"Mari, lanjutkan rapatnya dan serahkan pada saya melalui email hasil rapat hari ini. " Gara langsung meninggalkan ruang rapat setelah menyelesaikan perintahnya pada sekertaris pribadinya itu.
"Maksud bapak? " Mari mengejar atasannya itu yang pergi tiba-tiba di tengah rapat.
"Ada apa Mari? Sayang sedang buru-buru. "
"Bapak buru-buru keluar karena ingin mengangkat telfon atau ke toilet? " Mari heran pasalnya, bosnya itu sedari rapat dimulai hanya termenung dan hanyut dalam pikirannya sendiri hingga dering telfon berbunyi.
"Ha saya ingin menemui adik saya, mungkin dia sudah mau melahirkan! " Rey sudah mulai kesal pasalnya sekertaris pribadinya itu terlalu banyak bertanya.
"Bukankah bapak mengatakan operasinya besok? Makanya bapak memajukan rapat hari ini? "
"Baru saja saya menerima telfon? " Rey nampak bingung.
"Loh bukankah bapak belum mengangkat telfon yang sedari tadi berdering? " Bos dan sekertaris itu sama-sama bingung.
"Oh tunggu saya angkat dulu. " Rey mengangkat tangan menginterupsi agar sekertarisnya itu diam.
"Holo, yah ada apa Fani? " Jawab Rey.
"Anu kak Rey bisakah sepulang kantor belikan aku Red Velvet cake dan juga anak-anak minta dibelikan beberapa macaroon. " Pinta Fani di seberang telfon.
"Apa? Baiklah. " Rey nampak heran kemudian pasrah saja.
"Bagaimana pak? " Mari kembali bersuara.
"Saya hanya cemas sehingga terlarut dan mengingat kejadian 5 tahun lalu saat menjelang kelahiran pertama Fani."
"Ah waktu itu para karyawan bahkan kolega bapak shock bukan main mengetahui Pak Anggara hamil. " Mari sangat antusias layaknya anak kecil.
"Hahah waktu itu terjadi insiden unik hingga menghebohkan rumah sakit. " Rey tertawa kecil kembali mengingat kejadian lima tahun lalu yang di ingatnya tadi. Kejadian itu sama persis saat dia sedang rapat dan mendapat telfon dari Gara bahwa perutnya sakit dan mendengar suara jatuhan yang begitu keras.
Flashback
Dalam perjalanan pulang setelah Rey menerima telfon dari Gara. Ia sangat cemas dan berdoa semoga Fani baik-baik saja.
Bukannya menuju kantor Gara, Rey justru melaju menuju rumahnya. Setibanya di sana, terlihat Enrika dan Fani sedang ngemil di teras rumah bersama Khansa."Loh kak Rey, kok sudah pulang? "
"Loh Bang? " Enrika pun heran dengan kepulangan suaminya.
"Aku pikir kamu kenapa-napa, soalnya tadi Gara bilang sakit perut. " Komentar Rey acuh tak acuh.
"Kalau begitu cepat susul dia, " Titah Enrika.
"Baiklah, kalau ada apa-apa. Cepat hubungi aku. " Kata Rey sambil mencium kening istrinya.
"Mau apa? " Enrika langsung saja menjewer telinga Rey.
"Mencium Fani juga. " Jawab Rey tanpa rasa bersalah.
"Enak saja main cium istri orang sembarangan, lagi hamil tau pula. " Enrika melepas tangannya setelah menarik kencang telinga Rey hingga memerah.
"Aku kan kakaknya, jadi tidak apa-apa."
"Itu sih mau mu, udin! " Fani mendorong kepala Rey kebelakang.
"Hehehe baiklah, aku pergi dada keponakan. " Rey mencium kilat perut Fani dan berlari secepatnya sebelum kedua wanita itu kembali menganiaya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Romance"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...