu lama akhirnya Rey tiba bersama anak istrinya.Setelah menggendong Khansa, Fani langsung melotot marah menatap Rey. Dari sorot matanya menyiratkan protes yang begitu panjang. Melihat itu, Enrika langsung berkata sembari mencubit gemas pipi Fani.
"Sekarang Khansa tidak akan terpisah lagi dengan Bunda dan Ayahnya. "
Rey mengangguk kemudian merangkul pundak Fani dan berkata.
"Kami cukup lama karena ada beberapa berkas yang harus di urus, itu semua untuk adik yang begitu cerewet ini. " Rey menarik hidung Fani.
"Sekarang kakakmu ini akan mengontrol dari perusahaan cabang yang ada di sini jadi kami tidak akan kembali lagi ke rumah yang lama. " Enrika merangkul mesra lengan suaminya yang bebas.
Mereka bertiga berjalan bergandengan masuk ke dalam rumah dengan Khansa yang masih di gendongan Fani. Melihat suaminya berada di ruang keluarga membuat Fani berlari meninggalkan Rey yang masih merangkulnya beberapa saat lalu.
"Ayah, anak kita datang. Ayo deh lihat dia sudah besar sekarang! " Fani berkata riang sambil menyerahkan Khansa pada suaminya itu.
Mendadak senyum Gara terbit dengan begitu indahnya setelah Khansa juga ikut tersenyum bahkan sesekali tertawa saat Gara menoel-noel pipinya.
Rey ikut duduk di samping Gara kemudian merangkulnya seperti Fani.
"Hey! Bau parfummu sangat menyengat dan membuat mual. " Gara mendorong Rey menjauh.
"Apa maksudmu? Aku bahkan tidak memakai parfum selain parfum Enrika yang tidak sengaja terciprat di mobil. " Rey berkata sewot.
"Kalau begitu kau pasti belum mandi! " Gara mendecih meninggalkan Rey sambil membawa Khansa bersamanya.
"Kalau itu sih, " Rey cengengesan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sebaiknya kak Rey dan kak Enrika mandi dulu, kamarnya sudah aku siapkan. Besok kalian bisa pindah ke rumah sebelah. " Fani bangkit berdiri menuju kamar tamu.
"Kenapa tidak ke sebelah langsung? " Rey langsung menghempaskan dirinya di atas tempat tidur.
"Rumahnya kosong melompong, aku tidak tahu furniture yang disukai kak Enrika jadi yah sebentar deh akan aku pesan bersama kak Enrika. " Fani sibuk mengutak atik peralatan mandi sementara mulutnya juga sibuk menjawab pertanyaan Rey.
"Berikan padaku, kembali lah bermain dengan Khansa. " Enrika mengambil alih kegiatan Fani.
"Baiklah, sampai ketemu saat makan siang nanti. " Fani melambai kemudian menutup pintu.
Saat menuju dapur, Fani mendengar suara gaduh dari arah kamarnya dan Gara. Seketika itu pula Fani langsung berubah haluan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Fani mendapati Gara tengah muntah-muntah sedangkan Khansa terbaring di atas tempat tidur dengan tangisnya.
"Cup-cup.... " Fani menenangkan Khansa yang sudah berada dalam gendongannya.
"Apa kau baik-baik saja? " Fani memijat tengkuk Gara sambil menggendong Khansa dengan satu tangan.
"Em ya, mungkin hanya masuk angin. " Gara berkala lesu sambil membasuh wajahnya dengan air.
Fani mengambil minyak kayu putih yang terdapat dalam lemari hiasnya.
"Angkat bajumu. " titah Fani yang dihadiahi muka bingung oleh Gara.
"Iss.... " Fani dengan kesal menyerahkan Khansa pada Gara yang langsung sigap diterimanya.
Belum lepas keheranan Gara. Fani langsung mengangkat kaos yang digunakan suaminya itu hingga dada. Dengan lembut Fani mengoleskan minyak kayu putih pada perut dan dada Gara.
"Kalau ingin menggodaku, terlebih dahulu kembalikan Khansa pada Daddy nya. " Bisik Gara kemudian mencium leher Fani sekilas.
"Hentikan pikiran k-o-t-o-r-m-u itu! " Fani langsung memukul kepala Gara dengan botol minyak kayu putih ukuran 150ml.
"Aiss kau ini! Keterlaluan sekali, hanya kau satu-satunya orang yang selalu menganiayanya ku tanpa menderita. " Mendadak Gara jadi kesal kemudian meninggalkan Fani dengan menghentakkan kaki.
Khansa yang masih bayi hanya diam tidak peduli dengan urusan orang dewasa.
"Istirahat lah dulu, akan ku buatkan sup hangat untukmu. Masih bisa menjaga Khansa sebentar lagi? "
"Emm.... " Gara hanya menggumam diiringi anggukan.
"Dasar bocah! " Cibir Fani kemudian meninggalkan Gara menuju dapur.
Setelah sup Fani jadi, Gara hanya memakannya tiga suap kemudian berhenti dan merengek ingin makan daging burung merpati.
"Apa kau masih waras meminta kak Rey menangkap burung merpati untukmu? " Fani sudah lelah berdebat dengan Gara yang sedari tadi minta Rey menangkap burung merpati untuknya.
"Pokoknya aku mau burung merpati goreng dengan sambel cobek yang ditangkap oleh Rey! " Gara menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dimana Khansa sudah tertidur di sampingnya.
"Hah_ baiklah akan ku minta kak Rey menangkapnya untukmu tapi jangan tutupi Khansa seperti itu, nanti dia kepanasan. " Pasrah Fani akhirnya.
"Janji? " Gara langsung berdiri kemudian memeluk Fani dengan erat.
"Ia aku janji. " Walaupun heran, Fani membalas pelukan suaminya itu.
"Aku mencintaimu honey. " Gara langsung mencium Fani dan menempelkan bibirnya cukup lama.
"Ah ia ia kau sudah mengatakannya ratusan kali sampai aku sudah menghafalnya. " Ujar Fani pelan namun Gara masih bisa mendengarnya.
"Kalau begitu mulai sekarang tidak akan aku ucapkan melainkan aku ku lakukan agar kau tidak menghafalnya. " Gara kembali mencium Fani dengan sangat lembut tidak seperti tadi yang hanya menempelkan bibirnya.
Fani terdiam setelah Gara melepaskan ciumannya.
"Sepertinya kau masih berhutang burung merpati sayang. " Bisik Gara mesra membuat Fani merinding.
Fani menggeleng kemudian berkata.
"Tunggulah, " setelah itu ia berlari meninggalkan Gara yang tersenyum menang.*****
"Apa kau yakin suamimu tidak ingin mengerjaiku? " Protes Rey kesekian kalinya karena Fani tidak berhenti memintanya menangkap burung merpati.
______________________
Maaf baru sempat up, terimakasih untuk yang selalu menunggu dan sudah membaca karangan penulis ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Romance"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...