First Kiss

2.1K 70 2
                                    

Setengah berlari Fani langsung menghampiri Gara yang terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya. Wajahnya nampak pucat seolah seluruh darahnya telah menguap entah kemana.

"Kamu gak papa kan? Kita ke dokter sekarang?" Tanya Fani khawatir.

"Gak papa cuman sedikit pusing saja." Jawab gara lemah.

"Ya udah kamu masih bisa jalan kan?" Tanya Fani.

Fani tidak berani langsung memapah Gara mengingat percakapannya dengan Bibi beberapa hari yang lalu.

Flash back

"Bibi udah lama kerja di sini?"

"Udah Non. Mulai dari Pak Gara Kecil,"

"Bibi bisa ceritain tentang Gara gak?"

"Itu... pak Gara orangnya ramah Non. Dia suka tersenyum dan sangat baik dengan orang lain apa lagi dengan para fakir miskin dan anak-anak. Meski agak sedikit usil pak Gara punya banyak temen Non. Tapi semenjak putus dengan pacarnya hampir 4 tahun yang lalu. Pak Gara jadi berubah dingin dan kasar. Dia bahkan tidak pernah tersenyum. Semenjak hari itu juga pak Gara sangat anti dengan perempuan. Bahkan dia akan memukul wanita manapun yang berani mendekat ataupun menyentuhnya. Hanya Bibi dan ibunya saja wanita yang boleh berada di sekitarnya. Selain itu tidak ada bahkan hampir seluruh karyawan wanita di pecatnya gara-gara masuk ruang pak Gara tanpa permisi."

"Kok bisa Bi! Memang Gara putus karena apa?"

"Kalau itu Bibi gak tau Non tapi semenjak kedatangan Non Fani di rumah ini pak Gara  lebih rileks dan tidak sekaku dulu. Bahkan Bibi pernah mendengar pak Gara tertawa lepas di lantai atas."

"Tentu saja dia tertawa karena telah melakukan tindak penganiayaan terhadapku," gerutu Fani pelan.

"Non bilang apa tadi?"

"Gak kok Bi. Saya cuman heran aja!"

Flash back off 

"Emm..." gumam Gara sambil berusaha berdiri dengan berpegangan pada meja.

Setelah berhasil berpijak pada kedua kakinya. Gara melangkah pelan menuju pintu. Belum 3 depa. Gara sudah ambruk. Untung saja Fani dengan sigap menangkap lengannya hingga tidak menyasap lantai.

"Kamu gak papa?" Tanya Fani khawatir.

"Kepalaku sedikit nyut-nyut kayak ada bunyi ciki-cikit ciki-cikit gitu," jawab gara sambil memandangi wajah Fani.

Tanpa aba-aba Fani langsung mendudukkan Gara di lantai kemudian ia menegakkan badan dengan bertumpu pada kedua lututnya selanjutnya ia mengais seluruh rambut Gara.

"Kamu ngapain?" Tanya Gara heran.

"Engg.. kepala kamu gak ke bentok kan tadi?" Tanya Fani sambil tetap memeriksa setiap inchi dari kepala Gara.

"Tidak. Aku baik-baik saja honey." Jawab Gara.

Mata Fani membulat mendengar jawaban Gara. Ia langsung mengangkat lengan kanan Gara dan menyampirkannya di atas bahunya sendiri. Fani memaksa Gara berdiri dengan menopang tubuhnya. Fani berjalan cepat mentut Gara untuk mengikuti langkahnya.

"Kondisimu saat ini benar-benar parah. Aku yakin otakmu sedikit bergeser sebelum aku tiba. Lihat saja kau bahkan lupa dengan namaku. Kau tahu namaku adalah Fani bukan Honey!" Tutur Fani panjang lebar saat berada dalam lift.

Ting

Saat Gara hendak membuka mulut. Pintu lift segera terbuka alhasil Gara tidak jadi mengutarakan pembelaannya karena Fani langsung menuntunnya ke parkiran mobil di mana mobil Gara berada.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang