Pesta

2.3K 82 0
                                    

Sebelum makan malam. Anggaran melemparkan sebuah gaun pesta lengkap dengan high heels di hadapan Alfani.

"Pakai itu. Jam 8 kita berangkat!" Ujar Anggara kemudian melongos pergi.

Alfani cukup cerdas untuk tahu bahwa Anggara menginginkan dia untuk menemaninya ke sebuah pesta. Namun dia tidak tahu pesta jenis apa yang akan mereka hadiri. Tanpa membuang waktu Alfani segera bersiap. Dia tidak akan mengikari kontrak dengan Anggara. Meskipun kontrak itu absurd baginya tapi tetap saja mengingkari perjanjian adalah sebuah penghianatan. Setidaknya itu yang di pegang teguh oleh Alfani.

Hampir 1 jam Alfani habiskan untuk berdandan mana dia harus pakai sepatu hak tinggi. Dia sih sudah terbiasa memakai sepatu tapi sepatu sneakers bukan sepatu hak tinggi. Mendingan dia pake sepatu laras dari pada sepatu hak tinggi seperti saat ini.

Dengan langkah perlahan Alfani keluar dari kamarnya. Di lantai dasar terlihat Anggara sedang menunggunya di depan tangga. Alfani tidak bisa berbuat macam-macam dengan tangga sekarang ini. Ia hanya mampu melangkah perlahan menuruni tangga.

Anggara tampak menganga dan terpesona memandangi Alfani dari atas sampai bawah. Namun untung hal ini tidak di sadari oleh Alfani. Jika iya maka ego Anggara akan tercoreng saat ini juga.

"Aku harap kamu tidak mempermalukanku!" Bisik Anggara di telinga Alfani.

"Kalau gak mau malu pegangin tangan aku. Kamu pikir jalan pakai hak tingi kayak gini gampang apa!" Jawab Alfani sambil menjulurkan tanngannya pada Anggara.

Dengan sedikit ragu Anggara membiarkan Alfani menggandeng tangannya. Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju mobil. Jika orang lain yang melihat maka mereka akan berpendapat bahwa dua muda mudi ini adalah pasangan romatis.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di hotel tempat di adakannya pesta ulang tahun putri salah satu kolega Anggara.

"Woi curut buruan. Lelet amat!"

"Dasar pe'a gimana aku mau turun! Sepatu bodoh ini nyang...kut" timpal Alfani sambil bersusah payah melepaskan sepatunya yang nyangkut di antara engsel pintu mobil.

Tanpa aba-aba Anggara langsung menggendong Alfani dengan kedua tangannya kemudian menutup pintu mobil menggunakan salah satu kakinya. Dengan perlahan Anggara menurunkan Alfani dari gengdongannya. Entah kenapa Alfani jadi gugup dan jantungnya lagi maratonan saat ini.

"Buruan!" Kata Anggara sambil memberi celah untuk Alfani menggandeng tangannya.

Alfani jadi kikuk dan menggandeng Anggara sambil menunduk. Mereka pun berjalan mesra menuju ke dalam gedung. Saat memasuki gedung semua mata tertuju pada mereka seolah ini acara mereka bahkan yang berulang tahun pun jadi terabaikan akibat kehadiran Alfani dan Anggara.

"Selamat datang bapak dan nyonya Anggara." Sambut salah seorang di pesta tersebut.

"Terima kasih," jawab Anggara berwibawa.

"Widih baru datang bro?" Ujar salah seorang yang seumuran dengan Anggara.

"Barusan. Kamu udah lama?"

"Lumayan lah. Ampe lumutan sih"

"Songong lu padahal betah" cibir Anggara. 

"Ngomong-ngomong istri kamu cantik sayang tertutup." Bisik teman Anggara.

"Ya kali bini aku mau telanjang di sini," balas Anggara sewot.

"Ya elah sensi amat!"

Kali ini teman Anggara terfokus pada Alfani.

"Kenalin saya Jayandra sahabat Anggara. Cukup panggil Jay aja!" Ujar Jay sambil mengulurkan tangan pada Alfani.

"Alfani panggil aja Fani!" Jawab Alfani sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.
Alfani tidak membalas uluran tangan Jay. Tapi Jay gak ambil pusing. Dia malah melenggang pergi dan berteriak.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang