Alfani POV
Sudah 3 bulan berlalu sejak awal pernikahanku dengan Gara. Aku sangat bahagia karenanya. Eh ralat. Maksudnya aku bahagia bukan karena menikah dengan Gara tapi karena melalui Gara hampir seluruh cita-citaku tercapai. Hanya dalam waktu 2 bulan. Bisnis yang selama ini kurancang dalam kepalaku kini berkembang pesat.
Tentu saja Gara tidak tahu tentang bisnisku. Sedari awal dia memang tidak mau ikut campur dengan urusanku begitu pun denganku. Aku sama sekali tidak ingin terlibat dengannya kecuali jika ia meminta. Akhir-akhir ini dia sering pulang tengah malam. Mungkin kerjaannya lagi banyak di kantor. Dia udah beda-beda tipis ama bang toyib.Tapi setidaknya dia masih sarapan di rumah. Hahaha
"Non katanya mau ke pasar?"
Entah dari mana datangnya Bibi mengagetkanku dengan pertanyaan. Gara-gara melamun aku sampai tidak menyadari kehadiran Bibi. Atau jangan-jangan Bibi punya kekuatan supernatural untuk menyembunyikan kehadirannya. Ngomong apa sih aku. Jadi ngelantur gini.
"Ouh ia Bi. Kita berangkat sekarang! " jawabku mantap.
Sebenarnya aku ke pasar bukan buat belanja keperluan sehari-hari tapi aku mau beli akuarium sekalian ikan hiasnya. Hihihi
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit akhirnya aku dan Bibi tiba di depan gerbang pasar yang menurutku hampir mirip dengan sentral pusat perbelanjaan suatu kota. Tapi entahlah mau ini sentral, pasar atau emperan sekalipun aku tidak peduli yang penting apa yang aku mau tersedia di tempat ini.
Aku segera masuk menerobos padatnya pengunjung lain yang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Aku sih juga sibuk sebenarnya. Sibuk mencari penjual akuarium yang tak kunjung aku temukan. Kok mirip lagu.
Bibi terlihat bingung dan lelah karena hampir 1 jam kami berkeliling tapi aku tak kunjung membeli satu barang pun yang di jajakan di tempat ini. Aku pikir Bibi tidak berani menanyakan apa yang aku cari biarlah aku yang bertanya padanya lagi pula betisku sudah hampir meledak rasanya.
"Bi kenapa dari tadi aku tidak melihat penjual ikan?"
"Ikan apa yang Non cari? Kita sudah melewati puluhan penjual ikan sedari tadi. Bahkan segala jenis ikan suda Non lihat. Mulai dari yang besar, kecil, hidup, mati, kering juga ada bahkan ikan tanpa kepala pun ada!" Tutur Bibi panjang lebar.
"Bukan ikan seperti itu yang aku cari Bi! Aku menginkan ikan hidup yang berwarna warni. Itu loh yang biasa di pelihara di akuarium.'' Aku menjelaskan bak bocah 9 tahun.
"Walah Non.. kalau mau ikan hias bukan di sini tempatnya! ""Terus dimana dong Bi?"
"Ayo Non ikut Bibi!"
Bibi memegang sambil menarik pergelangan tanganku bak seorang ibu. Huaa jadi terharu Hikss..
Tak berapa lama kemudian akhirnya aku dan Bibi tiba di tempat yang sedari tadi aku inginkan. Di depan mataku saat ini terpampang nyata berbagai macam ikan hias mulai dari yang besar hingga kecil bahkan tak berkepala.
Waduh! mati dong kalau gak ada kepalanya. Ya intinya ikan hias unik lah. Ngerti aja...
Setelah memilih berapa ikan hias. Aku juga membeli sebuah akuarium ukuran sedang kira-kira sebesar kardus indo mei lengkap dengan penyaringan air terumbu karang dan lainnya. Kalau di jelaskan pasti ribet dan makan banyak waktu jadi harap maklum.
Setelah membayar semua belanjaanku. Aku dan Bibi berjalan ke luar pasar sambil menunggu angkot yang lewat dan membawa kami pulang ke rumah. Pasti kalian bertanya-tanya kan kenapa aku gak bawa mobil sendir atau paling gak di anter sopir atau setidaknya naik taksi.
Yup akan aku jelaskan. Saat aku berangkat ke pasar kami di anter oleh supir. Supir angkutan umum hahaha. Ingit bukan supir pribadi secara Gara selalu ke kantor bawa mobil sendiri. Di depan rumah sih banyak mobil nganggur tapi punya orang. Alhasih sampailah aku di pasar dengan angkot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Romance"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...