Melahirkan

595 21 12
                                    

Masih dalam rana flashback

Rey kemana-mana membawa mobil sendiri, begitu pula halnya dengan Gara. Karena kondisi Gara tidak memungkinkan untuk membawa kendaraan, akhirnya Rey meninggalkan mobil Gara di kantor dan langsung menuju rumah sakit.

"Bisakah kau pelan-pelan memperlakukan ku! " Itu bukan pertanyaan melainkan rengekan Gara pada Rey yang tanpa kelembutan sama sekali mengangkatnya keluar dari mobil.

"Diamlah! Kau bahkan lebih manja daripada istriku sendiri! " Rey sudah sangat kesal.

"Huhu.... Honey.... " Rengek Gara.

"Kau! " Gara sudah sangat geram.

"Hey bodoh! Aku tidak merengek tapi memanggil istriku. "

"Apa maksudmu? " Heran Rey yang sedari tadi menggendong Gara ala bridal style.

"Berbalik dan lihat anak, istri dan adikmu baru saja turun dari mobil. Mobil Fani! " Pekik Gara diakhir sebelum merosot turun kemudian berlari meninggalkan Rey.

"Hay! Bukannya tadi perutmu sakit hingga tidak bisa berjalan?! " Raung Rey frustasi melihat Gara berlari tanpa memperdulikan dirinya.

Tanpa aba-aba, Gara langsung mengangkat istrinya yang baru saja memijak di atas permukaan tanah.

"Loh Ga? " Heran Fani.

"Kenapa datang sendiri? " Bukannya menjawab, Gara malah balik bertanya.

"Itu karena kak Rey bilang, perutmu sedang sakit. "

"Harusnya kamu menelfon honey. " Gara melangkah kembali meninggalkan Rey dan Enrika yang hanya pasrah dengan tingkat ajaibnya itu.

"Ia, ia maaf. " Fani sangat menyesal.

"Baiklah, aku maafkan. " Gara memberikan senyuman terbaiknya.

"Cih, dasar. " Cibir Fani memanyunkan bibir.

"Hai! Wanita hamil tidak boleh mengumpat. " Gara melotot marah.

"Maaf, maaf hehehe. " Fani mempererat rangkulan tangannya, seolah lupa dimana mereka berada sekarang.

"Kalian pikir ini hotel?! " Interupsi suara sarkas itu membuat Fani terlonjak kaget.

"Sepertinya Fani sudah mau melahirkan. " Gara berbalik dan mendapati Mey memandangnya dengan tatapan mencemooh.

"Meski ini rumah sakit Ayahmu, bersikap seenaknya seperti ini sangat tidak beretika_"

"Lebih baik tante menunjukkan ruang bersalin sekarang juga. " Gara memotong ucapan Mey yang sedari tadi memang tidak ia dengarkan.

"Baiklah. " Pasrah Mey.

Rey dan Erika mengekori mereka tanpa niat berkomentar sedikit pun. Di dalam ruang bersalin, terlihat  Fani tengah dipersiapkan untuk melahirkan. Sementara Mey turut langsung membantu persalinan ponakan menantunya itu.

Setelah meletakkan Fani, Gara keluar ruangan. Ia menunggu dengan cemas hilir mudik di hadapan Gara dan Enrika. Tak lama kemudian, empat orang lelaki beserta dua orang anak kecil berumur lima tahun menghampiri mereka.

"Tenang Bro, aku juga awalnya cemas dan khwatir berlebihan tapi Alhamdulillah anak istriku baik-baik saja sampai sekarang. " Orang tersebut menepuk pelan bahu Gara untuk memberi semangat.

"Wajarlah calon Ayah baru! " Salah satunya menyikut perut Gara.

"Arkh!!!!! " Pekik Gara kesakitan.

"Sialan! Aku hanya menyenggolnya. " Bela si pelaku.

"Wah keterlaluan kau Jay. "

"Apa sih Fan! Main dorong aja. " Jayandra sewot sendiri karena tidak terima atas tuduhan yang benar tidak dilakukannya.

"Arkh!!! Kalian! Ini benar-benar sakit. "

"Huaaa cepat-cepat tolong dia! " Enrika panik sendiri melihat Gara ambruk bertekuk lutut di lantai.

Rey diam tanpa ekspresi, sementara keempat orang yang belum memperkenalkan diri pada Enrika dan Rey itu ikut diam saling pandang.

"Apa yang kalian lakukan?! Panggil dokter dan suster! " Pekik Enrika.

"Saya yang akan memanggil dokter. " Rey langsung berlari.

"Nis panggil Om Deni, Jay dan Marcel bawa kursi roda atau ranjang sekalipun untuk membaringkan bedebah ini. " Ketiganya langsung mengangguk tanpa bantahan.

"Aduh Fan! Ini benar-benar sakit, rasanya ada yang mau keluar. " Gara merintih saat Stefan memapahnya ke kursi tunggu, sementara Enrika mengipas-ngipasinya.

"Jangan-jangan kamu cuma mules kali Ga! " Stefan sudah tidak berempati lagi mengira Gara hanya sakit perut biasa.

"Kamu pikir aku bego apa! Jelas ini sakit yang berbeda, sewaktu di kantor tadi juga begini. " Jelas Gara.

"Loh tadi gak apa-apa. "

"Udah sembuh pas liat Fani turun dari mobilnya! "

"Alasan kamu aja kali Ga, udah ah. Aku mau bawa nih anak orang cari makan."  Stefan langsung meninggalkan Gara.

"Dasar sekertaris bangke! Aduh gimana nih kak, perutku benar-benar sakit. " Aduh Gara kesakitan.

"Tahan sebentar yang lain bakal datang. " Enrika mulai berkeringat ditambah tangisan Khansa yang gelisah berada dalam suasana rumah sakit.

Tak lama kemudian Jayandra  dan Marcel datang membawa ranjang pasien yang entah dicuri dari ruangan mana.

************

Maaf maaf, saya baru nulis lagi karena lagi jenuh nulis hehehe. Terimakasih buat kalian yang udah support dan juga masih setia membaca hingga kini. Kurang lebih 4 bulan saya fakum, maaf banget ya readers setia dan tersayang.

Sekali lagi maaf karena partnya juga pendek.

Salam hangat dari penulis ^_^

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang