Makan Siang

1.1K 46 0
                                    

"Kebetulan sekali," ujar Dita.

"Bukannya..." kalimat Gara menggantung diudara namu Dita sangat paham apa yang akan Gara ucapkan.

"Aku balik ke Indonesia baru satu pekan dan akan tetap tinggal sampai akhir hayatku." Ujar Dita.

"Suamimu?"

"Hahah aku bahkan belum menikah. Dulu hanya sebuah sandiwara namun itu tidak perlu di bahas."

"Maksud kamu?"

"Tidak perlu mengungkit masa lalu. Dan sebagai ganti rugi kamu harus mentraktirku makan siang,"

"Baiklah tapi kamu harus menjelaskan sesuatu padaku!"

"Aku suda bilang masa lalu tidak perlu dibahas."

"Tapi aku harus tau!" Tegas Gara.

"Maaf Angga. Aku tidak bisa dan aku hanya ingin kita mulai dari awal."

"Tidak semudah itu!"

"Baik setelah makan siang akan aku jelaskan semuanya."

"Tinggalkan mobilmu, biar montir yang memperbaiki sekaligus membawanya." Titah Gara.

Dita pun menurut kemudian ikut masuk kedalam mobil Gara. Selama perjalanan tak sepatah kata pun mereka ucapkan, hingga tibalah mereka di sebuah kafe.

"Sekarang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. " ujar Gara sesaat setelah mereka duduk di salah satu bangku dipojok ruangan.

"Sabarlah. Kita bahkan belum memesan makanan." Ujar Dita sambil mengangkat tangan memanggil seorang pelayan.

"Mau pesan apa Angga?" Tanya Dita setelah daftar menu berada dalam genggamannya.

"Es cream vanila" jawab Gara.

"Apa Angga?" Tanya Dita memastikan dirinya tidak salah dengar.

"Es cream vanila" ulang Gara.

"Sejak kapan?"

"Sejak hari ini dan aku butuh sesuatu untuk mendinginkan kepalaku, " terang Gara.

Dita hanya manggut-manggut.  Kemudian memesan es cream untuk Gara dan spaghetti beserta orange juice untuk dirinya.

30 menit kemudian mereka telah selesai dengan pesanan masing-masing.

"Apa kah kepercayaan masih ada untukku?" Kali ini Dita yang memulai membuka pembicaraan.

"Gelas pecah tak mungkin utuh kembali selain dari meluburnya dalam kuali panas bersama pecahan kaca yang lain untuk menghasilkan gelas yang baru," jawab Gara.

"Baiklah. Semoga apa yang aku ceritakan dapat kau percayai."

"Berhentilah bertele-tele dan cepat jelaskan. "

"Waktu itu om Banu mewarkan kerjasama dengan bayaran membiayai operasi Ratih. Awalnya aku tidak setuju karena dirimu, namun keadaan memak.."

"Ratih sakit apa?" Potong Gara.

"Dulu dia terkena tumor ganas stadium 3 tapi sekarang sudah dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan intensif selama dua tahun. Berkat bantuan om Banu." 

Mendengar jawaban Dita. Hati Gara terenyuh dan iba. Tidak habis fikir dirinya yang berada di posisi Dita. Mungkin dia juga akan menghianati Dita jika hal ini menimpa dirinya.

Diharapkan pada dua pilihan yang sulit. Tak mampu Gara bayangkan jika itu menimpa dirinya ataupun Fani, wanita yang dicintainya.

"Aku benar-benar,"

"Sudah tidak perlu kau jelaskan. Cukup ini sudah sangat cukup. Aku tidak bisa mendengar lagi. Kau benar-benar wanita yang kuat. Aku sangat salut padamu." Terang Gara.

"Tapi Angga. Aku tidak ingin kau mengasihaniku. Aku hanya ingin kita seperti dulu."

"Maaf.. waktu terus bergulir. Aku tidak selalu dimasa lalu. Dan saranku jangan berurusan lagi dengan orang yang bernama Banu, dia orang yang sangat picik. Beruntung kau masih menikmati hidupmu setelah terlibat dengannya. "

"Adakah kesempatan kedua bagiku?"

"Maafkan aku Dita. Kesempatan kedua tidak ada dalam keseharianku. Yang ada hanya satu kesempatan yaitu satu kali berbuat kesalahan dan satu kali memperbaiki kesalahan, selanjutnya game over. Aku pikir kau lebih tahu itu daripada yang lain."

"Maka dari itu biarkan aku memperbaiki kesalahan, aku pikir ini adil untukku. "

"Tapi aku benar-benar tidak bisa."

"Apakah seseorang telah mengisi kekosongan dalam hatimu? "

"Belum. Tidak, aku tidak yakin," Gara tidak yakin akan jawaban dirinya. 

"Aku akan selalu ada sampai kau benar-benar yakin, karena aku tahu diriku masih bersemayam dalam hati kecilmu," ujar Dita sambil menunjuk perut sebelah kanan Gara tepat dimana hati berada. 

*****

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang