Setelah berpamitan dengan si empunya pesta. Gara dan Fani kembali ke rumah mereka dalam diam karena saat ini Fani tengah tertidur pulas di jok samping Gara. Gara tidak punya teman bicara sehingga memilih fokus mengemudi saja tanpa ba bi bu.
Setelah mengarungi jalan beraspal akhirnya mereka tiba di rumah. Gerbang yang terbuka otomatis memudahkan Gara untuk masuk tanpa menunggu. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi. Perlahan Gara mengangkat Fani dengan kedua tangannya menuju lantai 2. Dengan perlahan pula Gara menurunkan Fani di atas tempat tidur. Setelah menyelimuti Fani. Gara keluar kamar dengan menutup pintu perlahan.
Setelah meninggalkan Fani di kamarnya. Gara menuju dapur. Dia membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol air dingin yang ada di sana. Setelah duduk manis di meja makan. Gara langsung menegak habis air yang ada dalam genggamannya. Botolnya ia lempar asal ke tong sampah yang tak jau darinya. Meski asal botol itu mendarat dengan sempurna di dalam sana. Yang memang notabenenya Gara adalah mantan tim basket di kampusnya dulu.
Setelah selesai acara lempar melempar. Gara kembali ke kamarnya. Dia harus menyiapkan tenaga untuk bertemu dengan calon koleganya esok pagi.
***
Keesokan paginya setelah selesai dengan urusannya. Gara ke kamar Fani guna untuk membangunkan tukang molor itu sesui dengan perjanjian."Woi cecungut bagun udah mau pagi nih!" Teriak Gara di depan pintu kamar Fani.
". . . " hening tak ada jawaban.
"Woii kebo... bangun!"
"Gila nih anak tidurnya kayak orang mati aja!" Kesal Gara.
Dengan sedikit kasar Gara menarik selimut Fani. Fani yang di tarik selimutnya tak kunjung bangun. Akhirnya Gara memutuskan untuk mengangkat Fani dan mendudukkannya di bawah shower. Dengan sekali tekan. Air digin kini berguguran mengguyur Fani yang masih terlelap di bawah sana.
"HUJAN!!" pekik Fani sambil buru-buru berdiri dan menubruk dada Gara yang sedari tadi berdiri di hadapannya guna menunggu reaksinya.
"Wahahaha"
Tawa Gara memenuhi seisi rumah melihat reaksi Fani.
Fani masih berdiri bingung berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Fani sempat berfikir Gara sengaja mengguyurnya karena tertidur di dalam mobil. Sebab gaun yang ia kenakan saat ini masih sama dengan gaun yang semalam ia kenakan di pesta. Namun tebakannya salah besar.
"Bisa gak kamu baik-baik dikit. Gini-gini aku partner baik hati yang sukarela jadi janda karenamu. Masa gara-gara ketiduran di mobil kamu aja, aku sampe di guyur gini!" Protes Fani.
"Heee Nona nyadar dong ini udah pagi. Liat nih liat! Udah jam 6" timpal Gara sambil memperlihatkan jam tangannya pada Fani.
"Kamu kok gak bangunin aku sih!"
"Dasar kebo! Aku udah bangunin kamu dari 30 menit yang lalu pe'a."
"Bisakan kamu bangunin aku dengan wajar. Panggil aku kek atau gak ketuk pintu. Gimana kalau aku serangan jantung odol!"
"Panggil palamu! Aku Udah teriak-teriak kayak orang kemalingan juga kamu gak bangun. Bahkan bom meledak pun gak bakal mampu bangunin kamu. Harusnya kamu makasi Fa. Aku udah bangunin kamu sekalian mandiin pula! Baik kan aku?"
"Baik dengkulmu!" Sungut Fani geram.
"Buruan mandi entar kesiagaan lo. Aku gak tanggung jawab!" Ujar Gara sambil berlalu meninggalkan Fani di dalam kamar mandi dengan mulut bersungut-sungut.
Gara yakin saat ini Fani tengah mengutuknya. Namun ia senang bisa mengganggu gadis itu. Entah kenapa hati Gara terasa hangat. Ia juga sempat tertawa lepas. Hal yang tidak pernah Gara lakukan sebelumnya. Setidaknya setelah Dita menghianatinya 3 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women
Romance"Aku yang beruntung menikah dengannya atau dia yang beruntung menikah denganku?" --------------------Alfani "Wanita itu penghianat! " --------------------Anggara >>>>>>>>>>> Kebanyakan para gadis akan menolak jika di jodohkan. Lain halnya dengan...