"Rileks lah tuan putri. Setir nya jagan di goyang terus. Tahan saja," nasehat ayah mertua Fani.
"Aku takut nanti mobilnya melewati batas dan masuk jurang Pah."
"Makanya fokus sayang,"
"Baik Pah,"
"Sampai asem gini!" Ujar ayah mertua Fani sambil berpura-pura menutup hidung.
"Fani udah mandi kok Pah.."
"Itu tangannya bercucuran keringat,"
"Faktor genetik Pah... turunan dari Bunda,"
"Kamu itu ngelesnya bisa aja,"
"Hehehe.." Fani tidak lagi menjawab apa yang di lontarkan ayah mertuanya.
"Kita udah jauh dari Showroom Pah!" Tutur Fani.
"Kita langsung ke bandara Tuan Putri,"
"Mama sama Gara?"
"Gara kan ada mobil sendiri, "
"Mobil ini?"
"Ini kan punya tuan Putri,"
"Belum itu Pah.. anunya.. " Fani berbicara tidak jelas.
"Maksudnya bayaran?"
Fani mengangguk sebagai jawaban.
"Itu urusan Gara lagipula showroom tadi kan punya suaminya tuan Putri. "
"Punya Gara?"
"Iaa Syang. Tuan Putri fokus!"
"Hehehe maaf Pah." Ujar Fani karena telah mengambil jalur orang lain.
"Udah mau masuk bandara ini Pah." Lanjut Fani mengingatkan.
"Langsung ke parkiran sayang kita tunggu Mama di sana,"
"Siap jendral!"
"Tuan putri ingat pesan Papa yah,"
"Apa itu Pah?"
"Jangan bertindak tanpa berfikir, jadilah orang yang ramah namun jagan berlebihan. Jangan habiskan uang hanya untuk bersenang-senang, dan jangan mudah percaya pada orang baru, itu bisa membuatmu kehilangan uang maupun teman, bahkan keluarga bisa meninggalkan mu.
Dengar apa yang dikatakan setiap orang, tapi berbicaralah hanya kepada sebagiannya, terimalah kritikan guna untuk memperbaiki diri. Bergayalah sesuai dengan isi dompet sebab pakaian dapat mendeskripsikan siapa dirimu.
Papa berpesan banyak sebab tidak akan selalu mendampingmu, carilah teman yang mampu menjadi mentor. Itu akan sangat berharga daripada teman hura-hura."
"Baik Pah. Pesanmu adalah petunjuk dan mentor terbaikku,"
"Semoga kalian mampu melewati segala ujian yang ada."
"Amin.. Pah kita parkir di lantai dasar supaya mudah keluarnya,"
"Baik tuan Putri,"
Setelah mendapat tempat parkir. Fani mematikan mesin mobil kemudian berjalan mencari toilet. Setelah selesai dengan urusan alamnya. Fani mampir ke kedai makanan untuk membeli es cream kesukaannya. Namun tidak jadi karena ia bertemu dengan Rey di sana.
"Kak Rey?" Sapa Fani.
"Hay bocah. Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Cari jodoh." Jawab Fani ngawur.
"Dasar!"
"Kakak sendiri ngapain di sini? Cari jodoh juga!"
"Ini udah nemu," jawab Reyhan sambil menunjuk Fani.
"Huwek... " timapal Fani berpura-pura mual mendengar apa yang Reyhan ucapkan.
"Ayo duduk,"
"Gak ah. Papa pasti udah lama nunggin."
"Loh om Wira juga ada,"
"Iaa sama Mama, Gara juga."
"Kalain mau kemana?"
"Bukan kami tapi Mama sama Papa yang mau berangkat ke Ausi."
"Ouh.."
"Kakak sendiri? "
"Habis nganter barang tadi, ini udah mau balik tapi mampir ketemu om Wira dulu."
"Yaudah barengan," tawar Fani.
Reyhan berjalan sambil merangkul bahu Fani. Setelah tiba dimana mobil Fani terparkir. Disana telah berdiri Mama Papa dan juga Gara.
"Mama udah lama?" Tanya Fani.
"Baru kok sayang. Ada nak Reyhan juga."
"Siang Bibi' "
"Siang."
"Nemu di mana tuan putri? "
"Di tong sampat tadi Pah."
"Dosa kamu ya.." ujar Rey sambil menjitak kepala Fani.
Sementara itu aura Gara berubah masam nan mendung.
"Om berangkat jam berapa?"
"Tinggal tunggu panggilan."
Belum kering bibir Wira. Pengumuman atas panggilan ditirinya dan pemumpang lain berkumandang.
"Mama sama Papa berangkat ya sayang," ujar Mama Gara sambil sun pipi kiri, pipi kanan dengan Fani.
"Mama sehat-sehat yah di sana."
"Pasti sayang," ujar Mama sambil memeluk Fani.
"Kamu baik-baik yah tuan putri. Ingat pesan Papa tadi." Ujar
"Siap jendral! "
"Kami berangkat!" Ujar Wira sambil melambai sementara itu Nyonya Wira masih anteng memeluk menantunya.
"Titip Papah ya Mah, Fani bakal jenguk kalian kalau Gara ada waktu." Tutur Fani tulus.
"Baik sayang. Mama pergi yah.."
"Mama titip Gara juga,"
"Pasti Mah."
***
Setelah acara perpisahan menantu dan mertua yang mengharu biru itu. Tinggalah Fani, Gara dan Reyhan.
"Oii bocah. Saya balik duluan," pamit Reyhan.
"Balik kontor?" Tanya Fani.
"Hotel. Urusan kantor udah beres. "
"Fani ikut yah!"
"Boleh tapi Gara?"
"Dia ke kantor, lagi pula kita bawa mobil sendiri-sendiri. Iaa kan Ga?"
Gara hanya mengangguk. Dalam hati ingin rasanya ia melarang Fani namun karena terikat kontrak maka tidak ada pilihan untuknya.
"Kakak duluan biar Fani ikuti dari belakang. " ujar Fani.
"Baik nona."
"Hehehe"
***
Tinggallah Gara seorang diri. Rasa marah, menyesal dan cemburu berkecamuk dalam dirinya. Dengan perasaan dongkol Gara masuk kedalam mobil kemudian kuluar dari area parkir tanpa mawas diri.
"Bruk!"
Gara spontan berbalik dan mendapati ekor mobilnya menubruk bamper mobil orang lain. Dengan berlari kecil. Gara menghampiri korban.
"Maaf. Saya akan bertanggung jawab akan kerugian yang anda alami." Ujar Gara sesaat setelah berdiri didepan pintu kemudi korban.
"Angga!" Ujar sipemilik mobil (korban) saat kaca mobilnya telah turun sempurna.
"Di... Dita!" Ujar Gara terbata dan kaku.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Storie d'amore"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...