Berjuang Bersama

1.4K 38 2
                                    

Fani terbangun karena teriknya matahari menerobos jendela kaca yang tidak tertutup tirai.

Hal pertama yang ia lihat adalah kamar masa kecilnya hingga dewasa yang tidak pernah berubah.

Selain itu ada pula Gara yang masih terlelap di sampingnya.

"Yaaa....!!!! " Pekik Fani sambil mengambil bantal dan bersiap untuk memukul.

"Ada apa sih teriak-teriak? " tanya Gara sambil mengucek matanya.

"Kau! Kenapa tidur di kamarku? Telanjang pula! " Cerocos Fani masih setia dengan mengangkat bantalnya tinggi-tinggi untuk memukul.

"Lalu aku harus tidur dimana? Dan juga kata-katamu perbaiki, aku hanya tidak memakai baju bukan telanjang!Selain itu, bukankah wajar bagi suami istri untuk tidur bersama? "

"Kau! Dasar cabul! " Fani langsung memukul kepala Gara dengan bantal.

"Kau ini! Biasanya orang yang berani menyentuh atau pun memukulku akan mati mengenaskan. " Geram Gara sambil kembali menyembunyikan diri dibalik selimut.

"Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan pernikahan ini." Batin Fani sambil memandangi Gara yang tak seujung rambut pun kelihatan dibalik selimut.

"Oh iya, Aku sudah menyiapkan aquarium besar di rumah lengkap dengan ikan-ikanmu yang dulu tapi sebagai gantinya kau harus ikut denganku ke rumah dan tinggal lagi di sana. " Ujar Gara sambil menyibak selimut kemudian duduk menghadap Fani.

"Aku menolak! "

"Apa! "

"Aku menolak, meskipun kau mau menceraikanku ataupun tidak lagi memberiku uang. Aku tidak peduli. "
Fani langsung meninggalkan kamarnya begitu saja.

******

"Apa yang bunda masak? " tanya Fani setibanya di dapur.

"Sudah bangun rupanya. Bagaimana istirahat kalian cukup? "

"Hem, " Fani hanya berdehem menjawab pertanyaan ibunya.

"Kau tahu, meskipun suamimu sibuk bekerja. Dia masih sempat mengabari ayah dan bunda tentang rutinitas keseharianmu, kau ini anak kandung ibu tapi tidak pernah memberi kabar. Bahkan tidak memberi tahu kalau kuliah lagi dan lain sebagainya. "

"Hah? Bagaimana bisa? " Fani heran dengan penuturan ibunya.

"Kamu ini bagaimana sih? Jadi istri ataupun anak tidak ada peka-pekanya sama sekali. "

"Apa sih Bun? Lagi pula kan bunda tau kalau Fani sibuk. "

"Suami kamu juga sibuk tapi masih sering menghubungi Bunda. "

"Yaya yaya bela aja terus menantu Bunda. " Fani kembali meninggalkan ibunya di dapur kemudian mencari tempat merenung akan Gara yang penuh tanda tanya.

Setelah menemukan tempat yang pas dan cukup sunyi untuk berfikir, Fani langsung membaringkan dirinya di atas dahan pohon yang baru dipanjatnya.

"Entah kenapa Gara terasa sangat berbeda saat ini. Seolah dia menyimpan sesuatu yang tidak dapat aku gapai dalam lubuk hatinya, hal yang paling berharga yang hanya ingin aku saja yang menggapainya. "  Fani berkata lirih  sebelum smartphone miliknya berbunyi nyaring.

"Halo Denia. " Ujar Fani setelah menggeser tombol hijau pada smartphonenya.

"Apa yang kau lakukan sekarang? " Denia bertanya diseberang telfon.

"Hanya berbaring, kenapa? "

"Wow kau sangat dingin, apa tidak merindukan ku? "

"Justru aku merasa bebas saat kau berangkat semalam tapi terkekang lagi karena kehadiran sepupumu itu. "

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang