Proses Persalinan

474 19 7
                                    

"Aduh Fan! Ini benar-benar sakit, rasanya ada yang mau keluar!" Gara merintih saat Stefan memapahnya menuju kursi tunggu, sementara Enrika mengipas-ngipasi dirinya.

"Jangan-jangan kamu cuma mules kali Ga!" Stefan sudah tidak berempati lagi mengira Gara hanya sakit perut biasa.

"Kamu pikir aku bego apa! Jelas ini sakit yang berbeda, sewaktu di kantor tadi juga begini." Jelas Gara marah.

"Loh tadi gak apa-apa tuh."

"Udah sembuh pas liat Fani turun dari mobilnya!"

"Alasan kamu aja kali Ga, udah ah. Aku mau bawa nih anak orang cari makan."  Stefan langsung meninggalkan Gara begitu saja.

"Dasar sekertaris bangke! Aduh gimana nih kak, perutku benar-benar sakit." Aduh Gara kesakitan.

"Tahan sebentar, yang lain sebentar lagi akan datang. " Enrika mulai berkeringat ditambah lagi dengan tangisan Khansa yang gelisah berada dalam suasana rumah sakit.

Tak lama kemudian Jayandra  bersama Marcel datang membawa ranjang pasien yang entah dicuri dari ruangan mana.

"Cepat-cepat angkat dia." Enrika segera meminta keduanya membantu Gara naik ke atas ranjang pasien.

Jayandra bersama Marcel mengangkat Gara tanpa adab. Bagaimana hal ini bisa disebut beradap jika Jayandra mengangkat kedua lengan Gara kemudian Marcel mengangkat kedua kakinya.

Pemandangan seperti ini sangat lumrah terjadi saat seseorang sedang memindahkan karung beras. Yah begitulah nasip Gara saat ini. Kedua manusia laknat ini mengangkat dia layaknya karung beras.

Tanpa kelembutan sama sekali, mereka menghempaskan Gara di atas ranjang pasien yang mereka bawa.
Enrika tidak mengomentari apa yang mereka berdua lakukan karena sibuk mendiamkan Khansa.

Sementara kepala Gara sudah hampir meledak saking emosinya melihat kedua manusia laknat ini memperlakukan dirinya.

"Akan kubalas kalian dua kali lipat dari ini!" ancam Gara sambil meringkuk memegangi perutnya.

Jayandra dan Marcel berpura-pura tidak melihat dan menulikan telinga mereka.

Tidak lama setelah itu. Reyhan datang bersama seorang dokter yang tidak lain adalah ayah Gara sendiri. Marcel begitu kaget dibuatnya, sementara Jayandra terlihat biasa saja.

"Loh om disini?" sambutan pertama dari Marcel, disusul pertanyaan dari Gara.

"Jadi selama ini, ayah tinggal di rumah sakit?"

Ayah Gara hanya mengangkat bahu acuh menanggapi pertanyaan keduanya. Sementara Rey mengambil Khansa dari Enrika.

"Bagaimana rasanya mau melahirkan anak sendiri?" pertanyaan ini meluncur begitu saja dari mulut ayah Gara.

"Hah?" heran Marcel dan Jayandra, sementara Enrika menganggap ini lelucon. Lain halnya dengan Rey, dia mengira memanggil dokter gadungan kemari.

"Ayah, berhenti bercanda! aku benar-benar kesakitan sekarang." Gara semakin meringkuk memegangi perutnya.

"Inilah yang aku rasakan saat ibumu mau melahirkan, selamat menikmati rasa sakitnya. Jangan mau enaknya saja." Ayah Gara mendorong bahu Gara dengan keras sampai ia hampir terjatuh dari ranjang yang ditempatinya.

"Wahahaha...." Tawa Jayandra, Marcel dan Reyhan begitu riuh mendengar apa yang baru saja dikatakan ayah Gara.

Sementara Enrika begitu malu dengan topik pembicaraan para lelaki ini.

"Suster, bawa dia masuk menemui istrinya." Ayah Gara meminta asisten Mey untuk membawa Gara masuk menemani Fani di dalam.

"Dan tolong sampaikan pada dokter Mey untuk memberi pendamping bersalin padanya juga." Lanjut Ayah Gara setelah suster itu mulai mendorong troli.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang