Satu Sama

1.5K 58 2
                                    

"Kamu yakin Fa?" Tanya Gara memastikan.

"Gak jadi deh," jawab Fani yang mencoba mencairkan suasana beku diantara mereka.

Setalah mengucap kalimat kekanak-kanakannya. Fani bangkit dari duduknya. Sebelum melakukan pergerakan selanjutnya. Gara langsung menarik Fani ke atasnya.

"Jadi mau di laknat? "

"Tidak" jawab Fani cepat disertai gelengan.

Setelah itu Gara membalik posisi dengan dia di atas Fani.

"Jadi?" Goda Gara.

Fani spontan menarik rambut Gara dan memaki.

"Dasar mesum! Cabul!. Kepalamu harusnya di pentokin biar war..."

Kalimat Fani terpotong sebab Gara telah membungkam bibir Fani dengan bibirnya. Gara memperdalam ciumannya yang tak kunjung berbalas. Saat tangan Gara mulai beraksi kesana kemari.

Tiba-tiba tubuh Fani menegang dan kaku bak mayat.
Menyadari hal itu. Gara langsung menghentikan aksinya dan berbaring terlentang di samping Fani.

"Bernafaslah. Aku tidak ingin mengantar jenazahmu besok pagi," gurau Gara.

"Maaf," lirih Fani.

"Aku tidak akan melakukannya sampai kau benar-benar siap. Maaf karena aku telah egois padamu." Tutur Gara tulus.

Mata Fani mulai berkaca-kaca. Dia hanya diam dengan mulut bergetar yang entah kalimat atau kata apa yang kan di ucapkannya.

"Tidurlah karena besok pagi kita harus mengantar Mama Papa ke bandara. " titah Gara.

Fani hanya manggut-manggut.

"Kenapa, mendadak bisu?" Tanya Gara kemudian bebalik memeluk dan membenamkan wajahnya di dada Fani.

Setelah itu hening. Mereka bungkam dalam kebisuan masing-masing.

"Ga?" Gumam Fani setelah berapa lama.

Hening tak ada tanggapan dari Gara.

"Kamu marah? " tanya Fani sambil memainkan jemarinya yang bebas di sela-sela rambut Gara.

"Gak, ini lagi dengerin musik Dj." Ujar Gara cekikikan.

"Dasar. Gila!" Kutus Fani kemudian menendang perut Gara hingga mengadu kesakitan.

"Sakit tau, kamu kok anarkis sih!" Celoteh Gara.

"Kamu nyebelin! Balik sono ke habitat kebangaan kamu itu." Usir Fani.

"Gak ah.. aku tidur sini sama Bundanya anak-anak," tutur Gara sembari kembali memeluk Fani.

"Idih amit-amit. Pergi gak! Aku teriak nih,"

"Aku marah nih. Aku aduin malaikat biar di laknat, "

"Dasar tukang adu." Pasrah Fani sambil berbalik badan memunggungi Gara.

"Kok kamu yang marah sih Fa?"

"Bodo' "

"Honey?"

Tak ada respon.

"Darling? "

"Princess? "

"My wife!"

"Ouhh suamiku sayang daripada ngoceh-ngoceh gak jelas mendingan kamu baca dongeng, dzikir, istighfar atau apalah." Timpal Fani kemudian.

"Apa Fa? Kamu ngomong apa tadi?" Tanya Gara antusias.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang