Stefan Di Mata Fani

1.3K 36 3
                                    

"Aku tidak akan melepaskanmu. " Gara terseyum miring kemudian menarik lengan Fani menuju taman belakang rumah mereka.

"A... Apa maumu? " Cicit Fani.

"Ikut saja. "

Fani hanya menurut karena merasa sudah keterlaluan.

"Apa yang kau sembunyikan dariku? " tanya Gara sambil mendudukkan dirinya diatas rerumputan taman.

"Maksudnya? "

"Aku sangat tahu dirimu jadi katakan semuanya atau_"

"Baiklah! " Potong Fani karena tidak ingin mendengar ancaman Gara yang tidak seperti orang pada umumnya.

"Gadis pintar! " puji Gara kemudian menarik Fani duduk diatas pangkuannya.

"Se... Se.. Sebenarnya waktu itu P... Papah ada_" Kalimat Fani yang terbata-bata karena grogi langsung terpotong oleh ucapan Gara.

"Sudah kuduga! "

"Ha! " Fani kaget sekaligus bingung.

"Aku rasa papah sudah sangat putus asa, putri satu-satunya meninggal secara tidak wajar kemudian istrinya depresi. Sulit menanggung itu sendiri. " Gara membuang nafas setelah mengucapkan kalimatnya.

"Dengan masalah, orang akan menjadi kuat. " Fani berusaha memberi semangat dan support.

"Bijak sekali. " Cibir Gara.

"Terserah kau saja bodoh! " Fani hendak berdiri namun ditahan oleh Gara.

"Mau kemana hem? " Gara berbisik tepat ditelinga Fani.

"Menemui kak Rey. " Ketus Fani.

"Kau ini sudah punya suami, masih saja dekat-dekat dengan laki-laki lain. Ah! Sudahlah, tapi mulai sekarang aku mau kau memanggilku sayang. Bagaimana istriku? "

"Kenapa aku harus memanggilmu begitu, akun kan bisa memanggil namamu! "

"Apaan?! Gak ada mesra-mesranya sama sekali! "

"Hah! " Fani merasa bodoh dengan permintaan Gara kali ini.

"Ayo panggil aku! " Titah Gara sambil mengeratkan pelukannya di perut Fani.

"Sa... Sa... Saaa.... " Fani tidak dapat menyelesaikan kalimatnya lantaran tidak biasa dan juga canggung.

"Yaa ampun darling ternyata kau disini." Suara wanita yang cukup familiar membuat Fani terlonjak kaget hingga berdiri.

"Stef? "

"Ouh hy Nona cantik. " Sapa sekertaris Gara itu kemudian menggapai tangan kanan Fani lalu menciumnya.

"Kurang ajar! Cari istri sana, main embat istri orang seenaknya. " Gara langsung mendorong Stefan hingga terjatuh namun naas karena Fani berusaha menolong tapi yang berhasil ia raih hanya blouse biru Stefan, karena tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Baju itu robek hingga membuat Stefan telanjang dada.

"Wuaaaa! " Teriak Fani.

"Wahahahaha... " Tawa membahana Gara meramaikan suasana siang itu.

"Dia laki-laki! " Pekik Fani sambil menunjuk Stefan tidak percaya.

"Kau ini! Di depan suami masih saja tidak menjaga mata. " Gara memeluk Fani dari belakang kemudian menutup mata Fani dengan kedua tangannya.

"Ta.. Tapi_"

"Stefan ganti bajumu dan jangan lagi menemuiku dengan gaya seperti ini, kau bisa membuat Fani serangan jantung! "

"Yaa maaf. " Stefan benar-benar menyesal kemudian meninggalkan Gara dan Fani.

"Stefan? " Cicit Fani karena Gara masih saja menutup matanya.

"Ouh hahaha Stefan itu cowok tulen, hanya saja aku tidak ingin dikira homo karena hanya bergaul dengan Stefan. Makanya aku menyuruhnya berpenampilan seperti itu, agar orang-orang mengira dia perempuan."

"Wow dia benar-benar cantik! " Puji Fani antusias.

"Kau lebih cantik dengan segala keunikan dan kemandirianmu. " Gara tersenyum tulus sambil memandang Fani.

"Ada apa denganmu? " Fani heran.

"Huaaa aku benar-benar terharu, itu adalah pujian tulus Gara dari hatinya yang paling dalam." Celetuk Stefan yang sudah berganti kostum dengan baju kaos oblong dan celana pendek selutut.

"Hentikan ringisan tololmu itu! "

"Huaa.... " Stefan semakin menambahkan. Membuat Gara berdecak sebal.

"Kalian benar-benar sahabat sejati ya. " Fani tersenyum hangat.

"Tidak! Ini hanya simbiosis mutualisme. " Ucap Gara dan Stefan bersamaan.

"Hahaha kalian benar-benar kompak. "

"Tidak! " Elak Gara dan Stefan bersamaan lagi.

"Tuh kan? " Fani menggulung senyumnya.

"Terserah lah. " Cuek Gara kemudian meninggalkan Fani dan Stefan begitu saja.

"Dasar kekanakan. " Komentar Fani.

"Itu hanya sebagian kecilnya. " Tambah Stefan.

"Masa? "

"Hem, kau punya banyak waktu untuk mengenal lebih banyak sifat buruknya." Stefan terdengar licik kali ini.

"Bukannya selama ini sifatnya memang buruk, lebih mirip balok es ketimbang manusia. "

Fani dan Stefan sontak tertawa bersamaan.

*******

TBC

Kali ini ceritanya agak ringan dan singkat, sebenarnya saya pusing mau namatin cerita ini atau tetap dilanjutkan.

Komentar yah kalau mau cerita ini di lanjutkan atau di hentikan dan buat sequel nya saja.

Sepertinya menarik membuat cerita dari anak Gara dan Fani nantinya.

Bagaimana menurut kalian?

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang