Benarkah Dia?

1.3K 38 0
                                    

"Kenapa dengannya mah? " Tanya Denia saat baru duduk di meja makan.

"Entahlah saat pulang mukanya sudah kusut begitu. " Jawab sang mamah.

"Mungkin setrika-nya rusak mah, " celetuk sang papah yang baru saja bergabung.

Yang menjadi obyek pembicaraan hanya diam dengan muka yang semakin kusut.

"Oy Mah, Pah. Aku mau cerita soal teman ku yang sering di gangguin sama kak Denis. " Tutur Denia antusias.

"Denia adab, jangan bicara saat makan. " Tegur sang ayah.

"Teman kamu yang tidak pernah senyum itu? " Lanjut sang ayah penasaran.

"Ih Pah, katanya gak boleh bicara. " Kali ini si mama ikut menegur.

"Kita kan belum makan mah. " Si Ayah dengan santainya berkomentar tanpa mau mengakui kesalahan.

"Denia cerita aja yah ma, supaya yang lain gak penasaran. " Denia memandang sang ayah kemudian melirik sekilas orang di samping yang terlihat tertarik dengan topik pembicaraan saat ini.

" Yaudah buruan. " celetuk suara lain dengan tidak sabar nya. Suara itu bukan milik sang mama ataupun si ayah. Jadi yang nyeletuk itu si muka kusut.

"Saat di kampus, Alf sangat jengkel karena smartphonenya di pecahin kak Denis terus dia kempesin ban mobil kak Denis deh. " Jelas Denia santai.

"Wuah bagus itu! Supaya Denis gak semena-mena lagi. " Si papah berkomentar dengan semangat.

"Bukan cuma satu loh Pah tapi empat-empatnya! " Tutur Denia berapi-api.

"Apa! Jadi itu ulah kalian. " Pekik si muka Kusut.

"Enggak kok, aku cuma kempesin satu, " Denia membela diri.

"Sama aja nyett, " kesal Denis.

"Berhenti ributnya, sekarang habiskan makanan kalian sebelum dingin. " Titah Sang Mama.

*****

Keesokan paginya, Denis mencekal tangan Denia saat hendak masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa sih Kak? '' tanya Denia heran.

" Aku berangkat dengan mu! " Denis menjawab dengan ketus.

"Kakak kan punya mobil sendiri, " protes Denia.

"Aku tidak mau kalau kau dan teman mu itu mengempiskan ban mobil ku lagi! " Denis mengucapkan dengan nada menyindir.

"Mobil yang lain masih banyak di garasi Kak. "

"Pokoknya aku berangkat dengan mu hari ini! " Putus Denis sepihak tanpa bantahan.

"Dasar tukang paksa! " Gerutu Denia sambil memutari mobilnya menuju kursi penumpang.

"Setiap hari kau menjemput sahabat mu itu kan? " Tanya Denis saat sudah meninggalkan halaman rumah.

"Iaa dan sekarang aku harus menelfon nya untuk berangkat sendiri karena mobilku sedang di bajak Dark Demon. " Jawab Denia panjang lebar di sertai guyonan yang mungkin saja tidak di pahami oleh Denis.

"Tidak perlu, kita akan menjemputnya. " Tukas Denis santai.

"Hee? Baiklah, " Denia yang awalnya heran, kini menurut saja.

"Kenapa kau tidak bilang kalau jalannya sempit seperti ini? " Protes Denis saat memasuki lorong-lorong menuju rumah Fani.

"Untuk apa aku menjawab kalau kakak sendiri tidak bertanya? " Balas Denia acuh.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang