Hotel

1.4K 48 0
                                    

"Fa kamu itu cewek. Gak ada manis-masisnya banget sih," tegur Rey saat melihat Fani langsung menghempaskan diri diatas sofa ruang tamu hotel yang ditinggalinya.

"Aku orang, bukan air mineral yang ada manis-manisnya itu dan selama gula masih dijual bebas dipasaran. Semua orang bisa manis, manis-manis pas ada maunya aja." Cerocos Fani panjang lebar dan gak nyambung.

"Mau minum apa?" Tanya Rey mengalihkan pembicaraan Fani yang tidak nyambung.

"Laperrr.."

"Emm ya mau makan apa?"

"Ada apa aja?"

"Liat sendiri dan masak sendiri. Ada banyak varian rasa indomie di lemari. " jawab Rey kesal.

"Dari jaman kuliah ampe kerja dan sukses, makannya cuman indomie. Benar-benar luar biasa... "

"Luar biasa apanya? Buruan masak, sekalian Aku juga dubuatin."

"Luar biasa kasihan, wek." Timpal Fani sambil menjulurkan lidah kearah Rey kemudian melenggang ria kedapur mini yang terletak dalam kamar hotel tersebut.

Tak berapa lama kemudian Fani telah selesai dengan urusan pisau, kompor dan wajan. Dua piring nasi goreng special lengkap dengan ayam goreng dan sambel murni buatan tangan Fani.

"Udah masak bos... buruan kalau gak, aku habisin sendiri." Panggil Fani.

"Widih nasi goreng siang-siang, apa gak salah?" Komentar Rey sambil menarik kursi untuk duduk di hadapan Fani.

"Syukuri apa yang ada, lagian itu juga dengan bahan seadanya. Semoga aja rasanya gak mengerikan."

"Aku masih ingat jelas semua makanan yang pernah kamu sajikan, tapi yang bikin rindu itu... ya sambel ini." Ujar Rey sambil menyendok sambel buatan Fani.

"Gombal! Gak mempan tahu."

"Emang!... kamu kan bukan cewek hahaha," timpal Gara.

"Laper apa doyan?" Tanya Fani yang melihat Rey makan dengan lahapnya.

"Rindu. " ujar Rey di sela-sela kunyahannya.

"....."

Fani tidak menanggapi dan kembali melanjutkan suapannya dengan hikmat.

"Kak Rey cuci piring yah, tadi kan aku yang masak. "

"Emang pernah nyuci piring. Dari dulu juga aku terus yang nyuciin piring sehabis makan. Dasar.. "

"Heheh damai," ujar Fani sambil berlari menuju sofa ruang tamu.

***

"Betah amat! Gak pulang?" Tanya Rey beberapa saat kemudian.

"Malas ah. Dirumah bosen, gak ada kerjaan."

"Cari kerjaan, susah amat" saran Rey asal.

"Males"

"Dasar" grutu Rey sambil berbaring disofa panjang dekat Fani duduk.

"Jalan yuk." Ajak Fani.

"Ke mana?"

"Kemana aja deh yang penting happy."

"Mau nonton? "

"Gak ah.. buag-buang duit, mending pake makan." Jawab Fani acuh.

"Kan udah makan tadi. Lagi ada film Ikowais terbaru loh."

"Serius?"

"Serius! "

"OK OTW bioskop terdekat, tapi kakak yang traktir hehehe. "

"Enak aja, bayar sendiri!." Ujar Rey sambil menjulurkan lidah ke arah Fani.

"Ya udah. Gak jadi, mending aku slepeeng beatuty aja."

"Slepeeng dengkulmu! buaruan."

"Tapi di traktir kan?"

"Terserah," pasrah Rey.

Meskipun tak diminta. Rey akan tetap mentraktir Fani, sebab Fani bukan hanya sekedar teman biasa baginya.

"Woi bocah, mau ngapain?" Tanya Rey saat melihat Fani masuk kedalam mobilnya.

"Ke bioskop lah! Mang mau kemana lagi?" Fani balik bertanya.

"Pakai mobilku, lagian tujuan kita sama. Ngapain pakai dua mobil, buang-buang bensin. Katanya jalan barenng." Oceh Rey.

"Dasar pelit"

"Bukan pelit tapi irit" bela Rey.

"Kalau pelit ya pelit aja. Gak usah diperhalus."

"Dosa kamu Fa,"

"heheh maaf... "

"Dasar!"

Setelah berdebat seperti kebiasaan mereka dimasa lalu. Fani pun masuk ke mobil Rey dan melaju lah mereka menerobos ramainya jalanan di sore hari itu.

...........

"Fa, dapatnya cuman yang tayang pukul 19:30," ujar Rey setelah berhadapan degan mbak-mbak counter yang sedari tadi di nantinya disaat mengantri.

"Gak apa-apa, kita keliling dulu aja entar." Jawab Fani.

"Tapi kamu bisa pulang kemaleman entar."

"Nginap sama kakak aja nanti."

"Nanti suami cariin, gak ada temen bobonya."

"Entar aku Tanya. Lagian gak masalah kok."

"Ya sudah. Aku sih gak masalah." Tanggap Rey santai.

"Ya udah, kita keliling sekarang, siapa tahu ada yang menarik." Uajar Fani sambil berjalan cepat mendahului Rey bak bocah 5 tahun yang baru pertama kali menginjak mall.

"Semangatmu itu loh Fa, gak pernah luntur." Komentar Rey yang mengekor di belakang Fani.

*****

Setelah berkeliling mall dan menyaksikan film bergenre silat itu. Fani dan Rey bergegas pulang karena waktu telah menunjukkan pukul 00:25. Jalanan yang masih ramai mengisahkan bahwa daerah yang mereka tinggali merupakan kota besar yang sebagian besar masyarakatnya disibukkan dengan pekerjaan. Setelah cukup lama berada di jalanan, akhirnya mereka pun tiba. Saat membuka pintu kamar hotel milik Rey, tiba-tiba sebuah bantal sofa melayang dan mendarat tepat di wajah Rey.

*******

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang