Lembaran Baru

1.8K 62 7
                                    

"Beneran Gak mau kakak temani dulu? " Tanya Enrika lembut.

"Gak perlu kak, lagian seminggu lagi Fani bakal masuk kuliah. " Tolak Fani sambil memeluk Enrika sayang.

"jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa langsung hubungi kakak. " Ujar Enrika sambil melepas pelukannya.

"Kakak juga hati-hati. "

Rey memandang Fani lekat kemudian memeluk wanita itu dengan tiba-tiba.
Fani yang di peluk tiba-tiba langsung shock. Sebab ini pertama kalinya Rey berani memeluk nya. Fani tak kunjung membalas pelukan Rey.

"Menangis lah saat aku di sisimu sebab melihat mu menangis di dalam hati membuatku lebih sakit dibandingkan dengan melihat bulir-bulir air membasahi pipimu. " Bisik Rey.

Detik itu juga, Fani langsung membalas pelukan Rey dengan erat seolah takut Rey kan menghilang bagai buih di lautan.

"Aku sayang sama kamu Fa, kamu jangan menyiksaku dengan membiarkan dirimu tersiksa. " Tutur Gara lembut.

"Menangis lah, keluarkan semuanya. Aku tidak ingin kamu terus-terusan  memendam segalanya. Ada aku di sini. Kamu tahu kan aku akan selalu ada untukmu. " Ujar Rey lagi sambil mengusap kepala Fani yang tertutupi jilbab.

Fani tetap diam menyimak setiap kata yang di ucapkan Rey. Hingga bahu Fani bergetar menandakan ia sedang menangis dalam diamnya.

"Sekuat apa pun orang itu pasti tidak dapat menghindari yang namanya air mata. Menangis bukan berarti kamu lemah. Air mata itu anugrah, mungkin aku tidak mendengar isi hatimu namun melalui air matamu. Aku tahu segalanya. " Rey masi terus berbicara meski Fani tak sekalipun merespon ucapannya.

"Kak, " Cicit Fani hampir tak terdengar bila Rey itu pikun eh! Maksudnya tuli.

"Aku di sini Fa. " Jawab Rey tulus.

"A.. Aa.. Aku sayang sama Gara, dia suamiku. " Tutur Fani sesenggukan. Kemudian meledak lah tangis Fani saat itu juga. Kaos yang dikenakan Rey mulai basah oleh air mata Fani. Ini kali pertama Fani menangis untuk seorang yang di sebut laki-laki.

Rahang Rey mengeras kedua tangan nya mengepal kuat di balik punggung Fani.

"Dia tidak pantas kamu sayangi, dia bahkan tidak mau mendengar penjelasan maupun percaya padamu. Untuk apa kamu bertahan di sisi orang sepertinya. Aku jelas ada di sini untuk mu. Tinggal kan dia. " Suara Rey terdengar ketus kemudian kembali mengeratkan pelukannya. Rey memeluk Fani posesif seolah melupakan bahwa Enrika ada di belakang nya.

"Maafkan Fani, Fani tidak bisa, kak Rey sudah punya kehidupan sendiri sedang Fani harus mempertahankan keluarga kecil Fani. Fani juga sayang sama kak Rey tapi Fani harus pergi. Keputusan Fani sudah bulat, di sana Fani akan mengukir kenangan indah di atas kanfas putih. " Ujar Fani setelah sekian lama. Ia mulai berhenti dari tangisnya tapi sesekali ia masih sesenggukan.

Fani melepaskan pelukannya dan berkata.
"Kak Rey pulang lah kasihan kak Enrika, aku akan baik-baik saja di sini. "

Rey terlihat enggan meninggalkan Fani namun Fani menjotos bahu Rey pelan demi meyakinkan lelaki itu bahwa dirinya akan baik-baik saja.

******

Tak lama setelah kepergian Rey dan Enrika. Fani melangkah masuk ke dalam rumah sederhana yang telah Rey beli untuknya. Awalnya Rey hendak membeli rumah paling elit di kompleks itu namun Fani bersikeras menolak.

Setelah mengunci pintu rumahnya. Fani langsung terduduk dan menumpahkan tangisnya di sana. Fani sesenggukan, jilbabnya telah basah dengan air mata. Rambutnya pun berantakan namun tak seberantakan perasaannya saat ini. Ia terus menangis pilu tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang