Hukuman

2.1K 58 0
                                    

"Tentu saja kau harus di hukum!" Tutur Gara dengan senyum licik lebih mirip seringaian.

"Ma..maafkan aku.. ak..-"

"Tidak ada maaf untukmu!" Potong gara sambil meraih lengan Fani.

"Aku mohon... maafkan aku," rintih Fani.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" Bisik Gara.

Fani hanya menggeleng. Dia sudah kehilangan suara akibat ketakutan dan tekanan batin yang dirasakannya.

"Pertama kau membuatku tidak bisa tidur malam ini,"

Fani menelan ludahnya susah payah mendengar penuturan Gara dengan sorot mata yang tak bisa di jelaskan.

"Kedua kau belum menyiapkan bajuku sampai sekarang dan aku mulai kedinginan,"

Tanpa di komadoi. Fani langsung berlari menuju walk in closed untuk mengambil baju Gara. Sedetik berikutnya Fani telah tiba di hadapan Gara dengan baju kaos oblong serta celana selutut yang sempat di raihnya.

"Dan yang ketiga kau telah membatalkan meetingku dengan klien penting. " tutur Gara sambil meraih baju di tangan Fani.

Fani berdiri bak patung pancoran menyaksikan Gara mengganti pakaian di hadapannya.

"Jangan lupa berkedip nanti matamu perih," goda Gara.

Fani langsung membuang muka. Dia sangat malu ketahuan menatap Gara sampai tak berkedip sekalipun. Dia berani bersumpah bahwa saat ini Gara tengah menertawakan dirinya.

"Baiklah kau pasti ingin mengetahui hukumanmu kan?" Peryataan Gara melunturkan rona pipi yang sedari tadi menghiasi wajah Fani.

"Apa yang harus aku lakukan atau apa yang kau inginkan dariku? " Fani balik bertanya lebih tepatnya sewot.

"Mudah saja," Gara memberi jeda sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kau hanya perlu menciumku sebagai permintaan maaf."

Mata Fani langsung membulat menatap Gara tidak percaya.

"Aku tidak mau!"

"Baiklah kalau begitu aku yang akan menciummu,"

"Tidak tidak. Baik! Aku yang akan menciummu. "

Cup!!

"Puas? "

Gara hanya manggut-manggut sebagai jawaban. Meski Fani hanya mengecup pipinya sekilas namun rasa senangnya tidak dapat di gambarkan dengan kata-kata. Ibarat juara umum satu ditegah sengitnya babak penyisihan.  Gara sampai mengepalkan tangan dan tersenyum lebar.

"Apa lagi?" Tanya Fani saat Gara kembali menggenggam tangannya.

Cup!!

"Morning kiss!" Jawab Gara setelah mengecup bibir Fani sekilas.

Setelah itu Gara melenggang ria meninggalkan Fani dengan seribu kutukan dan sumpah serapahnya.

***

"Tumben pagi ini adem," celetuk pak Agus yang kebetulan mampir ke dapur sebelum Fani berteriak memanggil Gara dan dirinya sarapan.

"Huss... nanti Non Fani dengar," tegur Bibi.

"Gak papa kok Bi," celetuk Fani yang sudah berdiri di belakang pak Agus.

"Aduh Non maaf,"

"Gak papa kok pak. Setidaknya aku gak harus manggil pak Agus, karena udah ada di sini."

"Lalu bagaimana dengan bapak?" Tanya Bibi disusul anggukan oleh pak Agus.

"Nanti datang sendiri kok Bi,"

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang