Opak ke 2

1.3K 40 0
                                    

Dia yang selama ini perhatian, selalu memenuhi setiap keinginan, menanyakan kabar, selalu ada saat butuh. Semua itu belum tentu cinta!
Karena peduli belum tentu cinta dan perhatian belum tentu sayang. Tapi aku sudah pasti sayang kalian para readers...

*********

Alfani POV

Persiapan perangku telah siap beserta sepasang pakaian ganti. Aku tidak mau membiarkan diriku dipermalukan seperti kemarin! Ditambah lagi wanita psk yang disebut kak Nara itu pasti akan membalas dendam membaranya pada ku. Ah sudahlah kak Nara tidak bengitu mengerikan di banding ketua Dema yang bernama Denis itu.

Aku bingung mau memanggil mereka dengan embel-embel kak atau tidak perlu sebab mengingat aku pasti lebih tua minimal dua tahun dari mereka tapi masa bodoh lah. Untuk mengikuti hukum alam kampus, alangkah lebih baiknya jika mereka kupanggil dengan kata sakral "kak". Aku rasanya muak namun juga terhibur.

Aku berjalan santai menuju kampus, kali ini kulewati jalan memutar sebab melompati tembok setinggi dua meter itu lagi, akan membuat berantakan semua barang bawaan ku. Aku rasanya merindukan seseorang cukup lama aku tidak bisa melihat, mendengar suanya dan juga kecupan singkatnya. Aku menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya kasar. Aku sangat merindukanmu. Biar bagaimana pun kau tetap suamiku dan aku akan tetap menjadi istrimu bahkan di kehidupan berikutnya.

Semoga kita bertemu di syurga. Doa yang selalu kupanjatkan setiap malamnya. Walaupun sibuk dengan urusan kampus dan kedua senior yang kini menjadi musuh bebuyutan, aku masih sempat mengingat dirimu. Tak terasa aku sudah berada di depan fakultas, memikirkannya membuatku lupa waktu bahkan lupa diri. Apakah aku bisa menyebut nya candu?

"Hey Nyet! " Bentak seseorang membubarkan kepingan-kepingan kenangan akan Gara yang mungkin bisa aku sebut dengan masa lalu dan aku tahu pasti siapa pelaku perusak kebahgiaan ku.

Sangat menyebalkan batinku! Berteriak.

"Ia kak Nara ada apa? " Tanyaku tanpa ekspresi.

"Ikuti denganku," Titahnya sombong.

Cih lagaknya kayak dosen padahal mah lebih pinteran aku kayaknya. Kuikuti dia dengan malas, aku yakin dia menyiapkan kejutannya di sana dan aku sudah siap akan hal itu.

Byur... 

Itu bukan aku yang kena guyuran, melainkan Nara si cewek PSK. Jadi ceritanya begini, saat berjalan beriringan. Dari jauh aku melihat Denis membawa seember air jadi saat di ujung koridor. Aku membiarkan Nara lewat terlebih dahulu kemudian menariknya kembali, alhasil dialah yang kena guyuran. Gak mandi sih tuh anak.

"Dasar bodoh! " Umpat Nara pada Denis.

"Brengsek, kau yang tolol kenapa berbalik! " Bentak Denis.

"Hay kau!  Kenapa tiba-tiba menarikku? " Tanya Nara dengan nada toa masjid pekan raya.

"Tadi ada ular. " Jawabku sekenanya.

"Apa!  Dimana? " Pekik Nara kemudian memeluk Denis manja.

Memuakkan, dasar jalang umpatku dalam hati.

"Menjauh dariku, kau membuatku basah. " Ujar Denis sarkastik kemudian mendorong tubuh Nara dengan kasar.

Pasangan yang serasi batinku. Ceweknya PSK kemudian cowok nya kasar hahaha.. Berbagai lah rumah tangga mereka, ledek ku bahagia.

Tentu saja tanpa ekspresi di hadapan mereka. Sebab jika menunjukkan kekesalan ku maka itu akan membuatku terlihat lemah dan itu memancing mereka untuk semakin gencar membully ku. Ini sangat konyol! Aku fikir hanya di sinetron terjadi pembullyan. Namun nyatanya aku yang menjadi korban. Kenapa aku semakin apes? Aku hanya ingin bahagia!

"Apa yang kamu pikirkan?! " Bentak Nara kemudian mendorong bahuku.

'Aku berfikir bagaimana menenggelamkan wanita seperti mu di sungai Eufrat! ' batinku.

"Tidak ada kak, " Jawabku datar.

"Pergi sana! Hus... Hus.. " Usir Nara sambil mengibaskan tangan padaku.

Ku tabok juga nih orang lama-lama. Jadi kesel sendiri, tadi nyuruh ngikutin sekarang main ngusir dikira saya cewek apaan. Eh? Hahaha

Tanpa membalas ucapannya, aku berlalu meninggal dua insan itu. Maksud saya Nara dan Denis bukan ikan.

Hurftt apalagi setelah ini?
Aku ingin segera memulai proses belajar mengajar. Aku sangat muak dengan opak murahan seperti ini.

Alfani POV END

Dengan langkah malas, Fani berjalan semakin jauh meninggalkan Denis dan Nara yang entah rencana apa lagi yang akan mereka lancarkan.

"Kamu dari mana saja? Aku sedari tadi mencarimu tau! " Ungkap Denia tiba-tiba dari arah samping Fani.

Kalau orang lain yang menjadi Fani, mungkin dia akan terlonjak kaget atau paling tidak mengelus dada karena mendapat komtar tiba-tiba bagai hantu. 

"Tadi ada urusan dengan Kak Nara, " Terang Fani singkat ples datar.

"Yaudah yuk kita gabung dengan yang lain di lapangan. " Ajak Denia sambil merangkul lengan Fani.

Fani hanya pasrah di tarik oleh teman barunya itu. Sebenarnya Fani tidak butuh teman namun kerena kesalahannya tempo hari, akhirnya dia harus berteman dengan Denia.

Denia adalah anak yang sangat ceria dan ramah selain itu dia juga cantik namun sedikit cerewet. Bagi Fani, Denia akan merepotkan namun dia terlanjur berjanji untuk menjadi teman anak itu saat hari pertama opak. Sebab karena dirinya tidak ingin Denia di bully karena meninggal kan gadis polos itu. Setidaknya ia bisa menjaga gadis itu jika berteman dengan nya.

"Huaa hari yang sangat melelahkan. " Seru Denia sambil merentangkan kedua tangannya ke hadapan Fani.

Fani hanya memandangnya sekilas.

"Alf pulang bareng aku yah, tapi kita mampir makan siang dulu? Mau yah, yah. Pliss. " Mohon Denia.

"Lain kali. " Tolak Fani.

"Ayolah Alf. " Rengek Denia sambil menunjukkan puppy eyes nya.

"Baiklah tapi berhenti memanggil ku Alf! " Fani jengkel dengan nama panggilan barunya dari Denia.

"Loh kenapa? Lagi pula nama mu terlalu panjang jika aku harus selalu memanggil Alfani setiap detiknya. "

"Kalau begitu berhenti memanggil ku, lagi pula di panggil Alf membuat ku merasa seperti peri kecil bersayap capung. "

"Hahaha itu Elf bukan Alf, korban fantasi. "

"Pokoknya aku tidak Terima, " Fani mulai geram sendiri meladeni Denia.

"Itu panggilan sayang. " Celetuk suara briton dari arah belakang mereka.

"Kau? " Heran Fani saat mendapati musuh bebuyutannya berdiri tepat di belakang mereka.

Denis tampak acuh pada Fani kemudian melangkah pergi meninggalkan kedua gadis itu tanpa suara.

"Sudah abaikan saja, yuk kita pulang. " Komentar Denia sambil mengibaskan tangan di hadapan Fani.

*******

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang