No Posesif

662 27 4
                                    

"Kalian sedang apa? " Terdengar suara Gara yang menghampiri mereka.

"Menurutmu? " Rey balik bertanya dengan sarkas.

"Kalian terlihat mesra. " Komentar Gara acuh sembari mencium bibir Fani sekilas.

Hal itu membuat Rey melongo tidak percaya, sementara Fani shock bukan main. Bagaimana tidak, Gara yang notabene seorang yang begitu posesif pada apa pun yang dimilikinya mendadak acuh tak acuh pada istrinya.

"Honey, aku pakai mobilmu ya. " Ucap Gara kemudian meninggalkan mereka yang sudah seperti orang idiot.

"Apa tadi suamimu baru saja terbentur dinding? " Rey yang pertama kali sadar atas kepergian Gara.

"Mungkin dia kerasukan sesuatu. " Fani bingung sendiri dengan tanggapannya.

"Apa dia sengaja karena kau belum juga membawa merpati untuknya? " Rey menatap Fani dengan serius.

"Itu tidak mungkin karena tidak ada kebohongan dari matanya. Gerak-geriknya pun sangat alami tanpa buatan wahahha. " Fani tertawa sendiri dengan apa yang baru saja diucapkan nya.

"Sudahlah, ayo pergi. " Rey merangkul bahu Fani kemudian menuntunnya keluar rumah.

Fani hanya berteriak untuk berpamitan pada Enrika yang sedang menidurkan Nisa. Setelah itu Fani selalu kepikiran ada apa dengan Gara. Bahkan saat ia dan Rey sedang berada di peternakan merpati, masih saja memikirkan Gara.

Fani menggelengkan kepalanya dengan keras dan berkata.
"Tidak.... Tidak... Tidak, ada apa dengannya? "

"Hay apa kau idiot berbicara sendiri, cepat bantu aku menangkap burung-burung ini! " Rey sudah sangat kesal karena belum bisa menangkap seekor merpati pun setelah tiba di sana.

"Bukankah kak Rey yang harus menangkap semuanya? " Komentator Fani akhirnya.

"Arkh.... Sial! " Umpan Rey sebelum kembali menangkap merpati yang berada dalam kandang umbara yang sangat besar.

Pada akhirnya Fani juga ikut menangkap beberapa ekor.

Menjelang magrib, barulah mereka selesai dengan urusan tangkap menangkap dan transaksi merpati. Setelah memotong dan membersihkan merpati yang sudah di tangkap Rey, mereka bergegas kembali untuk mengolah burung-burung itu menjadi lauk.

Terutamanya untuk Gara. Untuk masak-memasak, Fani sendiri lah yang mengolah semuanya. Enrika dan asisten rumahnya hanya menyimpan perlengkapan yang lain untuk keperluan makan malam.

Setelah makan malam sudah siap, Gara belum juga datang. Entah apa yang dilakukannya diluar sana. Saat Fani hendak menelfon, terdengar suara mobilnya yang baru saja memasuki garasi.

Fani buru-buru menyambut Gara di pintu samping yang terhubung langsung dengan garasi.

"Kamu baik-baik saja? " Fani berbicara lembut karena melihat kondisi Gara yang sedikit lesu dan tidak bersemangat.

"Ya, aku hanya merasa sedikit lelah. " Gara menyampirkan lengannya pada bahu Fani dan membuat wanita itu memapahnya.

"Ada apa dengannya? " Rey menghampiri mereka.

"Sepertinya tidak enak badan, tadi siang juga muntah. " Tersirat nada khwatir dalam suara Fani.

"Apa kita kedokter saja? " Rey menyarankan sambil membantu Fani memapahnya.

"Tidak perlu, aku sudah memanggilnya barusan. Lebih baik kak Rey membantuku membawanya ke atas. "

"Baiklah."

"Tidak mau, aku mau makan merpati goreng! " Gara terdengar merajuk.

"Hey ada apa dengan mu? " Rey menautkan alisnya heran.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang